Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Jayalah Badminton!
Barangkali Bre Redana benar, bahwa selain car free day, kita juga sekali-kali mesti mencoba gadget free day. Hal ini saya pahami sebagai sebuah laku pengalaman. Hari Ahad kemarin (3 Mei 2015), waktu ngaleut Tegallega, saya mencoba bertindak sebagai yang meng-update kegiatan ke twitter. Sepanjang perjalanan saya kerap menunduk, ditawan layar smartphone. Hal ini menyebabkan saya abai terhadap pengamatan yang lebih detail, saya hanya memburu beberapa gambar demi kecepatan informasi. Sehari setelah kegiatan itu, saya hanya bisa termangu di depan layar Ms. Word, kosong—apa yang hendak saya tulis? Sudah satu jam lewat, tapi ingatan sepanjang ngaleut Tegallega tercecer entah di mana, barangkali di smartphone itu. Yakinlah saya sekarang, bahwa gadget tak membawa saya ke mana-mana. Di beberapa potong waktu, dia juga mesti istirahat.
Maka catatan yang lahir kemudian tak lebih dari laku “babalědogan”, sebuah rekontruksi dari ingatan yang tercecer dan prematur. Tapi memang di sinilah letaknya, bahwa kerja koreksi dari pembaca diciptakan bukan untuk menahan lahirnya catatan, namun sebagai instrument untuk membuka ruang komunikasi yang lebih karib.
Dari sini, dari layar yang semula putih, akhirnya ada juga jejalin paragraph yang coba saya susun. Baca lebih lanjut →
Menyukai ini:
Suka Memuat...