Seputar Peristiwa Bandung Lautan Api: Kiangroke dan Sasak Rawayan (2)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Monumen Perjuangan Sasak Rawayan. Foto: Aditya Wijaya

Minggu, 19 Maret 2023. Komunitas Aleut mengadakan kegiatan Momotoran bertema Bandung Lautan Api. Momotoran ini mengunjungi beberapa lokasi di Bandung Selatan yang berhubungan dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.

Baca lebih lanjut
Iklan

Seputar Peristiwa Bandung Lautan Api (1)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan catatan perjalanan mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api yang dilakukan oleh Komunitas Aleut. Rencananya akan ada beberapa tulisan lanjutan terkait Bandung Lautan Api.

Kota Bandung bagian Selatan yang dibakar oleh para pejuang sesaat sebelum ditinggalkan, menghasilkan asap tebal yang membumbung tinggi yang bisa terlihat dari kejauhan. Foto: IPPHOS
Baca lebih lanjut

Menyaksikan Pantun Rajah Gentra Pusaka Panca Tunggal di Dayeuhluhur, Kab. Ciamis

Ditulis Oleh: Aditya Wijaya

Pak Rastani sedang menampilkan cerita pantun “Ciung Wanara”. Foto: Aditya Wijaya

Pagi itu saya tak sengaja melihat ajakan untuk menonton “Kecapi Pantun Sejarah” di Dayeuhluhur, Kab. Ciamis. Hanya berbekal sebuah alamat saya nekat menempuh perjalanan dengan total kurang lebih 200 km. Sebuah kesempatan langka yang sayang untuk dilewatkan, pikir saya dalam hati.

Kecapi Pantun Sejarah adalah tradisi turun temurun penyampaian sejarah secara lisan dengan berpantun dan diiringi oleh kecapi. Biasanya cerita sejarah yang disajikan adalah babad dan cerita-cerita rakyat seperti Prabu Kian Santang, Ciung Wanara dsb. Cerita Pantun ini sudah sulit untuk kita temui, konon hanya tinggal dua orang yang masih dapat menampilkan kesenian ini di Jawa Barat.

Baca lebih lanjut

Momotoran Dewata Tembus Pangalengan

Penulis: Wikayatul Kamila

Aku jarang bepergian, dan tak pernah menggunakan motor untuk perjalanan yang cukup jauh. Momotoran dari Bandung ke Ciwidey adalah pengalaman pertamaku. Sebelum pergi, Teh Rani memberiku beberapa link tulisan catatan perjalanan berjudul Dewata, katanya kita akan ke sana. Aku membaca tulisan itu sambil mengemasi barang bawaan.

Sebelum berangkat Teh Rani memberiku pesan “Lamun cape atau cangkeul bebeja we nya,” begitu katanya. Kami tiba di Ciwidey sekitar pukul 7 malam, dan menginap di rumah A Eza. Begitu sampai, aku langsung memijat kakiku yang terasa pegal. Di sini kami merayakan tahun baru dengan acara bakar-bakar dan memasak tomyam, lalu setelahnya jalan-jalan ke Alun-alun Ciwidey yang dipadati pedagang dan pengunjung. Saat pergantian tahun, suasana ramai dan banyak kembang api dinyalakan.

Pagi hari di tahun baru, kami segera bersiap untuk berangkat momotoran ke Dewata. Menikmati suasana pagi di atas motor tidaklah buruk, aku menikmati pemandangan sekitar, namun keadaan pagi itu jangan ditanya seberapa dinginnya, tangan serta kaki rasanya seperti membeku.

Baca lebih lanjut

Momotoran Djamboe Diepa, Makam Tua di Pangheotan

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Beberapa bulan lalu Komunitas Aleut mengadakan Momotoran dengan tema mencari jejak Dipati Ukur. Momotoran ini mengunjungi beberapa tempat yang berkaitan dengan Dipati Ukur seperti Pabuntelan dan Gunung Lumbung. Tulisan Momotorannya dapat teman-teman lihat di website Komunitas Aleut.

Mencari sumber tertulis mengenai Dipati Ukur cukup sulit, salah satu sumber yang kami akses mengenai Dipati Ukur adalah catatan perjalanannya Van Oort dan Muller yang diterbitkan tahun 1833.  Selain pencarian tulisan di catatan perjalanan Van Oort dan Muller mengenai Dipati Ukur kami juga menemukan tulisan sebuah makam keramat yang berada di ketinggian ditanami pohon hanjuang dan dikelilingi parit. Warga sekitar menyebut tempat ini sebagai sisa peninggalan Negara Dalem Djamboe Diepa.

Baca lebih lanjut

Ngaleut Momotoran ke Sumedang

Oleh Asep Ardian

Dari Cadas Pangeran, ke Cut Nyak Dhien, sampai ke tempat peristirahatan terakhir raja-raja Sumedang.

Sebelum melakukan perjalanan ini, saya mengenal Sumedang hanya dari kesenian Kuda Renggongnya, yang ketika saya kecil sesekali mengikuti iring-iringan Kuda Renggong jika di daerah saya ada orang kaya yang disunat. Setelah beranjak dewasa, pandangan tentang Sumedang sedikit bertambah setelah mendengar beberapa kisah tentang Kerajaan Sunda yang berhubungan dengan latar sejarah Sumedang.

Saat ikut momotoran dengan Komunitas Aleut ini, mantap sudah, saya dapat mendengar dan melihat jauh lebih banyak lagi.

Perjalanan kami mulai jam 07.30 dari Bandung dengan rombongan berjumlah lima motor. Sabtu pagi itu cuaca Bandung begitu cerah, dari daerah Ancol, kami menyusuri jalanan Soekarno Hatta yang lengang, melintasi jalanan Cibiru, lalu lewat UNPAD, Cileunyi, dan menyusuri jalanan berkelok Bandung-Palimanan yang sejuk. Lalu sampailah kami di tempat tujuan kami yang pertama, sebuah monumen di Cadas Pangeran.

