#PojokKAA2015: Ulin Jarambah

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

ulin jarambah

“Omat ulah ulin di ranjěng, aya jurig samak!”

Aya wěh kolot baheula mah, nyaram barudakna těh jeung mamawa lelembut sagala. Tapi da ari budak mah nya langsung ngabuligirkeun maneh tinggal salěmpak pas nempo ranjěng těh. Paduli teuing rěk diculik ku jurig samak ge, nu penting mah bisa guyang jeung munding.

Ah asa resep ngabayangkeun pas masih lehoan keneh těh, kasusah hirup sigana ngan ukur pelajaran Matěmatika. Masih bisa ngalaman ulin jarambah sapertos nu dicaritakeun Us Tiarsa dina “Basa Bandung Halimun”. Pedah ari kuring mah ulin jarambahna di lembur, lain orang Kota. Kuring jadi mikir ari barudak zaman kiwari masih ngalaman teu nya? Baca lebih lanjut

Iklan

#PojokKAA2015: Pesan Damai Dari Bajaj

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Saat mendengar kata ‘bajaj’, maka hal yang terlintas di benak saya adalah Bajaj Bajuri, benda beroda tiga berwarna oranye, bau, berasap, berisik, dan banyak hal negatif lainnya. Bajaj merupakan salah satu moda transportasi yang dibenci sekaligus dibutuhkan di Ibukota Indonesia, Jakarta. Dibenci karena kebisingan, asap, dan kelakuan supirnya yang seringkali bikin kesal pengendara mobil atau motor, namun dibutuhkan karena… ya kita lihat sendiri masih banyak pengguna bajaj di ibukota.

C360_2015-04-21-14-18-58-484

Nah, terhitung seminggu sejak tanggal 18 April 2015, kendaraan beroda tiga ini datang ke Kota Bandung untuk mengangkut para wartawan yang meliput 60 Tahun Perayaan Konferensi Asia-Afika. Bajaj? Datang ke Bandung? Apa maksudnya ini? Mau menambah tingkat polusi Kota Bandung? Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Visser & Co

Oleh: Mooibandoeng (@mooibandoeng)

Dalam kegiatan latihan peliputan yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut selama bulan April 2015 ini, kami sering sekali berkunjung ke kawasan sekitar Gedung Merdeka. Di halaman depan sebelah barat Gedung Merdeka saat ini terpasang sejumlah bangku dan pot-pot bunga warna-warni berukuran besar. Saat duduk di bangnu-bangku itu, pemandangan tepat di seberang jalan adalah sebuah bangunan yang tua yang tampak masih bagus.

Saat ini di bagian muka bangunan terpampang sebuah plang bertuliskan TOPGROWTH FUTURES. Berkali-kali rekan yang kebetulan berkeliling bersama menanyakan apa nama gedung itu dan dipakai untuk apa dulunya. Saya sendiri tidak banyak tahu tentang masa lalu gedung itu selain pernah menjadi sebuah toko buku dan penerbitan. Di koleksi buku-buku tua kami ada sejumlah buku berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh perusahaan ini, Visser & Co.

Nama Toko Buku Visser & Co mungkin tidak terlalu terkenal dibanding bangunan sekitarnya seperti Societeit Concordia yang kemudian menjadi Gedung Merdeka, atau toko De Vries di sebelah timurnya, yang sampai sekarang masih berdiri dan baru saja mengalami perbaikan ke bentuk lamanya. Gaya arsitektur Toko Buku Visser termasuk sederhana, hanya berupa bangunan persegi dengan hiasan artdeco berbentuk kotak-kotak di bagian muka gedung dan ornamen besi berbentuk lingkaran di bagian kiri dan kanan yang sekaligus berfungsi sebagai tiang bendera.

