Ngaleut Momotoran ke Sumedang

Oleh Asep Ardian

Dari Cadas Pangeran, ke Cut Nyak Dhien, sampai ke tempat peristirahatan terakhir raja-raja Sumedang.

Sebelum melakukan perjalanan ini, saya mengenal Sumedang hanya dari kesenian Kuda Renggongnya, yang ketika saya kecil sesekali mengikuti iring-iringan Kuda Renggong jika di daerah saya ada orang kaya yang disunat. Setelah beranjak dewasa, pandangan tentang Sumedang sedikit bertambah setelah mendengar beberapa kisah tentang Kerajaan Sunda yang berhubungan dengan latar sejarah Sumedang.

Saat ikut momotoran dengan Komunitas Aleut ini, mantap sudah, saya dapat mendengar dan melihat jauh lebih banyak lagi.

Perjalanan kami mulai jam 07.30 dari Bandung dengan rombongan berjumlah lima motor. Sabtu pagi itu cuaca Bandung begitu cerah, dari daerah Ancol, kami menyusuri jalanan Soekarno Hatta yang lengang, melintasi jalanan Cibiru, lalu lewat UNPAD, Cileunyi, dan menyusuri jalanan berkelok Bandung-Palimanan yang sejuk. Lalu sampailah kami di tempat tujuan kami yang pertama, sebuah monumen di Cadas Pangeran.

Baca lebih lanjut
Iklan

Perkebunan Teh Gunung Rosa

Oleh: Deuis Raniarti

Dalam rangkaian perjalanan Momotoran Gunung Padang hari Minggu lalu, kami menyempatkan pula mampir ke beberapa tempat yang sebelumnya cukup jarang dikunjungi oleh Komunitas Aleut, salah satunya adalah Perkebunan dan Pabrik Teh Gunung Rosa.

Jarak sekitar 6 kilometer dari Gunung Padang ke Pabrik Teh Gunung Rosa kami tempuh santai dalam waktu 40 menit. Beruntung jalan yang kami lalui kondisinya bagus, sepertinya memang baru diperbaiki karena menjadi akses menuju Situs Gunung Padang yang beberapa tahun ini selalu ramai oleh pengunjung. Jalan yang bagus itu berubah menjadi jalan bebatuan begitu memasuki kawasan perkebunan dan semakin dekat dengan pabrik teh.

Baca lebih lanjut

Menelusuri Jejak KAR Bosscha (Edisi momotoran)

Oleh: Nurul

Menelusuri berbagai tempat sejarah selalu menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Kita seperti bisa menyaksikan bagaimana suatu tempat berproses menjadi tempat yang bisa kita lihat sekarang. Cerita, perjuangan, pengorbanan, hingga akhir hayat tokoh tersebut seolah-olah seperti sebuah film yang diputar kembali. Hari itu, tanggal 15 April 2022, saya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Bandung. Rasanya seperti ingin memanjakan diri dengan sesuatu hal dan Bandung selalu menjadi jawabannya.

Pagi hari di tanggal 16 April 2022, saya bangun pukul 05.00 WIB kemudian segera bersiap-siap untuk memulai perjalanan yang sudah saya tunggu-tunggu yaitu menelusuri jejak KAR Bosscha. Tak lupa mempersiapkan jas hujan, sendal jepit dan keperluan lainnya untuk dibawa nanti. Dari Cinunuk, saya berangkat pukul 06.00 WIB, mengisi bensin, kemudian segera menuju Taman Regol. Titik kumpul hari itu adalah di Komunitas Aleut. Peserta yang akan mengikuti kegiatan momotoran diberikan beberapa instruksi, mengingat ada beberapa dari kami yang belum pernah mengikuti kegiatan semacam ini sebelumnya. Instruksinya berupa urutan motor, titik pemberhentian, dll. Saya dan Novi mendapatkan posisi di urutan ketiga.

Baca lebih lanjut

Menapaki Jejak Van Oort dan Muller

Ditulis oleh: Annisa Almunfahannah

Minggu, 06 Februari 2022.

