Oleh: Dongeng Bandung
Tulisan berikut ini bukan milik kami, karena hanya merupakan salinan dari salah satu bab buku Bianglala Sastra; Bunga Rampai Sastra Belanda tentang Kehidupan di Indonesia karya Dick Hartoko (Penerbit Djambatan, 1985). Bab yang disalin ini berjudul “Bukan Hanya Kina,” satu tulisan mengenai Franz Wilhelm Junghuhn (1809-1879). Seperti juga pada bab-bab lainnya yang menuliskan riwayat singkat tokoh-tokoh penulis Hindia Belanda ini, setiap bab tersebut memuat juga cuplikan pendek karya tulis dari tokoh bersangkutan dan diberi tanda “Fragmen”. Untuk Junghuhn, fragmennya diambil dari buku Jawa Jilid 1.
Dick Hartoko, yang namanya tercantum pada sampul buku ini juga sebenarnya bukanlah penulis murni buku ini, karena isinya sebenarnya merupakan penulisan kembali buku lain yang berbahasa Belanda, yaitu Oost-Indische Spiegel karya Rob Nieuwenhuys (Em. Querido’s Uitgeverij, BV, Amsterdam, 1972). Tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam buku ini lebih mengutamakan yang memiliki minat pada bidang sastra dengan alasan bahwa mata seorang sastrawan sering kali lebih tajam daripada lensa seorang ilmuwan; bahwa mereka dapat lebih mendalam menghayati obyeknya, sehingga hasilnya bukan semata khayalan, melainkan hasil simpati dan empati karena turut menderita dan merasakan nasib rakyat yang dilukiskannya.
Kisah penulisan ulang buku karya Rob Nieuwenhuys ini dimulai dengan Sub-Panitia Pelaksana Perjanjian Kebudayaan Indonesia-Belanda pada tahun 1974 yang menanyakan kepada Dick Hartoko, apakah sanggup menerjemahkan atau menyadur isi buku Oost-Indische Spiegel. Yang mula-mula dilakukan adalah memilah isi buku berdasarkan relevansinya untuk kalangan pembaca Indonesia. Tidak semua isi dari karya asli, Oost-Indische Spiegel, dituliskan kembali, melainkan dipilih dengan kriteria a) turut mempengaruhi arus sejarah bangsa Indonesia, b) memberikan informasi mengenai sejarah bangsa, c) empati atau penghayatan mengenai alam dan masyarakat Indonesia, dan d) secara obyektif bermutu sastra.
Untuk keperluan pekerjaan ini, Rob Nieuwenhuys turut mengupayakan agar Dick Hartoko dapat berangkat ke Belanda dan mengadakan konsultasi langsung dengannya dengan tinggal di rumah Rob di Pondok Baru, Frisia Selatan. Rob memberikan keleluasaan penuh kepada Dick dalam pekerjaan ini, artinya, ada kebebasan untuk merombak, menyadur, dan mengubah buku aslinya, asal hasilnya menjadi cukup menarik bagi para pembaca di Indonesia saat itu. Jadi tak perlu heran bila satu waktu nanti membaca buku asli karya Rob dan membandingkannya dengan karya Dick ini, ditemukan ketidaksesuaian dengan buku asalnya, Oost-Indische Spiegel.

Bukan Hanya Karena Kina
F.W. Junghuhn (1809-1864)
Continue reading