Urban Legend, Kisah yang Tak Terlupakan

Oleh: Aozora Dee (@aozora_dee)

Manusia selalu punya rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang tidak tampak.

Itulah kesan yang saya dapatkan dari perjalanan “Tour Urban Legend” bersama teman-teman Komunitas Aleut dan mooibandoeng. Hal-hal berbau mistis memang menarik. Tapi motivasi saya untuk ikut jalan-jalan malam bersama komunitas pengapresiasi sejarah itu bukan karena tertarik dengan cerita horornya. Melainkan karena tagline tur yang diusung yaitu “Fakta di Balik Legenda”.

Tagline tersebut disematkan pada cover booklet yang dicetak oleh Komunitas Aleut. Booklet yang berisi cerita urban legend itu nantinya dibagikan pada peserta sebagai salah satu fasilitas tur. Tur ini unik, pasalnya menggabungkan sisi sejarah dengan mitos -mitos yang beredar. Sementara di tour wisata mistik lainnya yang saya ketahui kerap tidak mengulas fakta sejarahnya. Kalau pun mengulas hanya bumbu saja. Mediumisasi dan komunikasi dengan makhluk astral biasanya menjadi hal penting dalam konten turnya dan hal itu memang menarik bagi mereka yang suka dengan horror. Tetapi Komunitas Aleut x mooibandoeng tampil dengan misi berbeda yakni mencari hubungan antara fakta sejarah dengan cerita urban yang beredar di masyarakat.

 

Akhirnya malam itu tiba, 15 Februari 2020, saya mengikuti tur Urban Legend. Selidik demi selidik, tur kali ini merupakan tour ketiga yang mengangkat tema urban legend, sebelumnya pernah digelar pada tahun 2017 dan 2018.

Taman Musik Bandung menjadi titik kumpul kegiatan ini. Di sini saya melihat panitia sudah berada di lokasi, lengkap dengan mantel hujan birunya yang membuat mudah dikenali. Yah, malam itu hujan lumayan deras. Saya hampiri panitia di meja registrasi dan mencari nama saya yang sudah terdaftar di sana. Setelah itu saya menunggu peserta lainnya. Jam menunjukkan pukul 7.15, hujan masih belum menunjukan tanda-tanda akan berhenti. Saya pikir tur ini akan berjalan di tengah hujan.

Pembukaan Urban Legend / Dokumentasi Komunitas Aleut

Pembukaan Urban Legend / Dokumentasi Komunitas Aleut

Setelah peserta hadir semuanya, Kang Ervan, koordinator Komunitas Aleut membuka acara dan memberikan gambaran mengenai tur malam itu. Diperkenalkan juga Kang Tegar beserta dua rekan lainnya yang akan bertugas sebagai pemandu yang akan menemani peserta menjelajahi titik-titik di kota Bandung yang dianggap seram.

Titik awal rute dari Urban Legend malam itu adalah Bala Keselamatan. Gedung tua ini berlokasi di persimpangan antara Jl. Jawa dan Jl Sumatera Bandung. Pemandu tur, Kang Tegar dan partnernya menjelaskan perihal sejarah dari gedung tua yang menjadi pusat pelayanan rohani di Bandung ini. Menarik sekali mendengar penuturan sejarah lengkap di lokasinya langsung. Saya tahu gedung ini, sering pula melewati persimpanan ini tapi tidak tahu perjalanan sejarah dan hal yang dialami oleh gedung yang telah berusia seratus tahun ini.

Titik Pertama Bala Keselamatan / Dokumentasi Komunitas Aleut

Titik Pertama Bala Keselamatan / Dokumentasi Komunitas Aleut

Penceritaan semakin menarik ketika Kang Tegar yang memang bisa merasakan dan melihat sosok hantu mulai bercerita soal penghuni gedung tersebut. Tegar menggambarkan sosok-sosok hantu yang biasa disebut ada di sana, tubuhnya tidak utuh, luka sayatan dan darah di sekujur tubuhnya. Katanya sosok-sosok itu merupakan korban kecelakaan kereta api yang relnya tepat berada di samping bangunan ini. Konon mereka sering mampir ke gedung, sekedar untuk bertamu dan nongkrong di balkon.

Setelah dari Bala Keselamatan peserta bergerak ke Taman Maluku. Sudah bukan rahasia umum kalau taman satu ini dihuni oleh sosok-sosok hantu yang sering menampakkan diri. Situasi Taman Maluku yang gelap dan harieum menjadikan tempat ini nyaman bagi mereka yang tak kasat mata. Kalau kamu kurang kerjaan dan tak takut akan gelap, datang ke sini lalu ambil kamera ponselmu kemudian bidik secara random. Lalu lihat hasil tangkapan kameranya. Jangan heran kalau ada bayangan atau siluet yang tertangkap kameramu.