Cuaca cukup cerah ketika kita berangkat dari Sekre Komunitas Aleut. Matahari pagi memberikan rasa hangat kepada kami dalam perjalanan menuju Cililin. Agenda kami hari itu adalah untuk menghadiri pernikahan salah satu rekan Komunitas Aleut yang berlokasi di Kelurahan Bongas, Cililin. Tapi, tentu saja kita tidak melewatkan kesempatan untuk bisa menyambangi area Cililin dan sekitarnya.

Salah satu catatan yang menjadi acuan perjalanan kami kali ini adalah yang ditulis oleh P. van Oort dan Salomon Muller dan diterbitkan tahun 1836 dalam Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Dalam catatan ini Salomon dan Muller melakukan perjalanan penelitian mengenai dunia binatang dan tumbuhan sambil mencatat berbagai temuan kuno, termasuk mengenai arca yang mereka lihat di puncak Gunung Lumbung.

Lokasi keberadaan arca ini cukup dikenal oleh warga sekitar karena ketika kami bertanya mengenai lokasi arca tersebut ke beberapa warga mereka dengan yakin menunjukkan arah kepada kami. Bardasarkan catatan Van Oort dan Muller sudah sejak lama lokasi arca ini digunakan sebagai tempat untuk meminta pentunjuk atau permohonan atas urusan dunia, terlihat dari adanya batang-batang dupa di sekitar arca.

Baca lebih lanjut

Catatan Momotoran Tendjonagara

Ditulis oleh: Inas Qori Aina

Momotoran Tendjonagara ini menjadi perjalanan kami berikutnya setelah beberapa minggu lalu perjalanan kami terhenti sampai di Pabuntelan. Berbekal informasi dari buku Pak E. Suhardi Ekadjati yang berjudul “Ceritera Dipati Ukur; Karya Sastra Sejarah Sunda” dan informasi tambahan dari sebuah channel Youtube yang membahas sejarah Cirebon Girang dan Pabuntelan, maka kami tentukan tujuan hari itu (Sabtu, 29 Januari 2022) adalah mengunjungi Padaleman dan Curug Roda. Masih dalam rangka tapak tilas jejak Dipati Ukur.

Baca lebih lanjut

Mengunjungi Jejak Dipati Ukur di Tenjonagara

Ditulis oleh: Aditya Wijaya (@adityanism)

Jalan menuju Curug Roda. Foto: Deuis Raniarti

Catatan ini merupakan lanjutan rangkaian tapak tilas dan kunjungan lapangan menemui jejak tokoh-tokoh sejarah Bandung. Untuk perjalanan hari ini, 29 Januari 2022, kami beri judul “Momotoran Tendjonagara.” Tenjonagara adalah nama administratif sebuah desa untuk semua kawasan yang kami kunjungi hari ini.

Singkatnya, pagi ini kami sudah tiba di Pabuntelan dan mencari satu lokasi di dalam hutan yang dalam sebuah tulisan dan cerita kawan-kawan Aleut angkatan sebelumnya disebut sebagai Padaleman (= tempat yang berada di dalam). Bagi angkatan lama, nama ini tentu bukan nama baru dan sudah cukup sering dibicarakan juga dalam obrolan tentang jejak-jejak Dipati Ukur di Pabuntelan.

Baca lebih lanjut

Catatan Perjalanan Ngaleut Bojongsoang (2)

Ditulis oleh: Inas Qori Aina

Lokasi Ngaleut kami berikutnya adalah Makam Luluhur Bupati Bandung yang ada di Dayeuhkolot. Sebelum lanjut, MagLex mengusulkan supaya kami mampir dulu ke rumah salah satu keturunan H. Rahmat Adam yang terletak tidak jauh dari komplek pemakaman. Kawan-kawan Aleut angkatan lama memang sebelumnya sudah pernah mampir untuk bersilaturahmi ke rumah ini di tahun 2016. Awalnya kami ragu-ragu untuk masuk, tapi akhirnya kami masuk juga.

