Seputar Peristiwa Bandung Lautan Api: Kiangroke dan Sasak Rawayan (2)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Monumen Perjuangan Sasak Rawayan. Foto: Aditya Wijaya

Minggu, 19 Maret 2023. Komunitas Aleut mengadakan kegiatan Momotoran bertema Bandung Lautan Api. Momotoran ini mengunjungi beberapa lokasi di Bandung Selatan yang berhubungan dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.

Baca lebih lanjut
Iklan

Seputar Peristiwa Bandung Lautan Api (1)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan catatan perjalanan mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api yang dilakukan oleh Komunitas Aleut. Rencananya akan ada beberapa tulisan lanjutan terkait Bandung Lautan Api.

Kota Bandung bagian Selatan yang dibakar oleh para pejuang sesaat sebelum ditinggalkan, menghasilkan asap tebal yang membumbung tinggi yang bisa terlihat dari kejauhan. Foto: IPPHOS
Baca lebih lanjut

Kerkhof di Kebun Raya Bogor

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Deskripsi Makam Belanda Kebun Raya Bogor. Foto: Aditya Wijaya

Komplek permakaman Belanda di Kebun Raya Bogor letaknya berada di tengah hutan bambu. Suara angin menggoyang batang bambu hingga beradu bisa kita dengar dengan jelas. Terlihat beberapa orang tengah melihat-lihat permakaman ini dari dekat. Mungkin mereka seperti saya, mencoba membaca tulisan di atas nisan meskipun tidak mengerti dan menduga-duga mengenai kenapa bisa ada permakaman di tengah Kebun Raya Bogor.

Baca lebih lanjut

Yusuf Tauziri dan Masjid Cipari, Garut

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Damini atau Yusuf Tauziri adalah pemimpin Pesantren Darusalam, Wanaraja. Nama Yusuf Tauziri ia dapatkan setelah melaksanakan ibadah haji tahun 1923. Pada tahun yang sama, ia memimpin pondok pesantren bernama Darussalam, sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.

(Bangunan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Cipari. Foto Komunitas Aleut)

Hari Sabtu, 18 Februari 2023, kami mengunjungi tempat ini. Tentu bukan tanpa alasan. Ada beberapa kisah yang sering diobrolkan berulang di Komunitas Aleut, seringkali disertai perjalanan berulang dengan tema yang sama di setiap generasi. Salah satu tema dan perjalanan yang berulang itu adalah yang berhubungan dengan Kartosuwiryo dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). DI/TII memang membawa pengaruh besar, dan dampaknya dirasakan di banyak tempat. Hal inilah yang membuat kami terus membahas dan terus melakukan perjalanan untuk menelusuri jejak DI/TII.

Baca lebih lanjut

Menyaksikan Pantun Rajah Gentra Pusaka Panca Tunggal di Dayeuhluhur, Kab. Ciamis

Ditulis Oleh: Aditya Wijaya

Pak Rastani sedang menampilkan cerita pantun “Ciung Wanara”. Foto: Aditya Wijaya

Pagi itu saya tak sengaja melihat ajakan untuk menonton “Kecapi Pantun Sejarah” di Dayeuhluhur, Kab. Ciamis. Hanya berbekal sebuah alamat saya nekat menempuh perjalanan dengan total kurang lebih 200 km. Sebuah kesempatan langka yang sayang untuk dilewatkan, pikir saya dalam hati.

Kecapi Pantun Sejarah adalah tradisi turun temurun penyampaian sejarah secara lisan dengan berpantun dan diiringi oleh kecapi. Biasanya cerita sejarah yang disajikan adalah babad dan cerita-cerita rakyat seperti Prabu Kian Santang, Ciung Wanara dsb. Cerita Pantun ini sudah sulit untuk kita temui, konon hanya tinggal dua orang yang masih dapat menampilkan kesenian ini di Jawa Barat.

Baca lebih lanjut

Mencari Raden Saleh

Ditulis Oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Makam Raden Saleh di Bogor. Foto: Aditya Wijaya

Beberapa waktu lalu sedang ramai film mengenai Raden Saleh yang berjudul “Mencuri Raden Saleh”. Ada kisah yang tak kalah menarik dengan film itu. Bagaimana nisan Raden Saleh ditemukan kembali setelah lama terlupakan di Bogor.

Raden Saleh yang bernama lengkap Saleh Sjarif Boestaman lahir di Semarang tahun 1814. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang berkerabat dengan Bupati Pekalongan dan Semarang.

Di usia dini dia sudah memiliki bakat seni lukis. Dia menerima pelajaran menggambar dan melukis pertamanya dari pelukis A.A.J. Paijen. Seorang pelukis Belgia yang ketika itu tinggal di Weltevreden.

