#PojokKAA2015: Visser & Co

Oleh: Mooibandoeng (@mooibandoeng)

Dalam kegiatan latihan peliputan yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut selama bulan April 2015 ini, kami sering sekali berkunjung ke kawasan sekitar Gedung Merdeka. Di halaman depan sebelah barat Gedung Merdeka saat ini terpasang sejumlah bangku dan pot-pot bunga warna-warni berukuran besar. Saat duduk di bangnu-bangku itu, pemandangan tepat di seberang jalan adalah sebuah bangunan yang tua yang tampak masih bagus.

Saat ini di bagian muka bangunan terpampang sebuah plang bertuliskan TOPGROWTH FUTURES. Berkali-kali rekan yang kebetulan berkeliling bersama menanyakan apa nama gedung itu dan dipakai untuk apa dulunya. Saya sendiri tidak banyak tahu tentang masa lalu gedung itu selain pernah menjadi sebuah toko buku dan penerbitan. Di koleksi buku-buku tua kami ada sejumlah buku berbahasa Belanda yang diterbitkan oleh perusahaan ini, Visser & Co.

Nama Toko Buku Visser & Co mungkin tidak terlalu terkenal dibanding bangunan sekitarnya seperti Societeit Concordia yang kemudian menjadi Gedung Merdeka, atau toko De Vries di sebelah timurnya, yang sampai sekarang masih berdiri dan baru saja mengalami perbaikan ke bentuk lamanya. Gaya arsitektur Toko Buku Visser termasuk sederhana, hanya berupa bangunan persegi dengan hiasan artdeco berbentuk kotak-kotak di bagian muka gedung dan ornamen besi berbentuk lingkaran di bagian kiri dan kanan yang sekaligus berfungsi sebagai tiang bendera.

BR1

Foto: Komunitas Aleut

Gedung yang masih berdiri sekarang ini adalah hasil pembangunan ulang pada masa populernya gaya arsitektur artdeco. Semula, bentuk gedung lamanya bergaya arsitektur Eropa, serupa dengan bentuk bangunan toko buku Vorkink di sisi baratnya yang sudah lama dibongkar tanpa pernah dibangun kembali. Sebagai perusahaan percetakan dan penerbitan, tak banyak yang diketahui tentang aktivitas perusahaan ini, selain adanya peredaran sejumlah buku tua yang pernah mereka terbitkan. Selain itu juga masih dapat ditemukan iklan-iklan perusahaan ini di dalam majalah lama seperti Mooi Bandoeng.

Foto hasil reproduksi majalah Mooi Bandoeng yang digunakan untuk salah satu kegiatan mooibandoeng, sebuah plesiran dalam rangka Hari Buku Sedunia (2010) dengan tema: Oude Boekhandel van Bandoeng.

Foto hasil reproduksi majalah Mooi Bandoeng yang digunakan untuk salah satu kegiatan mooibandoeng, sebuah plesiran dalam rangka Hari Buku Sedunia (2010) dengan tema: Oude Boekhandel van Bandoeng.

 

Sampul bulu Kleine Leercursus Voor Zelfonderricht In de Soendaneesche Taal (Buku Belajar Bahasa Belanda untuk Orang Berbahasa Sunda). L.A. Lezer. Visser Bandung – 1928 (Sumber sadnessbookstore.blogspot.com)

Sampul bulu Kleine Leercursus Voor Zelfonderricht In de Soendaneesche Taal (Buku Belajar Bahasa Belanda untuk Orang Berbahasa Sunda). L.A. Lezer. Visser Bandung – 1928 (Sumber sadnessbookstore.blogspot.com)

Dalam foto-foto liputan Konferensi Asia-Afrika 1955, selalu ada foto-foto yang memuat suasana di luar Gedung Merdeka, tempat konferensi dilaksanakan. Pada foto-foto yang diambil dari arah barat, kita masih bisa melihat sederetan bangunan tua bergaya klasik Eropa di seberang Gedung Merdeka yang kala itu masih bernama Societeit Concordia. Sebagian besar bangunan tua itu sudah tidak ada lagi sekarang, termasuk bangunan yang sebetulnya dapat menjadi landmark kota Bandung, yaitu gedung Vorkink, sebuah percetakan dan penerbitan yang cukup terkenal masa itu. Toko ini kemudian berubah nama menjadi Toko Buku Sumur Bandung sebelum akhirnya dirobohkan untuk pembangunan sebuah kompleks pertokoan modern yang sudah hilang pula beberapa tahun lalu.

Foto dari berdikarionline.com

Foto dari berdikarionline.com

Dari deretan bangunan tua itu, kini hanya tersisa dua buah bangunan saja yang masih memelihara bentuk arsitektur lamanya. Yang pertama, Toko Lido, sebuah toko rotan dan perlengkapan rumah tangga, serta bekas Toko Buku Visser Co. Toko buku ini terlihat jelas di sebelah kiri dalam foto lama di atas yang diambil saat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung. Bagian atap toko tampak dipenuhi oleh manusia yang ingin menyaksikan kedatangan para kepala negara dan delegasi negara-negara peserta KAA saat itu. Sekilas terbayang betapa dekatnya jarak antara masyarakat dengan para pemimpin negara saat itu, walaupun banyak militer yang berjaga-jaga tapi masyarakat masih bisa melihat dari jarak dekat.

45 tahun sebelum kejadian dalam foto di atas, sebuah artikel dalam harian De Locomotief bertanggal 29 Juli 1910 menuliskan kesan seorang wartawan tentang pembangunan yang sedang berjalan di Kota Bandung. Dikatakan dalam tulisan itu tentang geliat pembangunan di kota Bandung, beberapa perusahaan dari Batavia sudah membuka dan menempatkan cabangnya di dekat Societeit Concordia yang tidak seberapa jauh dari Aloen-aloen. Di antara toko-toko cabang baru tersebut adalah Visser & Co dari Batavia yang mendirikan perusahaannya di seberang Societeit Concordia, serta beberapa buah bank dan perusahaan dagang dari Batavia dan Surabaya.

70 tahun sejak kemerdekaan RI, banyak sekali jejak lama, terutama bangunan, yang dihapuskan karena dibongkar dan digantikan dengan bangunan-bangunan baru. Entah sampai kapan bekas bangunan Toko Buku Visser & Co di Bandung ini masih akan bertahan, begitu juga dengan bekas bangunan toko rotan Lido di sisi baratnya. Semoga masih akan bertahan cukup lama sehingga generasi berikut masih sempat menggali informasi-informasi lain untuk menambah catatan-catatan jejak perjalanan Kota Bandung yang sempat dikenal sebagai salah satu kota artdeco di dunia ini.

4 pemikiran pada “#PojokKAA2015: Visser & Co

  1. Ping balik: Sekelumit Kisah Leendert van der Pijl di Bandung | Dunia Aleut!

  2. Ping balik: Curug Jompong Dulu dan Sekarang – Travelology

  3. Ping balik: Curug Jompong Dulu dan Sekarang – Pengagum Alam Raya

  4. Ping balik: Curug Lanang, Air Terjun yang Hilang di Bandung Selatan – Pengagum Alam Raya

Tinggalkan komentar