Pengelolaan Air untuk Listrik di Perkebunan Malabar

Oleh: Aditya Wijaya

Beberapa waktu lalu saya bersama Komunitas Aleut mengunjungi kawasan Perkebunan Malabar. Salah satu keperluannya adalah melihat lokasi-lokasi yang berkaitan dengan sistem air dan kelistrikan di Malabar. Di antaranya Syphon Cikuningan, PLTA Cilaki, DAM Wanasuka, dan masih banyak lagi.

Dari kunjungan ini saya membayangkan bagaimana dulu aliran air dikelola sedemikian rupa menjadi sumber listrik untuk memenuhi kebutuhan perkebunan. Seperti syphon yang berfungsi untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lainnya. Cara kerjanya mirip seperti bila kita memindahkan bensin dari motor melewati selang kecil.

Selain syphon ada juga beberapa kolam pengendapan air dan saringan-saringan air. Sesuai sebutannya, kolam dan saringan ini berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring air sebelum dialirkan menuju turbin guna menghasilkan listrik.

Jika kita amati lebih teliti sebenarnya sebagian aliran air yang dulu merupakan sungai dan dimanfaatkan untuk kelistrikan, sekarang ternyata sudah tidak ada lagi. Salah satunya, Sungai Citambaga yang saat ini sudah tinggal nama saja. Aliran sungai Citambaga termasuk yang paling awal dimanfaatkan untuk pembangunan PLTA di kawasan Perkebunan Teh Malabar.

Syphon Cikuningan (Aditya Wijaya)
PLTA Cilaki (Aditya Wijaya)

Jaringan Listrik di Malabar dan Tanara

Saat perkebunan Malabar dibuka pada tahun 1890, mereka pertama-tama menggunakan roda Pelton dengan transmisi kabel sebagai penghasil sumber listrik untuk kegiatan produksi. Namun instalasi ini segera digantikan oleh sebuah pembangkit listrik tenaga air yang terdiri dari sebuah generator arus searah dengan daya 100 kilowatt pada tegangan 120 volt. Generator ini digerakkan oleh sebuah turbin Francis dengan daya sekitar 150 tenaga kuda.

Dalam rangka pengoperasian pabrik pengering teh di Tanara, maka diperlukan pembangkit listrik dengan daya yang lebih besar. Pada tahun 1905, pembangkit listrik tenaga air di Cilaki mulai beroperasi. Air dari Cilaki dialirkan melalui terowongan sepanjang 80 meter ke pintu air dan mengalir dengan tekanan sekitar 12,5 meter melalui pipa besi ke turbin Francis dengan daya 225 tenaga kuda.

Pembangkit listrik ini memiliki generator dengan daya 150 kilowatt yang menghasilkan arus bolak-balik bertegangan 3000 volt. Generator ini disalurkan melalui saluran tegangan tinggi sepanjang 1,4 kilometer ke stasiun distribusi, kemudian disalurkan ke sub-stasiun Malabar dan Tanara. Di sub-stasiun yang berlokasi dekat dengan pabrik, arus listrik dengan tegangan 2700 dan 2900 volt ditransformasikan menjadi 115 volt untuk digunakan oleh berbagai motor dan penerangan.

Di sub-stasiun Malabar terdapat transformator dengan kapasitas 40 dan 60 kVA sedangkan di sub-stasiun Tanara terdapat transformator dengan kapasitas 40 dan 100 kVA. Selain itu juga terdapat dua alat penangkal petir berbahan besi cor digunakan untuk melindungi sistem dari lonjakan arus.

Plang peringatan bahaya di PLTA Cilaki (Aditya Wijaya)

Biaya Kayu Bakar Semakin Tinggi

Biaya kayu bakar yang semakin mahal dan sulitnya mendapatkan pasokan kayu bakar mendorong terjadinya rencana penggunaan listrik untuk sumber utama dalam operasional pabrik.

Setiap hari perlu sekitar 200 orang untuk menebang dan mengangkut kayu bakar. Ini memakan biaya sampai 50.000 gulden per tahun untuk pasokan kayu bakar saja belum lagi terbatasnya jumlah personel. Kesulitan-kesulitan ini semakin meningkat tiap tahunnya, ini terjadi karena perkebunan Malabar dan Tanara juga dikelilingi oleh perusahaan-perusahaan lain.

Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan elemen pemanas yang terbuat dari pipa besi untuk pengeringan teh membuktikan kemungkinan dan kelayakan untuk menggunakan listrik. Sehingga diputuskanlah untuk membangun sebuah pembangkit listrik baru dengan daya yang memadai. Ini terlihat dari peningkatan luas lahan perkebunan di Malabar dan Tanara. Tahun 1898 luasnya 430 hektar teh, tahun 1905 luasnya 800 hektar teh dan tahun 1923 luasnya 995 hektar teh dan 87 hektar kina.

Oven pengering teh di Pabrik Tanara (KITLV)

PLTA Cilaki

Pembangkit listrik pusat baru Cilaki terletak di pertemuan antara sungai Cilaki dan Citambaga, tempat yang sama dengan pembangkit listrik lama Cilaki. Lokasi ini disebut sebagai Muara Citambaga. Sebelah tepi bendungan lama terdapat bak pengendapan dengan saluran melingkar, di mana air kemudian mengalir melalui saluran terbuka ke terowongan. Terowongan tersebut memiliki lebar 2,5 meter dengan tinggi 2,5 meter. Panjangnya 1220 meter dan memiliki kemiringan 1:1000.

Terowongan untuk mengalirkan air ke PLTA Cilaki (Nationaal Museum van Wereldculturen)

Di ujung bawah terowongan, air jatuh ke dalam bak pengendapan dan pengumpulan di mana air Cilaki dan Citambaga dikumpulkan secara bersamaan di sisi kiri. Dari bak pengumpulan ada saluran tertutup sepanjang sekitar 500 meter menuju katup air di mana ada pipa sepanjang 273 meter.

Untuk menggerakkan generator digunakan turbin spiral Francis dengan sumbu horizontal dan satu roda. Turbin ini diproduksi oleh Escher Wyss & Co. Dengan ketinggian tekanan 100 meter dan debit air 940 L per detik. Daya turbin yang dihasilkan adalah 1000 PK. Turbin langsung terhubung dengan generator menggunakan kopling elastis, sistem Zodel-Voith.

Tiga buah turbin Francis buatan Escher Wyss & Co (Nationaal Museum van Wereldculturen)

Total konsumsi listrik perusahaan membutuhkan pembangkit listrik pusat yang tenaga listriknya cukup untuk memenuhi kebutuhan beberapa kota berukuran sedang saat itu.

Deskripsi instalasi listrik di perkebunan teh Malabar dan Tanara menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi juga dihargai dan dimanfaatkan dalam industri perkebunan. Meskipun pembangkit listrik ini menghilangkan keindahan alam di sekitarnya, namun hal itu diimbangi dengan manfaatnya. Sumber tenaga baru yang disebut “batu bara putih” digunakan untuk meningkatkan produksi pabrik dan air yang sebelumnya hanya dilihat dan dihargai oleh beberapa orang, sekarang membantu membawa kemakmuran untuk orang banyak. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *