Oleh : Indra Rha
Berikut ini catatan dari kunjungan saya bersama @KomunitasAleut ke kawasan Inhofftank pada hari Minggu, 1 Desember 2013.
Menurut catatan kami tidak ada nama Jalan Inhofftank di kota lain selain Bandung, tentu saja hal ini ada riwayatnya, nah kegiatan Aleut! hari ini mencoba mencari riwayat penamaan jalan Inhofftank.
Jalan Inhofftank terletak tak jauh dari Taman Tegallega, dari sebelah Museum Sri Baduga, masuk ke Jalan Pelindung Hewan, dan akhirnya kita akan menemukan Jalan Inhofftank. Sebelum memasuki Jalan Inhofftank kami sedikit penasaran juga kenapa nama jalan yang kami lalui ini namanya Jalan Pelindung Hewan. Kami banyak bertanya kepada warga sekitar dan menemukan bahwa di tempat ini terdapat Dinas Pertanian UPT Klinik Hewan yang sudah ada sejak puluhan tahun silam.
Kembali ke Jalan Inhofftank, kami menyusuri ruas jalan kecil yang padat oleh kendaraan dan rumah-rumah. Kami tiba di sebuah kawasan yang oleh masyarakat sekitar disebut Pabrik Mes. Ternyata maksudnya adalah mest atau pupuk dalam bahasa Belanda. Dari tempat inilah cerita tentang Jalan Inhofftank ini mengalir.
Kurang lebih seabad yang lalu, setelah Bandung mendapatkan status Gemeente pada 21 Februari 1906, pemerintah Belanda giat membangun kota Bandung. Berbagai fasilitas kota didirikan, mulai dari sekolah, hotel, jalan, dan sarana lainnya. Dalam maraknya pembangunan ini, pemerintah Belanda ingin warganya tetap hidup saniter atau lebih memperhatikan kesehatan.
Selain mendirikan Perusahaan Daerah Air Minum yang dikelola oleh Technische Dienst Afdeling, Belanda juga membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Meskipun pencemaran air belum separah saat ini, tapi pemerintah Belanda sudah berpikir bagaimana mengolah air limbah menjadi bermanfaat dan tidak mengotori serta membahayakan lingkungan.
Air limbah domestik mengandung bakteri-bakteri yang berbahaya bila tidak dikelola dengan benar dan dapat menimbulkan penurunan tingkat kesehatan masyarakat karena bakteri ini bisa hidup dan masuk ke dalam tubuh manusia lewat berbagai cara, baik lewat air bersih yang tersusupi bakteri, lewat angin, menempel pada makanan, lewat binatang piaraan, dan lain-lain. Selain itu juga akan menyebabkan kerusakan lingkungan, tanah, dan air.
Saat itu dipilihlah IPAL Imhofftank yang patennya dipegang oleh seorang insinyur dari Jerman, yaitu Karl Imhoff (1879-1965). Dia merupakan salah satu pakar air limbah yang sampai saat ini pun karya-karyanya masih dipakai. Unit Imhofftank ini adalah yang terbaik kinerjanya pada saat itu. Sebagai IPAL generasi pertama, sistemnya pun sederhana, yaitu pengolah bikamar dengan ruang hidrolisis dan sedimentasi.
IPAL Imhofftank yang berada di Bandung ini dibangun tahun 1916 dan merupakan IPAL tertua di kawasan Asia Tenggara. Jarak waktu sejak penemuannya di Jerman pada tahun 1904, hanya 12 tahun. Dengan keterbatasan sarana, komunikasi, dan transportasi, pada waktu itu, akhirnya teknologi IPAL ini sampai juga ke kota Bandung melalui tangan insinyur-insinyur Belanda.
Karl Imhoff
Air limbah rumah tangga saat itu dialirkan lewat saluran riool atau pipa-pipa sepanjang 14 km serta saluran parit kecil di sepanjang Jalan Inhofftank menuju IPAL mhofftank. Di tempat ini limbah diendapkan dan diolah sehingga bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Hasil energi ini dipakai untuk bahan bakar bis-bis sekolah, sedangkan sedimennya diolah lagi menjadi pupuk organik yang tak berbau. Air yang telah diolah sehingga bersih dari bakteri dan kandungan berbahaya lainnya dikeluarkan langsung ke sungai Ci Tepus yang mengalir tak jauh dari lokasi IPAL.
