MENELUSURI JEJAK KAR BOSSCHA (Edisi momotoran)

Oleh: Nurul

Menelusuri berbagai tempat sejarah selalu menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Kita seperti bisa menyaksikan bagaimana suatu tempat berproses menjadi tempat yang bisa kita lihat sekarang. Cerita, perjuangan, pengorbanan, hingga akhir hayat tokoh tersebut seolah-olah seperti sebuah film yang diputar kembali. Hari itu, tanggal 15 April 2022, saya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Bandung. Rasanya seperti ingin memanjakan diri dengan sesuatu hal dan Bandung selalu menjadi jawabannya.

Pagi hari di tanggal 16 April 2022, saya bangun pukul 05.00 WIB kemudian segera bersiap-siap untuk memulai perjalanan yang sudah saya tunggu-tunggu yaitu menelusuri jejak KAR Bosscha. Tak lupa mempersiapkan jas hujan, sendal jepit dan keperluan lainnya untuk dibawa nanti. Dari Cinunuk, saya berangkat pukul 06.00 WIB, mengisi bensin, kemudian segera menuju Taman Regol. Titik kumpul hari itu adalah di Komunitas Aleut. Peserta yang akan mengikuti kegiatan momotoran diberikan beberapa instruksi, mengingat ada beberapa dari kami yang belum pernah mengikuti kegiatan semacam ini sebelumnya. Instruksinya berupa urutan motor, titik pemberhentian, dll. Saya dan Novi mendapatkan posisi di urutan ketiga.

Sekitar pukul 07.30 WIB, kami memulai perjalanan melewati sisi Bandung yang belum pernah saya lewati sebelumnya. Sepanjang perjalanan kepala saya sibuk memperhatikan jalanan dan bangunan. Jalan yang tadi lurus, besar dan mulus, kemudian perlahan jadi bekelok-kelok, sempit, dan sesekali berlubang. Pemandangan kota yang cukup ramai kemudian tergantikan oleh bangunan pabrik dan semuanya perlahan menjadi hijau. Penyegaran mata, batin saya saat itu.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 2 jam, sekitar pukul 09.30 WIB rombongan kami memasuki area perkebunan teh Malabar. Tak lama setelah memasuki area perkebunan teh Malabar, kami sampai di lokasi pertama yaitu makam KAR Bosscha. Saat memasuki area makam, kami semua disambut oleh sebuah monumen batu yang berisikan ukiran beberapa jasa serta karya KAR Bosscha terhadap berbagai bidang di Indonesia. Di antaranya, Technische Hogeschool (Institut Teknologi Bandung), Societeit Concordia  (Gedung Merdeka Bandung, tempat diselenggarakannya Konperensi Asia Afrika), Observatorium Bosscha (gedung peneropong bintang yang memiliki lensa terbesar di dunia saat itu, sekitar 1923 – 1928), dan karya besar lainnya.

Tak jauh dari monumen tersebut terdapat makam KAR Bosscha yang di kelilingi oleh pagar besi putih. Saat memasuki pagar tersebut, suasana makam ala Eropa sangat terasa. Bangunan makam dikelilingi oleh pilar-pilar tinggi dan tertulis nama serta foto KAR Bosscha di tengahnya. Kami diberi waktu beberapa menit untuk menelusuri, dan beberapa dari kami ada yang bertanya ke penjaga makam yang ada di sana.

Gambar 1  Monumen makam KAR Bosscha. (sumber: penulis)
Gambar 2 Makam KAR Bosscha.
(sumber: penulis)
Gambar 3 Makam KAR Bosscha
(sumber: penulis)

Setelah puas mengamati dan berkeliling, kami berkumpul dan melakukan sesi tanya jawab. Kemudian kami diperingatkan bahwa medan menuju destinasi selanjutnya cukup sulit dan diharapkan untuk hati-hati dan jaga jarak. Setelah diskusi dan briefing, dengan memegang banner yang sudah dipersiapkan, kami melakukan sesi foto di depan monumen makam tadi.

Dari makam KAR Bosscha, perjalanan dilanjutkan menuju sekolah yang dibangun KAR Bosscha untuk anak-anak pribumi yang dikhususkan untuk pekerja kebun teh. Medan sulit yang dibicarakan tadi ternyata memang benar adanya, namun cukup menyenangkan. Jalannya sangat kecil dan hanya cukup satu motor dengan sisi kiri dan kanan dipenuhi oleh semak belukar. Menyusuri jalan kecil itu kami semua bersuka cita dan kebersamaannya semakin terasa. Setelah beberapa saat melewati jalan kecil tersebut, pemandangan perkebunan teh mulai terlihat. Meski sudah melewati bagian tersulitnya, kami harus tetap berhati-hati karena jalan yang kami lewati cukup licin.

