Momotoran Nagreg, Cicalengka, dan Sekitarnya

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Minggu, 9 April 2023. Komunitas Aleut mengadakan kegiatan Momotoran, kegiatan ini masih dalam rangkaian bahasan panjang seputar peristiwa Bandung Lautan Api di Komunitas Aleut.

Gedong Peteng tertutup tanah dan alang-alang. Foto: Aditya Wijaya

Gedong Peteng, Nagreg

Tujuan pertama Momotoran ini adalah sebuah benteng Belanda yang berada di atas bukit (Bukit Citiis, Kampung Paslon) di kawasan Nagreg. Masyarakat sekitar menamai benteng ini Gedong Peteng tetapi sebenarnya Gedong Peteng hanyalah sebuah bagian dari beberapa bangunan benteng yang ada di sana. Bangunan lain saat ini sudah tidak tersisa hanya terlihat bekas-bekas pondasi dan reruntuhan batu-batu besar.

Menurut masyarakat Gedong Peteng merupakan bangunan yang dahulu berfungsi sebagai penjara. Peteng menurut masyarakat memiliki arti gelap. Saat ini hanya Gedong Peteng yang masih tersisa dan kondisinya relatif masih utuh meskipun ketika kami ke sana setengah bangunannya sudah tertimbun tanah.

Baca lebih lanjut
Iklan

Sekitar Bandung Lautan Api: R.E. Sulaeman Kartasumitra

Oleh: Komunitas Aleut

TENTARA PELAJAR CIREBON

Sulaeman Kartasumtira dilahirkan di Jakarta pada 31 Juli 1928. Saat Proklamasi Kemerdekaan RI, ia masih berstatus pelajar di sebuah sekolah lanjutan di Cirebon. Usianya masih 17 tahun. Seperti yang terjadi di mana-mana ketika itu, Sulaeman bersama teman-temannya pun bergabung dalam satu kelompok pelajar-pejuang yang kemudian dilebur menjadi Tentara Pelajar. Mereka mendapatkan pelatihan dasar kemiliteran dari TKR-AD (Angkatan Darat) dan TKR-AL (Angkatan Laut).

Dalam kelompok Tentara Pelajar yang dilatih oleh TKR-AL, Sulaeman adalah pemimpin pasukan. Kelompok-kelompok Tentara Pelajar ini secara bergiliran dikirim daerah pertempuran seperti di Krawang atau Bandung. Kadang diberi tugas juga untuk mengawal bahan pangan atau perlengkapan, seperti yang dialaminya pada bulan Juli 1947 bersama Yogi Suwardi Memet, dan beberapa rekan lainnya.

Baca lebih lanjut

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 3

Oleh Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini, dan Bagian 2 di sini.

PINDAH KE TASIKMALAYA, LALU KE BUKANAGARA, DAN SUMEDANG

Suatu malam, pasukan Batalyon Bandung Utara sempat menyerang markas Belanda di Grand Hotel dan dibalas dengan gempuran oleh pesawat-pesawat pengintai Belanda. Untung tidak ada korban dalam peristiwa ini. Setelah ini pasukan dipindahkan ke Tasikmalaya. Dengan menyusuri Gunung Kasur, dan melewati Ujungberung, mereka tiba di Tasikmalaya. Di sini ada Markas Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Didi Kartasasmita. Pasukan Amirmachmud menempati sebuah asrama di Cibeureum, dekat Manonjaya.

Baca lebih lanjut

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 2

Oleh Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

PEMBENTUKAN BKR LEMBANG

Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI diumumkan melalui radio Domei, Amirmachmud sempat mendengarnya langsung ketika sedang tinggal di rumah kakaknya di Lembang. Sehari kemudian Jepang membubarkan tentara PETA. Tanggal 20 Agustus 1945,  pemerintah mendirikan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dan tanggal 22 Agustus 1945 mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai bagian dari BPKKP. Tanggal 23 Agustus 1945, Sukarno berpidato mengumumkan pembentukan BKR dan mengajak para pemuda bekas PETA, Heiho, dan Kaigun, untuk berkumpul di daerahnya masing-masing.

Baca lebih lanjut

Yusuf Tauziri dan Masjid Cipari, Garut

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Damini atau Yusuf Tauziri adalah pemimpin Pesantren Darusalam, Wanaraja. Nama Yusuf Tauziri ia dapatkan setelah melaksanakan ibadah haji tahun 1923. Pada tahun yang sama, ia memimpin pondok pesantren bernama Darussalam, sekarang lebih dikenal dengan sebutan Pesantren Cipari, Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut.

(Bangunan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Cipari. Foto Komunitas Aleut)

Hari Sabtu, 18 Februari 2023, kami mengunjungi tempat ini. Tentu bukan tanpa alasan. Ada beberapa kisah yang sering diobrolkan berulang di Komunitas Aleut, seringkali disertai perjalanan berulang dengan tema yang sama di setiap generasi. Salah satu tema dan perjalanan yang berulang itu adalah yang berhubungan dengan Kartosuwiryo dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). DI/TII memang membawa pengaruh besar, dan dampaknya dirasakan di banyak tempat. Hal inilah yang membuat kami terus membahas dan terus melakukan perjalanan untuk menelusuri jejak DI/TII.

Baca lebih lanjut

Mencari Raden Saleh

Ditulis Oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Makam Raden Saleh di Bogor. Foto: Aditya Wijaya

Beberapa waktu lalu sedang ramai film mengenai Raden Saleh yang berjudul “Mencuri Raden Saleh”. Ada kisah yang tak kalah menarik dengan film itu. Bagaimana nisan Raden Saleh ditemukan kembali setelah lama terlupakan di Bogor.

