#PojokKAA2015: Anoa yang Tak Sengaja Jadi Pusat Perhatian

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Ada pemandangan menarik dalam empat hari terakhir menjelang hari puncak 60 Tahun Perayaan Konferensi Asia-Afrika tanggal 24 April kemarin di Jalan Cikapundung Timur. Alih-alih berfoto dengan kubus yang bergambar tokoh dunia, warga Bandung malah berfoto dengan Anoa.

Tentu saja Anoa yang dimaksud di sini bukanlah binatang Anoa yang merupakan binatang endemik Sulawesi. Anoa di Jalan Cikapundung Timur adalah panser beroda 6 buatan PT Pindad, perusahaan manufaktur senjata asal Bandung. Anoa yang satu ini merupakan ‘binatang endemik’ Bandung. Baca lebih lanjut

Iklan

#PojokKAA2015: Enam Alinea untuk Alina *)

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Alina sayang, apa kabar? Dari depan Rathkamp, sore ini aku ingin mengirimmu beberapa alinea. Kata, sebagaimana kau tahu, selalu lebih berhasil menarik minatku. Kini, di sini, di tepi Jalan Asia-Afrika yang tengah ramai oleh pengendara dan pejalan kaki, aku mencoba merekamnya dalam redup dan remang bahasa; untukmu. Aku sengaja tidak mengerat dan memotong beberapa gambar, untuk apa? Orang-orang sudah terlampau banyak mengantongi rupa; di depan Gedung Merdeka, tepi Jalan Cikapundung Timur, pinggir sungai yang keruh itu, sekitar monumen Dasasila Bandung, di depan kantor Harian Pikiran Rakyat, dan masih banyak lagi. Mereka mencoba mengawetkan semesta dirinya dalam dekapan yang mulia kamera. Tidak Alina, aku tidak mau mengirimmu keriuhan yang banal itu lewat gambar. Aku ingin mendekatimu dengan kata.

Selepas hujan sore ini, mentari masih malu-malu menampakan diri. Sementara orang-orang justru girang memenuhi ruas trotoar dan sebagian bahu jalan. Arus lalu-lintas tersendat, sesekali klakson bersahutan. Hotel Savoy Homann, de Vries, Visser, dan Gedung Merdeka mulai tersaput temaram. Beberapa saat lagi adzab maghrib akan berkumandang dari Masjid Agung. Menjelang sore dijemput malam, keramaian semakin riuh. Tua-muda, laki-laki perempuan, semuanya menyesaki trotoar yang sudah dipercantik. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Maung Tapi Singa

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Puncak perayaan peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika tinggal beberapa hari lagi. Persiapan di sekitar Gedung Merdeka dan Museum Asia-Afrika sudah tinggal memasuki tahap finishing. Lampu-lampu penerangan jalan umum (PJU) bergaya klasik dipasang di sisi ruas Jalan Asia-Afrika, Jalan Naripan, dan Jalan Cikapundung Timur.

C360_2015-04-21-10-53-57-070

Lampu ini tak hanya memiliki fungsi menerangi jalan saat sang surya sedang beristirahat, namun juga memiliki nilai estetika yang bisa dinikmati saat ia sedang bertugas. Bagian tiang lampu diberi dudukan sehingga dengan mudah kita temui banner Soekarno dan Mandela di sisi kanan dan kirinya. Di bagian atas lampu bertengger sesosok binatang sebagai pelengkapnya. Binatang ini terlihat seperti seekor maung, namun dari sudut berbeda juga terlihat seperti seekor singa. Eh? Singa? Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Asia-Afrika Rasa Gasibu

Oleh: Yudha Bani Alam (@yudhaskariot)

Beraktifitas di minggu pagi memang cukup berat tapi tidak untuk yang berjiwa hidup sehat dan semangat berbelanja di pasar tumpah berkedok olahraga. Namun bagi saya daripada berdiam diri di rumah lebih baik Ngaleut dengan Komunitas Aleut. Ngaleut Minggu pagi ini (19 April 2015) bertema Ngaleut KAA. Saya berangkat dari rumah sekitar jam tujuh kurang lima belas menit, sempat tersendat di beberapa titik yang pada Minggu pagi menjadi titik pasar kaget. Mungkin untuk beberapa orang pasar kaget sudah menjadi hal yang lumrah, termasuk orang tua saya. Ada beberapa titik pasar kaget yang saya ketahui karena pasar kaget tersebut ada di jalur yang biasa saya lewati jika berpergian di Minggu pagi, seperti pasar kaget di Metro sesudah Rumah Sakit Al Islam, di kawasan Samsat yang dekat Carrefour Kiaracondong, dan yang paling terkenal adalah pasar kaget Gasibu.