BR1

Foto: Komunitas Aleut

Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Kabar Dari Stadion Siliwangi

Oleh: Deris Reinaldi

Ada pemandangan yang berbeda di Stadion Siliwangi pada hari Kamis, 23 April 2015. Suasana di Stadion Siliwangi sangat ramai sekali, banyak orang berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing. Banyak orang yang berdatangan baik menggunakan bis, angkot dan berjalan kaki, seakan-akan jalanan membludak dengan kadatangan orang-orang. Di Jl. Lombok yang mana sudah ditutup dari dini hari sudah banyak orang yang sedang mengantri. Antrian begitu panjang dan padat dengan penjagaan yang ketat pula oleh pihak keamanan Stadion Siliwangi. Jl. Aceh dan Jl. Belitung mulai terkena getahnya, yakni menjadi macet karena banyak kendaraan dan orang. Jadi ada apakah ini?

deris1

Penyebab dari semua yang telah diceritakan diatas ialah pemecahan rekor MURI 20.000 angklung. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Konperensi Asia-Afrika 2015 yang diselenggarakan oleh Saung Angklung Udjo. Pihak yang memainkan angklung ini terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA dan sederajat, perguruan tinggi, karyawan, dan masih banyak lagi. Mereka sangat antusias untuk memainkan angklung, mungkin penyebabnya adalah bisa memecahkan rekor MURI dan angklung yang dimainkannya bisa dibawa pulang. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Anoa yang Tak Sengaja Jadi Pusat Perhatian

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Ada pemandangan menarik dalam empat hari terakhir menjelang hari puncak 60 Tahun Perayaan Konferensi Asia-Afrika tanggal 24 April kemarin di Jalan Cikapundung Timur. Alih-alih berfoto dengan kubus yang bergambar tokoh dunia, warga Bandung malah berfoto dengan Anoa.

Tentu saja Anoa yang dimaksud di sini bukanlah binatang Anoa yang merupakan binatang endemik Sulawesi. Anoa di Jalan Cikapundung Timur adalah panser beroda 6 buatan PT Pindad, perusahaan manufaktur senjata asal Bandung. Anoa yang satu ini merupakan ‘binatang endemik’ Bandung. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Secuil Jalan yang Hanya Dibuka Untuk KAA

Oleh: Hevi Abu Fauzan (@hevifauzan)

CDU99nXUkAA9LX2

Sewaktu penulis kecil, tidak ada pemandangan yang paling aneh di Bandung, kecuali ketika melihat secuil jalan dibebaskan dari kandangnya. Iya, saya besar di Jalan Stasiun Timur, dan secuil jalan yang saya maksud adalah sebuah potongan kecil Jalan Otto Iskandardinata (Otista) yang dilintasi rel kereta api di sebelah timur Stasiun Bandung.

Pembukaan jalan yang saya maksud pada saat itu terlihat sangat mewah. Terang saja, iring-iringan kendaraan mengkilap di selingi sirine polisi dan beberapa panser memang menjadi pemandangan yang tidak akan pernah kita saksikan sehari-hari. Sebuah perayaan yang kemudian penulis tahu sebagai peringatan Konferensi Asia Afrika. Dan Bagi penulis, saat-saat kendaraan melintasi secuil jalan itu adalah salah satu keajaiban dunia saat itu. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Ode *) Enam Jam di Bandung

Oleh: Ariono Wahyu (@A13Xtriple)

Untuk enam jam pesta akbar di kota kami ini, dana yang dikeluarkan miliyunan. Pasukan pengamanan ribuan. Pedagang mengungsi, papan baca sebuah koran ditumbangkan dulu, untuk kedepannya direkonstruksi kembali, seperti nasib yang terjadi pada tiang-tiang bendera.

Kekuatan pengamanan di pusat kegiatan ribuan orang setara ratusan peleton. Sedangkan kami hanya berkekuatan sapta orang, setara satu peleton pun tidak. Hanya setengah lusin personil lebih satu orang dengan senjata utama kartu pengenal yang kami rebut dari Museum Konferensi Asia-Afrika (MKAA).

