Tagged: R. Moech. A. Affandie

0

Selintas Jalan Siti Munigar Bandung

Oleh: Komunitas Aleut Di sebrang Rumah Bersejarah Inggit Garnasih di Jalan Ibu Inggit Garnasih No.8, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Bandung, ada sebuah jalan kecil yang mungkin lebih cocok disebut gang, namanya Jalan Siti Munigar. Jalan ini  berujung di sebelah utara dan bertemu dengan jalan besar Pasirkoja. Panjangnya sekitar 400-500 meter saja. Beberapa hari lalu, dalam perjalanan pulang dari Makam Pandu ke Pasirluyu, kami sengaja melewati jalan kecil ini untuk melihat beberapa hal yang mungkin selama ini terlewatkan. Tak jauh setelah masuk Jalan Siti Munigar dari arah Pasirkoja, ada sebuah rumah yang terlihat sangat unik, bangunannya masih memperlihatkan gaya kolonial dan di beberapa bagian temboknya, ada relief simbol-simbol musik serta tulisan “IRAMA”. Menurut beberapa informasi lisan, rumah ini dulu pernah difungsikan sebagai hotel atau penginapan, tapi dari pencarian dalam buku-buku baheula belum ketemu ada nama hotel Irama. Lebih ke dalam, kami melihat ada sebuah kompleks permakaman dengan tulisan pada pintunya “Makam Ahli Waris H. St. Chapsah Durasid”. Dari arsip kami, Komunitas Aleut sudah mengunjungi kompleks makam ini beberapa kali sejak 2009. Disebutkan bahwa makam ini milik keluarga pedagang Pasar Baru, sama seperti beberapa kompleks makam Keluarga Pasar lainnya yang keberadaannya di tengah Kota Bandung. Nama jalan Siti Munigar ini cukup unik...

Menghisap Candu di Bandung 1

Menghisap Candu di Bandung

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh) Banyak teks fiksi dan memoar yang mengetengahkan fragmen tentang candu di Bandung. Sebuah gang di Kampung Arab, persisnya Gang Aljabri, menjadi tempat madat di Kota Bandung. Melacak keberadaan candu dan para pemadat di Kota Bandung. tirto.id – Bandung tempo dulu tak hanya dibaluri julukan yang bertendensi pujian macam Parijs van Java, The Garden of Allah, Paradise in Exile, Europe in de Tropen, De Bloem der Indische Bergsteden, dll, namun juga menyisakan kisah tentang candu atau madat. Seperti ditulis James R. Rush dalam Candu Tempo Doeloe, pemerintah kolonial Belanda pernah menjadikan candu sebagai pundi-pundi kas negara. Persebaran candu di Pulau Jawa ternyata masuk dan beredar di Bandung, kota pegunungan yang menjadi salah satu “anak emas” pemerintah kolonial. Agak sulit sebetulnya mendapatkan catatan yang gamblang ihwal candu di Bandung, namun jika menilik beberapa teks fiksi dan memoar, akan banyak ditemukan fragmen-fragmen pendek yang setidaknya menjelaskan bahwa candu telah ada dan hidup dalam keseharian sebagian masyarakat Bandung.