Siapa yang tidak tahu seberapa terkenalnya pasar kaget Gasibu. Selain karena harga dari barang-barang yang dijual begitu miring alias kelewatan murah, yang menjadikan pasar kaget Gasibu begitu terkenal lannya adalah kepadataannya yang juga luar biasa kelewatan.  Sebelum para padagang di relokasi ke kawasan Monumen Perjuangan Rakyat yang hanya bergeser ke sisi utara dari Lapangan Gasibu, kepadatan di kawasan ini sangatlah parah yang menyebabkan kemacetan 1 kilometer di Jalan Diponogoro dan di Jalan Surapati. Kemacetan ini kadangkala tidak bisa dilewati sama sekali oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Ada langkah bagus dan baik pada kepemimpinan Walikota dan Wakil Walikota Bandung yang baru, Bapak Ridwan Kamil dan Bapak Oded Danial yang merelokasi para pedagang di Lapangan Gasibu. Kepadatan mulai terasa berkurang dan tertata rapi tidak sampai memakan ruas Jalan Surapati walaupun kepadatan kadang masih terjadi karena banyaknya pengunjung ke pasar kaget tersebut.

Begitu kagetnya saya ketika sampai di kawasan Gedung Merdeka. Begitu padatnya di kawasan ini pada Minggu pagi kali ini, hal yang tidak pernah saya rasakan setiap berkunjung ke kawasan ini. Mulai dari Jalan Braga Selatan atau Jalan Braga Pendek yang sekarang memiliki B-R-A-G-A nya memulai kepadatan yang terjadi dikawasan ini. Huruf B-R-A-G-A yang terletak di halaman depan Gedung Denis Bank (sekarang Gedung BJB) menjadi salah satu konsentrasi foto-foto masyarakat yang mengunjungi kawasan ini. Dilanjutkan ke jalan Asia-Afrika yang kepadatannya sangat di luar dugaan. Bunyi klakson, deru mesin kendaraan bermotor dan keriuhan masyarakat yang memenuhi trotoar jalan bercampur menjadi satu yang mengingatkan kembali pada masa-masa pasar kaget Gasibu sebelum direlokasi: padat dan macet. Saking padatnya saya harus berjalan memutar dan bertemu kembali dengan B-R-A-G-A yang tadi saya lewati untuk menuju Jalan Banceuy dengan berjalan kaki bersama teman-teman dari Komunitas Aleut. Di depan Hotel Savoy Homann terjadi kepadatan yang menyebabkan kemacetan, sementara di sisi kanan dan kiri jalan ada masyarakat yang berjalan sambil menuntun sepedanya karena begitu padatnya jalan dikawasan ini dan tidak sedikit pula mayarakat yang asik berfoto-foto ria.

yudha7

Kepadatan di Depan Hotel Savoy Homann

Bisa dibilang antusiasme masyarakat terhadap wajah baru kawasan Gedung Merdeka ini sangat tinggi. Antusiasme masyarakat yang sangat tinggi ini pasti memiliki efek domino bagi kehidupan masyarakatnya, mulai dari naiknya index of happiness masyarakat sampai menjadi lahan basah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi nya. Keramaian ini menjadi faktor penarik yang kuat untuk mendatangkan teman-teman pengusaha kecil dan menengah ke bawah yang menjajakan dagangan mereka, dari minuman sampai makanan. Ingat apa yang terjadi pada Lapangan Gasibu dulu dan pada Car Free Day Dago?.

yudha9

Kepadatan dan keramaian masyarakat di jalan Asia Afrika

yudha8

Penjual makanan dan minuman di Jalan Cikapundung Timur

Biasanya titik-titik keramaian ini akan berubah wajah dan fungsi awal, awalnya tempat olahraga menjadi pasar tumpah, dulunya ruang terbuka hijau jadi lapak jual-beli, awalnya bersih menjadi kumuh dan dulunya lancar jadi macet. Mudah-mudahan dengan antusiasme masyarakat yang tinggi, tinggi pula antusiasme masyarakat dalam menjaga dan melindungi kawasan ini. supaya tidak ada yang berubah satupun dari wajah dan fungsi awalnya. Itung-itung menjaga agar kita punya warisan untuk generasi selanjutnya dan mencetak sejarah dengan hilangnya pemikiran “liat aja, sebentar lagi juga rusak”.