Kami milisi dari komunitas non-subsidi yang cinta mati pada kota ini. Doktrin kami belajar bersama dan berbagi ilmu. Mungkin kami tanpa pelatihan khusus tapi semangat belajar adalah nafas yang menjadi modal kami untuk terus bergerilya memberikan berita yang tak biasa. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Semangat KAA di SMP Negeri 2 Bandung

Oleh: Gita Diani Astari (@gitadine)

Saya berdiri di depan gerbang sekolah bernuansa hijau yang membawa kesan segar, mengamati suasananya. Semangat penyemarakan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika sangat terasa, dengan dipasangnya bendera-bendera negara peserta KAA 2015 di halaman depan. Tiga van yang membawa para delegasi dari Myanmar, Thailand, dan Sri Lanka terparkir rapi. Dengan arahan seorang pria bersenyum ramah yang mengenakan iket, saya masuk ke area Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Bandung.

Sejak pagi, beberapa siswa SMP 2 dan tim delegasi internasional menampilkan bakat dan kebudayaan mereka di aula sekolah. Meskipun penampilan mereka menarik (tarian salah satu tim delegasi internasional bahkan termasuk akrobat!), semakin lama kursi penonton semakin kosong dengan siswa-siswi yang berjalan keluar-masuk ruangan. Beberapa yang duduk di bagian belakang ruangan pun kurang fokus karena berbincang-bincang dengan teman-teman mereka. Hal ini saya sayangkan, karena bisa dianggap kurang menghargai penampilan indah yang disuguhkan.

Begitu acara selesai pukul 12, para delegasi segera bergerak keluar ruangan agar dapat berangkat ke lokasi jadwal mereka selanjutnya, yaitu Meet & Greet di Paris van Java dan Cihampelas Walk. Namun sebelum mereka pergi, dengan senang hati mereka berpose untuk para siswa dan guru. Tak lupa selfie yang sangat “kekinian”! Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Satu Angklung, Satu Indonesia, Satu Harmoni

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Pagi itu, ada hal yang tidak lazim di sekitaran Stadion Siliwangi. Jalan sekitaran Stadion Siliwangi ditutup oleh polisi dan tentara. Selain itu, banyak orang yang mengantre masuk ke dalam Stadion Siliwangi. Setelah bertanya ke beberapa orang, saya baru tahu bahwa akan ada pemecahan rekor angklung di Stadion Siliwangi.

Riuh anak sekolah di Stadion Siliwangi

Rombongan Siswa SMAN 1

Rombongan Siswa SMAN 1

Stadion Siliwangi diisi oleh lautan anak sekolah dengan seragam yang berbeda – beda. Ada yang memakai baju batik khas sekolah. Ada yang memakai baju seragam. Ada juga yang memakai baju bebas. Semuanya berkumpul di depan Stadion Siliwangi. Baca lebih lanjut

#PojokKAA2015: Enam Alinea untuk Alina *)

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Alina sayang, apa kabar? Dari depan Rathkamp, sore ini aku ingin mengirimmu beberapa alinea. Kata, sebagaimana kau tahu, selalu lebih berhasil menarik minatku. Kini, di sini, di tepi Jalan Asia-Afrika yang tengah ramai oleh pengendara dan pejalan kaki, aku mencoba merekamnya dalam redup dan remang bahasa; untukmu. Aku sengaja tidak mengerat dan memotong beberapa gambar, untuk apa? Orang-orang sudah terlampau banyak mengantongi rupa; di depan Gedung Merdeka, tepi Jalan Cikapundung Timur, pinggir sungai yang keruh itu, sekitar monumen Dasasila Bandung, di depan kantor Harian Pikiran Rakyat, dan masih banyak lagi. Mereka mencoba mengawetkan semesta dirinya dalam dekapan yang mulia kamera. Tidak Alina, aku tidak mau mengirimmu keriuhan yang banal itu lewat gambar. Aku ingin mendekatimu dengan kata.

Selepas hujan sore ini, mentari masih malu-malu menampakan diri. Sementara orang-orang justru girang memenuhi ruas trotoar dan sebagian bahu jalan. Arus lalu-lintas tersendat, sesekali klakson bersahutan. Hotel Savoy Homann, de Vries, Visser, dan Gedung Merdeka mulai tersaput temaram. Beberapa saat lagi adzab maghrib akan berkumandang dari Masjid Agung. Menjelang sore dijemput malam, keramaian semakin riuh. Tua-muda, laki-laki perempuan, semuanya menyesaki trotoar yang sudah dipercantik. Baca lebih lanjut