“Saya lahir di Sinumbra, ditolong bidan dari Ciwidey.”
Johana Ellisye Salhuteru atau yang lebih akrab disapa dengan Bu Lisye memulai kisahnya. Melanjutkan beberapa cerita tentang Max Salhuteru terdahulu, kali ini bukan lagi Bu Lia (Camellia Salhuteru) tapi Kakaknya, Ibu Lisye, anak kedua Max Izaak Salhuteru, yang menuturkan pengalamannya. Continue reading →
“Beta Pattirajawane Yang dijaga Datu-datu Cuma Satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan”
Cerita Buat Dien Tamaela- Chairil Anwar
Entah pada saat Ngaleut yang mana saya pernah membacakan puisi tadi. Namun saya ingat membacakan puisi itu ketika singgah di GOR Saparua, sebuah tempat yang cukup akrab bagi saya. Saat ngaleut itu, saya bercerita mengenai Saparua dan orang-orang dari Ambon atau lebih luasnya Kepulauan Maluku. Mereka datang dan hidup di Bandung.
Menurut pengasuh Komunitas Aleut, Ridwan Hutagalung, adanya orang-orang dari berbagai suku bangsa dan salah satunya adalah mereka yang datang dari Kepulauan Maluku atau sering disebut dengan orang Ambon, ini membuktikan bahwa Bandung adalah sebuah skala kecil dari melting pot (kuali pembauran).
Bang Ridwan, panggilan akrabnya, kemudian memberikan satu contoh nama Alexander J. Patty. Walaupun tak banyak yang mengenal namanya, Alexander J. Patty adalah tokoh pergerakan dan aktif di organisasi “Jong Ambon”. Patty ditahan dan terdampar di Bandung hingga tutup usia. Konon salah satu kawan seperjuangannya adalah ayah dari Dien Tamaela, kawan perempuan “Si Binatang Jalang” Chairil Anwar.
Pada masa sekarang di Bandung dikenal beberapa fam populer dari Ambon seperti Goeslaw, Saba, Zein, atau Sahanaya, nama-nama yang dikenal lewat dunia hiburan tanah air. Lalu di klub sepak bola asal ibu kota Priangan, Persib, ada nama Timisela bersaudara. Kemudian di lingkungan perkebunan di Priangan ada satu nama keluarga Ambon yang berkiprah dan memiliki sumbangan jasa yaitu klan Salhuteru.
Rasanya sebuah anomali atau hal yang sangat jarang dapat menemukan orang Ambon di tengah lingkungan perkebunan yang ketika masa kolonial mayoritas berisi kuli kontrak dari daerah Priangan. Dan salah satu anomali tadi bernama Maximillian Izaak Salhuteru.