Baca lebih lanjut

Perkebunan Teh Gunung Rosa

Oleh: Deuis Raniarti

Dalam rangkaian perjalanan Momotoran Gunung Padang hari Minggu lalu, kami menyempatkan pula mampir ke beberapa tempat yang sebelumnya cukup jarang dikunjungi oleh Komunitas Aleut, salah satunya adalah Perkebunan dan Pabrik Teh Gunung Rosa.

Jarak sekitar 6 kilometer dari Gunung Padang ke Pabrik Teh Gunung Rosa kami tempuh santai dalam waktu 40 menit. Beruntung jalan yang kami lalui kondisinya bagus, sepertinya memang baru diperbaiki karena menjadi akses menuju Situs Gunung Padang yang beberapa tahun ini selalu ramai oleh pengunjung. Jalan yang bagus itu berubah menjadi jalan bebatuan begitu memasuki kawasan perkebunan dan semakin dekat dengan pabrik teh.

Baca lebih lanjut

MENELUSURI JEJAK KAR BOSSCHA (Edisi momotoran)

Oleh: Nurul

Menelusuri berbagai tempat sejarah selalu menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Kita seperti bisa menyaksikan bagaimana suatu tempat berproses menjadi tempat yang bisa kita lihat sekarang. Cerita, perjuangan, pengorbanan, hingga akhir hayat tokoh tersebut seolah-olah seperti sebuah film yang diputar kembali. Hari itu, tanggal 15 April 2022, saya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Bandung. Rasanya seperti ingin memanjakan diri dengan sesuatu hal dan Bandung selalu menjadi jawabannya.

Pagi hari di tanggal 16 April 2022, saya bangun pukul 05.00 WIB kemudian segera bersiap-siap untuk memulai perjalanan yang sudah saya tunggu-tunggu yaitu menelusuri jejak KAR Bosscha. Tak lupa mempersiapkan jas hujan, sendal jepit dan keperluan lainnya untuk dibawa nanti. Dari Cinunuk, saya berangkat pukul 06.00 WIB, mengisi bensin, kemudian segera menuju Taman Regol. Titik kumpul hari itu adalah di Komunitas Aleut. Peserta yang akan mengikuti kegiatan momotoran diberikan beberapa instruksi, mengingat ada beberapa dari kami yang belum pernah mengikuti kegiatan semacam ini sebelumnya. Instruksinya berupa urutan motor, titik pemberhentian, dll. Saya dan Novi mendapatkan posisi di urutan ketiga.

Baca lebih lanjut

Menapaki Jejak Van Oort dan Muller

Ditulis oleh: Annisa Almunfahannah

Minggu, 06 Februari 2022.

Cuaca cukup cerah ketika kita berangkat dari Sekre Komunitas Aleut. Matahari pagi memberikan rasa hangat kepada kami dalam perjalanan menuju Cililin. Agenda kami hari itu adalah untuk menghadiri pernikahan salah satu rekan Komunitas Aleut yang berlokasi di Kelurahan Bongas, Cililin. Tapi, tentu saja kita tidak melewatkan kesempatan untuk bisa menyambangi area Cililin dan sekitarnya.

Salah satu catatan yang menjadi acuan perjalanan kami kali ini adalah yang ditulis oleh P. van Oort dan Salomon Muller dan diterbitkan tahun 1836 dalam Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Dalam catatan ini Salomon dan Muller melakukan perjalanan penelitian mengenai dunia binatang dan tumbuhan sambil mencatat berbagai temuan kuno, termasuk mengenai arca yang mereka lihat di puncak Gunung Lumbung.

Lokasi keberadaan arca ini cukup dikenal oleh warga sekitar karena ketika kami bertanya mengenai lokasi arca tersebut ke beberapa warga mereka dengan yakin menunjukkan arah kepada kami. Bardasarkan catatan Van Oort dan Muller sudah sejak lama lokasi arca ini digunakan sebagai tempat untuk meminta pentunjuk atau permohonan atas urusan dunia, terlihat dari adanya batang-batang dupa di sekitar arca.

Baca lebih lanjut

Mengunjungi Jejak Dipati Ukur – Episode Kesekian

Dalam obrolan sehari-hari di Komunitas Aleut ada banyak sekali topik yang dibahas berulang-ulang, seakan tidak pernah ada habisnya. Selain soal sejarah Bandung secara umum, biasanya juga tentang permuseuman, percagarbudayaan, kampung-kampung, kuliner tempo dulu, atau tokoh-tokoh masa lalu, baik dari kalangan pribumi ataupun bangsa lain. Salah satu yang sangat sering dibicarakan adalah tokoh Dipati Ukur. Kebetulan pula beberapa hari lalu, salah seorang rekan kami yang sedang menumpang ojek online mendapatkan pertanyaan tiba-tiba dari drivernya, “Ai Dipati Ukur teh nyaan aya?”

Dalam disertasinya yang dibukukan oleh penerbit Pustaka Jaya tahun 1982 dengan judul Ceritera Dipati Ukur; Karya Sastra Sejarah Sunda, Dr. E. Suhardi Ekadjati menuturkan bahwa Ceritera Dipati Ukur melukiskan peristiwa yang sungguh-sungguh pernah terjadi pada awal abad ke-17 Masehi. Kesaksian-kesaksian orang-orang Belanda pada waktu terjadinya peristiwa yang berupa catatan harian Kompeni (dagh register) dan catatan serta kesaksian-kesaksian lainnya yang didapatkan di daerah Bandung, membuktikan hal tersebut.

Baca lebih lanjut