Sisa menara kontrol dan kolam penampungan.
Gambar ukur kedalaman Imhofftank.
Salah satu pintu air tempat pembuangan air hasil IPAL Imhofftank yang sudah bersih ke Sungai Ci Tepus.
Pintu air Sungai Ci Tepus saat ini
Di kawasan IPAL ini terdapat beberapa kolam penampungan dengan masing-masing satu menara kontrol dan lab dengan kedalaman 11m yang dipenuhi pipa-pipa untuk mengalirkan gas. Kondisinya saat ini hanya tinggal puing satu menara, sedangkan kawasan lainnya sudah rata dengan tanah. Di atas bekas lahannya sudah banyak berdiri rumah-rumah sederhana. Malah sebagian tembok penampungan yang masih berlumpur pun dijadikan pondasi rumah panggung yang dibangun oleh penduduk baru yang datang sejak IPAL ini tidak dikelola lagi pada tahun 1980-an.
Menurut Pak Ate Suparman yang saat ini tinggal di salah satu kamar bekas menara kontrol dan lab IPAL Imhofftank, dulu pupuk hasil olahan kawasan IPAL imhofftank ini sangat diminati oleh para petani sayuran di Ciwidey, Pangalengan, dan Lembang, melebihi pupuk-pupuk bahan kimia. Orang tua dari Pak Ate ini adalah salah seorang karyawan IPAL Imhofftank pada sekitar tahun 1960-1970an.
Pernah ada wacana untuk mengaktifkan kembali IPAL imhofftank ini, tapi mengingat sistem IPAL imhofftank ini tidak terlalu besar daya tampungnya untuk masa kini, maka rencana itu tidak direalisasikan. Saat ini kota Bandung sudah punya IPAL yang sangat besar dan luas di daerah Bojongsoang. Luasnya 85 ha terbagi dalam 66 ha kawasan IPAL dan 19 ha kebun serta taman penunjang. Mengingat tingginya pertumbuhan penduduk, IPAL ini pun masih belum bisa melayani kebutuhan masyarakat Bandung, masih diperlukan IPAL-IPAL lain di sekitar Bandung untuk dapat melayani semua sudut Bandung.
Saat ini kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap air limbah tidak sebaik kepeduliannya terhadap air bersih dan air minum. Ini dapat kita lihat dari warga yang menjadikan selokan dan sungai sebagai pembuangan akhir langsung dari kloset dan saluran limbah rumah tangga. Sedangkan pemerintah masih kurang membangun IPAL dalam skala besar untuk bisa melayani kebutuhan warganya.
Air adalah sumber kehidupan yang tak terpisahkan dari manusia, apapun harus diusahakan agar warga dapat menikmati ketersediaan air bersih dan air minum. Setelah air minum dan air untuk keperluan rumah tangga itu dipakai dan menjadi air limbah, maka harus juga dikembalikan kepada alam dalam kondisi yang baik dengan cara diolah dulu.
____________
Sumber Bacaan :
– www.en.wikipedia.org/wiki/imhoff_tank
– www.airlimbahku.com
– www.mooibandoeng.wordpress.com
– www.jujubandung.wordpress.com
Foto-foto oleh Budi Yasir, Hani Septia Rahmi, dan Adira Oktaroza.
Apa kabar semua? Sy cuma ingin memberi info tentang jalan pelindung hewan. Menurut info yg sy dapat dr kakek sy Andries Haijer,bahwa rumah sakit hewan itu didirikan oleh P. Schiele.
Boleh sy bergabung dengan komunitas aleut?
artikelnya sangat bermanfaat, informasi yang disampaikan sangat jelas dan mudah di pahami. kebutulan kami pun membahas Instalasi Pengolahan Air Limbah dan merupkan Konsultan Ipal . kunjungin web kami disini