Kira-kira 15 menit dari makam, kami sampai di lokasi kedua, sekolah yang dibangun KAR Bosscha yaitu Vervoloog Malabar. Kesan pertama saya adalah bangunan ini terlihat tua dan rapuh. Mengingat sudah lama tidak digunakan dan termakan waktu. Meski bukan bangunan asli, kesan sejarahnya masih terasa karena dibangun di atas puing-puing bangunan Vervoolog Malabar. Bangunan asli dari sekolah ini sudah lama hancur dikerenakan beberapa kejadian seperti kebakaran dan gempa bumi yang sempat melanda Pangalengan.

Bangunan sekolah ini merupakan bangunan semi permanen dan seperti rumah panggung. Dahulunya ada beberapa gedung lainnya, ruang guru, dan lapangan sekolah. Namun yang tersisa saat ini hanya satu gedung saja. Tepat di belakang bangunan sekolah ini, terdapat bangunan baru yaitu SDN 4 Malabar. Setelah puas keliling, kami berkumpul di depan bangunan Vervoloog Malabar untuk berdiskusi sembari menikmati pemandangan perkebunan teh.

Gambar 4,5,6 Bangunan Vervoloog Malabar. (Sumber: penulis)

Sekitar pukul 11.00 WIB, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi selanjutnya, yaitu Rumah KAR Bosscha. Medan yang ditempuh tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya, masih jalanan tanah yang licin. pemandangannya pun masih super indah dikelilingi perkebunan teh. Setelah melewati jalanan yang licin dan menanjak akhirnya kami bisa bernafas lega karena sudah menemukan jalan besar.

Pukul 11.15 WIB kami sampai di Rumah KAR Bosscha. Untuk bisa masuk dan menelusuri rumah ini, kami harus membayar Rp. 5.000/orang. Kesan pertama saya saat melihat Rumah KAR Bosscha ini adalah antik dan asri. Terlihat sangat nyaman untuk ditinggali. Rumah ini terdiri dari ruang tamu, ruang makan, kamar mandi, 2 kamar tidur, dapur, serta terdapat ruang bawah tanah dan dihiasi oleh barang-barang antik. Pada area Rumah KAR Bosscha ini, terdapat penginapan dengan berbagai tipe kamar yang disewakan untuk umum.

Gambar 6,7 Rumah KAR Bosscha. (Sumber: penulis)

Setelah puas berkeliling, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di sekitaran rumah KAR Bosscha sebelum akhirnya hujan lebat turun. Sebagian dari kami mulai merasakan ngantuk karena cuaca yang cukup dingin. Ketika hujan perlahan mereda, kami memutuskan untuk memakai jas hujan dan menuju ke bekas pabrik pengolahan teh Malabar yang jaraknya tidak jauh dari Rumah Bosscha. Namun sesampainya di area pabrik, pemandangan yang tersisa hanyalah puing-puing bekas pabrik teh. Kabarnya satu bulan yang lalu, pabrik tersebut dihancurkan. Alasan jelasnya pun kami tidak tahu. Di atas puing-puing pabrik tersebut, kami melakukan sedikit diskusi dan tanya jawab untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Tidak lupa, foto dengan banner yang sudah disiapkan di depan Rumah KAR Bosscha.

Gambar 8 Sisa-sisa pabrik teh Malabar. (Sumber: Komunitas Aleut)

Perjalanan pulang memakan waktu lebih lama karena beberapa dari kami mulai merasa lelah ditambah lagi hujan yang tak kunjung berhenti. Beberapa kali kami harus berhenti untuk merenggangkan badan sedikit atau membangun fokus kami kembali. Tujuan kami kali ini adalah kembali ke Komunitas Aleut. Kami baru sampai di Komunitas Aleut sekitar pukul 18.30 WIB, artinya waktu berbuka sudah dekat. Sebelum melakukan evaluasi mengenai perjalanan momotoran hari ini, kami memutuskan untuk berbuka bersama dengan menu nasi padang yang tidak henti-hentinya saya bicarakan sepanjang perjalanan pulang.

Bagi saya, momotoran sambil menelusuri sejarah adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan momotoran ini, yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya. Selain bisa mempelajari sejarah, pelajaran lain yang bisa diambil yaitu bagaimana kita bisa bekerjasama sehingga menciptakan perjalanan yang aman. Semoga pada kesempatan lainnya, saya bisa kembali merasakan kesenangan yang sama dengan cerita dan pengalaman yang berbeda.

Terimakasih

   ***

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s