#PojokKAA2015: Seputar Pengibaran Bendera Negara-negara KAA

Oleh: Deris Reinaldi

Semula jadwal pengibaran bendera negara peserta KAA jatuh di tanggal 18 April 2015, tapi entah mengapa alasannya, jadwalnya dimajukan menjadi tanggal 15 April 2015. Bendera yang dikibarkan terdiri dari 109 bendera dari setiap negara peserta KAA yang dikibarkan oleh Pramuka Kwarcab Bandung, para pengibar ini terdiri dari pelajar SD, SMP dan SMA di Bandung. Upacara terbuka untuk umum, sehingga semua orang dapat melihat proses pengibaran bendera. Upacara pengibaran bendera dihadiri oleh para relawan KAA, pegawai Museum KAA, dan sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika. Upacara ini bertempat di Jl. Cikapundung Timur yang kini jalannya menggunakan batu granit serta banyak bangku-bangku untuk nongkrong.

deris1

Para pengibar bendera ini diberi waktu untuk latihan selama dua hari tepatnya dari hari Senin, 13 April sampai Zelasa, 14 April 2015. Dalam latihannya yang singkat ini semangat mereka tak terhalangi semangatnya untuk latihan di tengah cuaca di Bandung yang sulit terprediksi. Patut diacungi jempol, bila perlu dua jempol untuk pengibar bendera negara peserta KAA. Baca lebih lanjut

#InfoAleut: Ngaleut Seputaran Gedung Merdeka

 

IMG-20150418-WA0001

#InfoAleut Hari Minggu (19/04/2015) kita akan… “Ngaleut KAA”. Mari bersama-sama mencari tahu tentang keadaan terkini sekitar Gedung Merdeka dan Museum Asia-Afrika.

Seperti apa wajah baru lingkungan sekitar Gedung Merdeka? Bagaimana kondisi Sungai Ci Kapundung? Apa saja yang dilakukan warga di sekitaran Gedung Merdeka? Mari kita cari tahu bersama! 🙂

Tertarik untuk bergabung? Langsung saja kumpul di depan Kantor Pikiran Rakyat (Jl. Asia-Afrika no. 77) pukul 07.30 WIB. Jangan lupa bawa alat tulis, karena akan ada hal penting yang harus dicatat 😀

Nah, jangan lupa untuk konfirmasikan kehadiranmu ke nomor 0896-8095-4394. Cukup kirim SMS dengan format nama dan kesedian untuk ikut serta. Ingat, konfirmasi ini hukumnya WAJIB yah 🙂

BywSSCTCUAAIE_G

Untuk yang mau daftar keanggotaan, langsung aja di tempat kumpul kegiatan. Konfirmasikan kehadiranmu, hadir di tempat kumpul, lalu daftarkan keanggotaanmu dengan biaya iuran Rp 10.000,00. Voila! Kamu sudah terdaftar sebagai anggota Komunitas Aleut 😀

Sekian saja Info Aleut siang hari ini. Ayo datang dan ramaikan, karena tiada kesan tanpa kehadiranmu 🙂

#PojokKAA2015: Wajah Baru Kelakuan Lama

Oleh: Yudha Bani Alam (@yudhaskariot)

Kemeriahan menjelang Konferensi Asia-Afrika di Bandung sangat terasa bukan hanya karena Bandung sebagai tuan rumah dan tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika pertama pada tahun 1955. Kemeriahan ini ditandai dengan perombakan secara besar-besaran terhadap kawasan di sekitar Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia-Afrika. Salah satunya adalah Jalan Cikapundung Timur yang dulunya merupakan jalan menuju Jalan Naripan.

Sekarang, jalan tersebut telah mempunyai wajah baru yang sangat berbeda dari sebelumnya, walaupun pembangunannya masih terus berjalan sampai sekarang. Jalan ini nantinya tidak lagi digunakan sebagai jalan raya namun sebagai jalan untuk pejalan kaki. Kendaraan roda dua atau empat dilarang melintas di jalan ini.