Raden Saleh yang bernama lengkap Saleh Sjarif Boestaman lahir di Semarang tahun 1814. Dia berasal dari keluarga bangsawan yang berkerabat dengan Bupati Pekalongan dan Semarang.

Di usia dini dia sudah memiliki bakat seni lukis. Dia menerima pelajaran menggambar dan melukis pertamanya dari pelukis A.A.J. Paijen. Seorang pelukis Belgia yang ketika itu tinggal di Weltevreden.

Prof Reinward, seorang pelukis dan ahli botani yang dikenal sebagai perancang Kebun Raya Bogor, menaruh perhatian padanya. Gubernur Jenderal Van de Capellen, menganggapnya sebagai pemuda yang menjanjikan dan mendukungnya pergi ke Belanda atas biayanya bersama keluarga De Linge, yang sering dikunjungi Raden Saleh. Sumber: Tulisan Oom Snuffelaar di koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië tanggal 28-06-1930.

Baca lebih lanjut

Dua Malaikat di Cisarua Utara

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Patung dua malaikat, di salah satu nisan komplek permakaman Cisarua Utara. Foto: Aditya Wijaya

Komplek Permakaman Cisarua Utara letaknya tak jauh dari Jalan Raya Utama Cisarua-Puncak. Alamat lengkapnya di Jl. Alternatif Tapos-Ciawi. Permakaman ini berada di pinggir jalan dan tertutup oleh warung dan bengkel motor. Luas makam Cisarua Utara lebih sempit dibanding Cisarua Selatan. Tembok sekeliling makam sudah padat oleh rumah-rumah penduduk.

Baca lebih lanjut

Memento Mori; Perkebunan Cisarua Selatan & Keluarga Keuchenius

Oleh: Aditya Wijaya

Permakaman Cisarua Selatan. Foto: Aditya Wijaya

Uih deui weh ka jalan ageung, teras ka kenca, engke aya bengkel, tah ti jalan sapaliheunana lebetna,” itu informasi dari seorang penjaga toko di Cisarua ketika kami salah ambil jalan.

Pagi itu saya bersama Komunitas Aleut mencari dua lokasi permakaman eks pemilik Perkebunan Cisarua di Cisarua, Kabupaten Bogor. Perkebunan Cisarua terbagi dalam dua bagian, Cisarua Utara dan Cisarua Selatan. Di masa lalu, wilayah perkebunan ini merupakan bagian Keresidenan Batavia dan Afdeling Buitenzorg.

Pemilik Kebun Cisarua Utara adalah J.M. Bik dengan administratur F.E. Keuchenius, sementara Kebun Cisarua Selatan dimiliki oleh B.Th. Bik yang merangkap sebagai administratur. Pada 1 Januari 1894 tercatat jumlah penduduk di Perkebunan Cisarua Utara sebanyak 3823 jiwa dan 3202 jiwa di Cisarua Selatan.

Baca lebih lanjut

Momotoran Dewata Tembus Pangalengan

Penulis: Wikayatul Kamila

Aku jarang bepergian, dan tak pernah menggunakan motor untuk perjalanan yang cukup jauh. Momotoran dari Bandung ke Ciwidey adalah pengalaman pertamaku. Sebelum pergi, Teh Rani memberiku beberapa link tulisan catatan perjalanan berjudul Dewata, katanya kita akan ke sana. Aku membaca tulisan itu sambil mengemasi barang bawaan.

Sebelum berangkat Teh Rani memberiku pesan “Lamun cape atau cangkeul bebeja we nya,” begitu katanya. Kami tiba di Ciwidey sekitar pukul 7 malam, dan menginap di rumah A Eza. Begitu sampai, aku langsung memijat kakiku yang terasa pegal. Di sini kami merayakan tahun baru dengan acara bakar-bakar dan memasak tomyam, lalu setelahnya jalan-jalan ke Alun-alun Ciwidey yang dipadati pedagang dan pengunjung. Saat pergantian tahun, suasana ramai dan banyak kembang api dinyalakan.

Pagi hari di tahun baru, kami segera bersiap untuk berangkat momotoran ke Dewata. Menikmati suasana pagi di atas motor tidaklah buruk, aku menikmati pemandangan sekitar, namun keadaan pagi itu jangan ditanya seberapa dinginnya, tangan serta kaki rasanya seperti membeku.

Baca lebih lanjut

Ikut Muludan di Batukarut dan Rancakalong

Oleh Deuis Raniarti

Selepas dari masa pandemi yang berlangsung sejak dua tahun lalu, sekarang sudah mulai banyak kegiatan offline atau luar ruang dilakukan oleh masyarakat, sekalipun tetap masih ada aturan tertentu, seperti disiplin dan penggunaan perangkat prokes.

Karena kondisi yang sudah lebih longgar itu pulalah belakangan ini Komunitas Aleut mulai banyak mengadakan dan mengikuti kegiatan luar ruang. Selain permintaan beberapa materi tour sejarah dari beberapa lembaga, kami juga mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak-pihak lain. Kebetulan pula ada beberapa kegiatan yang cukup menarik perhatian kami, mulai dari Dieng Culture Festival pada awal bulan September lalu, sampai kegiatan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW atau muludan di dua lokasi berbeda.

Tulisan ini hanya terkait dua kegiatan paling akhir kami ikuti saja, yaitu muludan, masing-masing di Bumi Alit Kabuyutan di Banjaran, dan Seni Ormatan Tarawangsa di Rancakalong Sumedang. Dua kegiatan ini yang membuat aku kali ini tidak pulang ke Cianjur dan merayakannya bersama keluarga di kampung.

Baca lebih lanjut