Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)
Pada umumnya, wajah Balai Kota sore hari diisi dengan pengunjung yang swafoto, remaja yang sedang latihan tari K-Pop, atau pengunjung yang sedang mengobrol. Kadang-kadang, ada juga yang sedang latihan perkusi. Mereka semua menghiasi wajah Balai Kota setiap harinya.
Sore tadi, wajah Balai Kota tampak sedikit berbeda. Wajah Balai Kota sedikit berbeda dengan 100-200 orang yang berkumpul di teras Balai Kota. Mereka bukan dari kelompok perkusi atau penari yang sering latihan di Balai Kota, melainkan relawan KAA 2015.
Enam Fungsi, Enam Kelompok, dan Empat Kasta
Saya sempat bertanya pada Syahrul, relawan yang duduk di sebelah saya. Menurut dia, relawan KAA telah dibagi dalam enam kelompok. Enam kelompok tersebut antara lain Pakistan, India, Indonesia, Bandung, Burma, dan Srilanka. Enam kelompok tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Setelah mengobrol ngalor ngidul, ternyata setiap nama kelompok memiliki singkatan yang unik. Pakistan berasal dari Pasukan Kesehatan dan Kebersihan. India berasal dari Informasi Dunia Maya. Indonesia berasal dari Informasi dan Operasi Pelayanan Sekitar Kota. Bandung berasal dari Badan Pelindung. Burma dari Badan untuk Meramaikan Acara. Terakhir, Srilanka dari Semangat Tertib Lalu Lintas KAA.
Sepertinya kebudayaan kerajaan Indonesia masih eksis di Tim Relawan KAA. Menurut salah satu relawan, terdapat empat kasta dalam Tim relawan. Kasta seperti Prabu, Senopati, Tumenggung, dan Punggawa akan menjadi struktur utama dalam tim. Mungkin dengan struktur ini, pembagian tugas bisa lebih jelas.
Tak Kenal Maka Tak Ada Obrolan
Saat relawan KAA berkelompok, saya sedang duduk sendirian untuk melihat suasana relawan KAA. Selain saya, ada juga yang sedang duduk sendirian seperti saya. Saya sempat berbincang dengan orang tersebut. Dalam obrolan, dia duduk sendirian karena canggung untuk berkenalan dengan relawan yang tidak ia kenal.
Selain itu, terdapat kontradiksi yang saya tangkap saat relawan KAA berkumpul. Ada satu kelompok yang telah akrab dan kenal satu sama lain. Ada juga kelompok yang diam dan tanpa banyak obrolan sepertinya mereka masih canggung untuk memulai obrolan.
Setelah melihat suasana seperti itu, saya merasa khawatir. Khawatir karena ada kemungkinan kerja sama antar relawan tidak optimal. Kalau ada satu orang yang menjadi perekat antar relawan, mungkin suasana es bisa mencair. Saat suasana es telah mencair, satu atau dua obrolan bisa keluar dengan sendirinya.
Sepuluh Tahun Sekali Adalah Alasan Utama
Selain suasana, saya juga merekam beberapa alasan yang mendasari relawan ikut berkontribusi di KAA 2015. Ada yang ingin menjadi relawan karena peringatan KAA 2015 lebih meriah dan hanya sepuluh tahun sekali. Ada juga yang ingin menjadi relawan karena memiliki waktu luang yang besar.
Meriahnya peringatan KAA 2015 di media menjadi madu bagi orang-orang untuk menjadi relawan. Dengan melihat persiapan KAA yang tersiar di media, beberapa orang mulai tergerak untuk ikut berkontribusi. Apalagi, pemerintah membuka pendaftaran relawan yang menjadi bagian dalam KAA. Semua ingin berkontribusi di KAA.
katanya keamanan sn kebersihan msh butuh relawan ya?trs pendftaran ny bs bsk di alun2 bnr ga?
Kita kurang paham mekanismenya gimana, tapi mungkin bisa nanya ke temen yang udah terdaftar jadi relawan 🙂
asslamualaikum.. saya sudah mendaftar menjadi relawan dan terdaftar d formasi partisipasi event, tapi waktu hari sabtu dan minggu kmrn HP saya rusak sehingga kurang info dalam pembagian tugas. bagaimana apakah masih bisa bergabung?
Mungkin bisa nanya ke yang lain, kebetulan kita bukan bagian dari relawan 😃
ikut bangga atas diselengarakannya KAA Di bandung, indonesia…semoga membuahkan banyak hasil yg positif bagi bangsa indonesia..amien