Tulisan ini merupakan hasil latihan Kelas Menulis sebagai bagian dari Aleut Development Program 2020. Tulisan sudah merupakan hasil ringkasan dan tidak memuat data-data penyerta yang diminta dalam tugas.
Ditulis oleh: Madihatur Rabiah
Buku merupakan jendela dunia. Dengan membuka buku berarti kita membuka jendela dunia, maka melalui buku yang dituliskan oleh Prof. Dr. Nina H. Lubis tentang salah satu tokoh Pahlawan Nasional Jawa Barat, kita dapat mengenal tokoh tersebut dengan baik.
Pahlawan, sosok yang seringkali dikagumi banyak orang, walaupun mungkin mereka sendiri tidak ingin dipuja-puja atau didamba. Walaupun begitu, seringkali orang-orang yang telah banyak memiliki jasa untuk masyarakat dan negara ini, tidak mendapatkan apresiasi yang sepantasnya, baik ketika mereka masih hidup ataupun setelah meninggal. Untuk itulah kemudian peran sejarawan diperlukan untuk mengungkap para pahlawan tersebut.
Maskoen Soemadiredja
Buku ini menceritakan sosok Maskoen Soemadiredja, putra pasangan Raden Umar Soemadiredja dan Nyi Raden Umi yang lahir pada 25 Mei 1907 di Bandung. Suami Nyi R. Djuhaeni ini sudah memulai perjuangannya dalam mewujudkan kemerdekaan sejak muda. Di usianya yang baru menginjak 20 tahun, ia sudah berjuang dengan cara melakukan propaganda atau pendidikan politik untuk masyarakat melalui penyebarluasan prinsip-prinsip nasionalisme.
Dengan menggunakan organisasi pergerakan politik sebagai media untuk menanamkan paham nasionalisme, diharapkan timbul dalam benak setiap rakyat betapa pentingnya kesadaran berbangsa. Tentu saja perjuangannya bukanlah hal yang mudah dan tanpa risiko. Ancaman dan tekanan dari pemerintah Hindia Belanda selalu membayanginya. Namun tekadnya untuk mempersembahkan kemerdekaan bagi negeri tercinta membuat semangat juangnya tak pernah surut.
Pemerintah Hindia Belanda yang tengah menguasai Indonesia saat itu, sangat tidak menyukai aksi dan kegiatan politik yang dilakukan Maskoen. Akibatnya, Maskoen dijebloskan ke penjara Banceuy, Bandung pada 1929. Saat itu, ia tak menjalani hukumannya seorang diri. Ada nama tiga pejuang lain yang juga turut mendekam di dalam sel, mereka adalah Ir. Soekarno, Gatot Mangkoepraja, dan Suhada.
Ia sempat menghirup udara bebas, namun hanya beberapa bulan, sampai akhirnya harus menjalani hukuman kurungan kembali di tahun 1930. Kali ini ia bersama Ir. Soekarno, Gatot Mangkoepradja dan Soepridinata dikirim ke penjara Soekamiskin, Bandung.
Catatan Peresensi
Kelebihan:
1. Menceritakan perjalanan hidup Maskoen Soemadiredja dengan cukup lengkap disertai dengan tahun dan bulannya.
2. Bahasa yang digunakan cukup ringan sehingga memudahkan pembaca memahami isinya.
Kelemahan:
1. Font penulisannya berdempetan sehingga butuh sedikit lebih fokus untuk dapat tetap dalam alur cerita sang tokoh.
2. Pemilihan font penulisan dan warna kertas yang terlihat lama itupun membuat mata sedikit pusing saat membaca.
Saya harap buku ini dapat dicetak ulang dan juga dengan menggunakan kertas yang modern serta terang, sehingga mudah untuk dibaca.