Suasana Malam di Jalan Cikapundung Timur

Suasana Malam di Jalan Cikapundung Timur

Wajah baru jalan ini tidak dibarengi dengan tingkah laku yang baru oleh masyarakat yang sedang menikmati suasana di kawasan ini. Ditemukan beberapa gelas-gelas dan botol-botol plastik bekas minuman serta teman-temannya tergeletak begitu saja ditinggalkan oleh para penikmatnya. Terlihat pedagang minuman, baik itu minuman kemasan maupun kopi seduh. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Mereka yang Bekerja Keras di Balik Layar

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

“Sebuah bangunan megah bisa saja roboh akibat tak terpasangnya satu baut kecil”.

Anggap saja perhelatan Perayaan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika yang akan berlangsung di Bandung tanggal 24 April 2015 mendatang adalah sebuah rumah super megah. Jika kontraktor lupa memasang satu baut kecil saat membangun rumah, perhelatan akbar ini bisa hancur berantakan. Bagaimana bisa ini terjadi? Siapakah baut kecil ini?

Di balik segala kemegahan yang nampak di depan mata dalam persiapan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika, seringkali kita melupakan mereka yang secara harfiah bekerja keras siang dan malam di balik layar. Mereka kalah pamor dibanding para tokoh masyarakat yang sering wara-wiri di media karena mereka hanyalah bagian dari beberapa baut kecil yang saya singgung di awal. Mereka tak jadi pusat perhatian, tak pernah diburu awak media, perannya tak kasat mata. Namun tanpa mereka, semua persiapan ini akan percuma. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Derap Pramuka di Jalan Cikapundung Timur

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Suara derap kaki terdengar dari Jalan Cikapundung Timur. Suara derap kaki tersebut berasal dari kumpulan orang yang memakai baju dan celana coklat dan sekelompok drum band dengan pakaian biru tua. Mereka baru saja tampil dan selesai menaikkan 109 bendera negara Asia-Afrika di sekeliling Museum Konferensi Asia-Afrika dan Gedung Merdeka. Penaikan bendera dan rangkaian acara hari ini berjalan mulus hampir tanpa cela.

Latihan yang saya saksikan dua hari ke belakang membuahkan hasil yang manis. Masih jelas di ingatan saya saat itu mereka berlatih menggunakan pakaian sekolah. Awalnya saya kira mereka adalah Paskibra Kota Bandung.

C360_2015-04-14-09-53-28-363

Para Pelajar yang Sedang Berlatih

Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Masih “Permak Wajah” Asia Afrika

Oleh: Yudha Bani Alam (@yudhaskariot)

Jumat pagi kawasan Jalan asia afrika terlihat lengang namun menjelang jam 10.00 WIB, kepadatan kendaraan mulai terlihat bahkan cenderung macet apalagi di Jalan Cikapundung Barat yang sekarang menjadi ramai karena menjadi perputaran jalur untuk menuju ke Jalan Naripan yang awal nya berada di jalan cikapundung timur. Pembangunan memang memliki dua sisi, yaitu positif dan negatif. Mungkin kemacetan yang terjadi adalah salah satu sisi negatif nya yang mudah-mudahan bersifat sementara.

yudha1

Suasana di Jl.Cikapundung Barat

Peringatan Bersejarah Konferensi Asia Afrika tahun 2015 yang menginjak usia 60 tahun yang dihelat tanggal 19 April 2015 sampai 24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. Persiapan besar-besaran terjadi di Kota Bandung terutama di kawasan Jalan Asia Afrika. Mulai dari penataan trotoar, panambahan bunga-bunga di titik-titik tertentu, pengadaan bangku-bangku dan lampu-lampu jalan yang bercita rasa masa lalu serta adanya bola-bola batu diatas trotoar. Apabila belum pernah lagi menginjakkan kaki di kawasan ini, jangan kaget jika suasana nya begitu berbeda dari sebelumnya. Pengerjaan infrastruktur yang tadi disebutkan sebelumnya masih ada beberapa yang terus dikerjakan sampai sekarang (Jumat, 10 April 2015). Seperti mengecat lampu jalan raya nya dan trotoar serta memotong-motong batu granit yang menjadi alas untuk pejalan kaki diatas trotoar. Penempatan kursi-kursi nya pun sudah mencapai gedung N.I ESCOMTO MIJ Bank (Gedung Bank Mandiri) dan Gedung Jiwasraya namun belum dipermanenkan. Baca lebih lanjut