Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)
“Sebuah bangunan megah bisa saja roboh akibat tak terpasangnya satu baut kecil”.
Anggap saja perhelatan Perayaan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika yang akan berlangsung di Bandung tanggal 24 April 2015 mendatang adalah sebuah rumah super megah. Jika kontraktor lupa memasang satu baut kecil saat membangun rumah, perhelatan akbar ini bisa hancur berantakan. Bagaimana bisa ini terjadi? Siapakah baut kecil ini?
Di balik segala kemegahan yang nampak di depan mata dalam persiapan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika, seringkali kita melupakan mereka yang secara harfiah bekerja keras siang dan malam di balik layar. Mereka kalah pamor dibanding para tokoh masyarakat yang sering wara-wiri di media karena mereka hanyalah bagian dari beberapa baut kecil yang saya singgung di awal. Mereka tak jadi pusat perhatian, tak pernah diburu awak media, perannya tak kasat mata. Namun tanpa mereka, semua persiapan ini akan percuma.
Masih segar di ingatan saya tahun 2007 silam, di mana Hollywood dilanda demo besar-besaran yang dilakukan para penulis naskah yang notabene adalah pekerja di balik layar. Mereka mogok, tak mau bekerja karena mereka merasa kerja keras mereka tak sebanding dengan kompensasi yang mereka terima. Padahal, sebuah serial maupun film layar lebar tak akan pernah menjadi hits jika naskahnya ditulis dengan buruk, sekalipun aktor atau aktris terkenal bermain di dalamnya.
Salah satu baut kecil yang saya maksud adalah para pekerja perbaikan trotoar yang bekerja dari pagi hingga menjelang tengah malam. Mereka bekerja keras agar Bandung terlihat indah pada saat puncak Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika. Mungkin tugas mereka terlihat sepele, mungkin mereka dilihat sebelah mata, tapi tanpa mereka, Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika tidak akan berjalan sukses.
Tanpa mereka, tak mungkin kita bisa melihat keceriaan seperti ini.
Terima kasih, para pekerja keras di balik layar!