Baca lebih lanjut

Catatan Perjalanan Ngaleut Bojongsoang (1)

Ditulis oleh: Inas Qori Aina

Sabtu pagi yang cukup cerah untuk mengawali Ngaleut kali ini. Tidak seperti Ngaleut biasanya yang dimulai dari mulai pukul tujuh, pada Ngaleut Bojongsoang, saya dan beberapa kawan Aleut berangkat dari sekretariat Komunitas Aleut pukul sepuluh kurang sebelas menit. Kami berangkat agak siang karena rute serta tempat yang akan kami singgahi tidak banyak dan relatif berdekatan. Pasukan Ngaleut Bojongsoang kali ini hanya ada saya, Rani, Annisa, Reza, Adit, juga MangLex yang menjadi “ensiklopedia berjalan” kami selama Ngaleut berlangsung. Ada pula satu kawan baru kami yaitu Asep yang langsung bertemu di titik Ngaleut pertama.

Baca lebih lanjut

Mausoleum Keluarga Ursone: Orate Pro Nobis – Doakanlah Kami

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Rumah Keluarga Ursone di Lembang. Foto: Reza Khoerul Iman

Minggu lalu saya dan teman-teman mengunjungi bekas rumah tinggal keluarga Ursone di Jalan Baruajak, Lembang. Sedikit flashback ke tulisan saya sebelumnya yang berjudul Momotoran Lembang, kami mengunjungi rumah ini setelah Ngaleut ke beberapa tempat di kawasan Lembang. Rumah ini tampak bagus dan dilengkapi halaman luas yang bersih. Salah satu perbincangan saya dan teman-teman saat duduk santai di halaman adalah tentang makam Ursone yang berada di kompleks makam Pandu. Mang Alex menjelaskan bahwa yang dimakamkan di makam berbentuk mausoleum itu bukan hanya satu orang saja, melainkan ada beberapa anggota keluarga Ursone, juga dari generasi yang berbeda. Mang Alex juga menyinggung soal bagaimana cara membaca tanda angka-angka yang tertulis di mausoleum bagian depan mausoleum Ursone.

Baca lebih lanjut

Momotoran Gas Tipis ke Lembang

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Agenda Momotoran Komunitas Aleut kali ini dibuka untuk umum, namun pesertanya dibatasi. Temanya Momotoran Lembang dan sekitarnya, jadi di kawasan dekat-dekat saja. Poster diposting tiga hari sebelum hari H dan ada google form yang harus diisi oleh peserta yang mendaftar, dengan catatan: “Apabila mendadak tidak dapat hadir, sila konfirmasi maksimal H-1 ke admin via nomor whatsapp atau DM ke Instagram @KomunitasAleut.

Jika sudah konfirmasi hadir, namun batal saat hari-H tanpa kabar atau alasan yang jelas, Aleutian tidak dapat mengikuti kegiatan Komunitas Aleut selama 3 bulan ke depan, karena kuota peserta terbatas. Mohon bertanggung jawab atas kuota yang telah diambil.” Catatan tersebut disematkan di akhir google form, alasannya tentu saja agar peserta disiplin dan bertanggung jawab dengan pilihannya. Pasalnya pada kegiatan-kegiatan Aleut sebelumnya, ada beberapa orang yang tidak bertanggung jawab seenaknya saja tidak konfirmasi bila tidak bisa hadir, sementara banyak orang tidak kebagian kesempatan karena kuotanya telah mereka ambil.

Peserta Momotoran berkumpul di Sekretariat Komunitas Aleut pada Minggu pagi, 9 Januari 2022. Tak disangka, peserta yang daftar hadir semua. Ternyata catatan akhir yang jadi pengingat pada google form itu bermanfaat juga, hehehe. Sebelum berangkat, saya menjelaskan dulu rencana kegiatan hari ini, mulai dari teknis Momotoran di Komunitas Aleut, materi pengantar untuk kegiatan hari ini, serta rencana rute perjalanan. Mengapa rencana rute? Karena bisa saja tidak semua kita jalani, let it flow~

Baca lebih lanjut