Prof Reinward, seorang pelukis dan ahli botani yang dikenal sebagai perancang Kebun Raya Bogor, menaruh perhatian padanya. Gubernur Jenderal Van de Capellen, menganggapnya sebagai pemuda yang menjanjikan dan mendukungnya pergi ke Belanda atas biayanya bersama keluarga De Linge, yang sering dikunjungi Raden Saleh. Sumber: Tulisan Oom Snuffelaar di koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië tanggal 28-06-1930.

Baca lebih lanjut

Dua Malaikat di Cisarua Utara

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Patung dua malaikat, di salah satu nisan komplek permakaman Cisarua Utara. Foto: Aditya Wijaya

Komplek Permakaman Cisarua Utara letaknya tak jauh dari Jalan Raya Utama Cisarua-Puncak. Alamat lengkapnya di Jl. Alternatif Tapos-Ciawi. Permakaman ini berada di pinggir jalan dan tertutup oleh warung dan bengkel motor. Luas makam Cisarua Utara lebih sempit dibanding Cisarua Selatan. Tembok sekeliling makam sudah padat oleh rumah-rumah penduduk.

Baca lebih lanjut

Memento Mori; Perkebunan Cisarua Selatan & Keluarga Keuchenius

Oleh: Aditya Wijaya

Permakaman Cisarua Selatan. Foto: Aditya Wijaya

Uih deui weh ka jalan ageung, teras ka kenca, engke aya bengkel, tah ti jalan sapaliheunana lebetna,” itu informasi dari seorang penjaga toko di Cisarua ketika kami salah ambil jalan.

Pagi itu saya bersama Komunitas Aleut mencari dua lokasi permakaman eks pemilik Perkebunan Cisarua di Cisarua, Kabupaten Bogor. Perkebunan Cisarua terbagi dalam dua bagian, Cisarua Utara dan Cisarua Selatan. Di masa lalu, wilayah perkebunan ini merupakan bagian Keresidenan Batavia dan Afdeling Buitenzorg.

Pemilik Kebun Cisarua Utara adalah J.M. Bik dengan administratur F.E. Keuchenius, sementara Kebun Cisarua Selatan dimiliki oleh B.Th. Bik yang merangkap sebagai administratur. Pada 1 Januari 1894 tercatat jumlah penduduk di Perkebunan Cisarua Utara sebanyak 3823 jiwa dan 3202 jiwa di Cisarua Selatan.

Baca lebih lanjut

Momotoran Dewata Tembus Pangalengan

Penulis: Wikayatul Kamila

Aku jarang bepergian, dan tak pernah menggunakan motor untuk perjalanan yang cukup jauh. Momotoran dari Bandung ke Ciwidey adalah pengalaman pertamaku. Sebelum pergi, Teh Rani memberiku beberapa link tulisan catatan perjalanan berjudul Dewata, katanya kita akan ke sana. Aku membaca tulisan itu sambil mengemasi barang bawaan.

Sebelum berangkat Teh Rani memberiku pesan “Lamun cape atau cangkeul bebeja we nya,” begitu katanya. Kami tiba di Ciwidey sekitar pukul 7 malam, dan menginap di rumah A Eza. Begitu sampai, aku langsung memijat kakiku yang terasa pegal. Di sini kami merayakan tahun baru dengan acara bakar-bakar dan memasak tomyam, lalu setelahnya jalan-jalan ke Alun-alun Ciwidey yang dipadati pedagang dan pengunjung. Saat pergantian tahun, suasana ramai dan banyak kembang api dinyalakan.

Pagi hari di tahun baru, kami segera bersiap untuk berangkat momotoran ke Dewata. Menikmati suasana pagi di atas motor tidaklah buruk, aku menikmati pemandangan sekitar, namun keadaan pagi itu jangan ditanya seberapa dinginnya, tangan serta kaki rasanya seperti membeku.

Baca lebih lanjut

Momotoran Djamboe Diepa, Makam Tua di Pangheotan

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Beberapa bulan lalu Komunitas Aleut mengadakan Momotoran dengan tema mencari jejak Dipati Ukur. Momotoran ini mengunjungi beberapa tempat yang berkaitan dengan Dipati Ukur seperti Pabuntelan dan Gunung Lumbung. Tulisan Momotorannya dapat teman-teman lihat di website Komunitas Aleut.

Mencari sumber tertulis mengenai Dipati Ukur cukup sulit, salah satu sumber yang kami akses mengenai Dipati Ukur adalah catatan perjalanannya Van Oort dan Muller yang diterbitkan tahun 1833.  Selain pencarian tulisan di catatan perjalanan Van Oort dan Muller mengenai Dipati Ukur kami juga menemukan tulisan sebuah makam keramat yang berada di ketinggian ditanami pohon hanjuang dan dikelilingi parit. Warga sekitar menyebut tempat ini sebagai sisa peninggalan Negara Dalem Djamboe Diepa.

Baca lebih lanjut