DSCF9353

Di bawah patung Verbraak /  Dokumentasi Komunitas Aleut

Di dalam area Taman Maluku ada patung pastor Verbraak yang kabarnya tidak kalah seram dengan makhluk-makhluk yang berkeliaran di dalam taman. Rumor yang beredar jika kamu lewat di depan patung ini, perhatikan matanya. Matanya akan bergerak mengikuti pergerakanmu. Lalu ada pula yang menceritakan bahwa patung ini sering turun lalu menghilang entah ke mana.

Kang Tegar menjelaskan fenomena mata yang seakan bergerak. Tegar bilang bahwa itu adalah tipuan mata. Ia menganalogikkan kala kita memperhatikan sebuah lukisan wajah seseorang, lama-lama kita akan merasa bahwa mata si objek di dalamnya seakan mengikuti langkah kita bergerak. Mau bergerak atau tidak sama-sama ngeri sih, apalagi suasana Taman Maluku yang gelap gulita. Siapapun akan merasa ketakutan jika harus masuk dan melintas di dalamnya di saat malam hari. Meskipun ada lampu-lampu yang dipasang di banyak sudut taman tapi lampu-lampu tersebut tidak berfungsi. Boleh jadi lampu-lampu itu hanya pemanis taman.

Baca juga: Urban Legend: Menguak Misteri Patung Pastor

Kengerian masih berlanjut di titik selanjutnya yaitu GOR Saparua. GOR ini dibangun untuk tempat berolahraga orang-orang pada masa kolonial. Kiwari setiap menit, setiap jam, selalu saja ada orang yang datang ke sini. Entah itu untuk berolahraga atau hanya untuk bertemu dengan kawan dan pasangannya. Tapi jangan salah, meskipun Saparua adalah area yang selalu ramai tapi di sisi-sisinya terdapat bangunan yang terkenal dengan kisah seramnya. Konon di dalam bangunan tua yang belum lama ini dimiliki oleh brand adventure lokal ini sering terjadi kejadian-kejadian misterius seperti suara radio transmiter yang memutar siaran radio berbahasa Belanda, suara orang mengobrol, suara buku yang dibolak-balik dengan tergesa-gesa, atau suara derit lemari yang digeser.

Belum lagi gangguan terhadap para penjaga, sewaktu gedung ini masih difungsikan sebagai lahan parkir sebuah café di sebelahnya, berupa diganggu ketika sedang tidur, dilempar kerikil, dan dicubit. Gedung yang megah ini dulunya digunakan sebagai Gereja Katolik Bebas dengan nama Albanus, dan pernah pula digunakan sebagai tempat perkumpulan teosofi di Bandung. Gedung ini sudah lama tak dihuni. Tak heran kalau kemudian muncul cerita-cerita horror.

Baca juga: Malam Mencekam dalam Wisata Legenda Urang Bandung

Setelah dari Gereja Katolik Bebas Albanus peserta diarahkan menuju Rumah Kentang. Di sana kami disambut oleh Pak Pram, anak dari Bu Suyati, sekretaris terakhir dari perkumpulan Freemason di Bandung. Selain bercerita mengenai sejarah perkumpulan itu, Pak Pram juga menunjukan benda-benda yang digunakan dalam ritus kelompok tersebut, yaitu berupa pedang, jam pasir, cawan dan lain-lain.

Sayang Bu Suyati tidak bisa ikut hadir di tengah kami malam itu dikarenakan sudah terlalu larut dan beliau sudah sepuh, tidak kuat berada di cuaca yang dingin seperti malam itu.

DSCF9373

Pak Pram tenngah menunjukan benda-benda peninggalan Loji Hermes /  Dokumentasi Komunitas Aleut

Pak Pram pun tak luput menceritakan cerita horor, di mana bagian inilah yang paling saya tunggu. Rumah ini dikenal berhantu, kemunculannya ditandai dengan aroma kentang yang menyeruak di jam-jam tertentu, terutama saat hari menjelang gelap. Tapi rumor tentang bau kentang sebagai pertanda hantu muncul terpatahkan dengan fakta bahwa bau kentang tersebut berasal dari satu jenis tanaman yang mengeluarkan aroma kentang. “Tanaman ini, di kota Bandung, tumbuh juga di area Pet Park dan Taman Cilaki,” kata Kang Tegar.

Sayang sekali rumah kentang yang dulunya befungsi sebagai Loji Hermes ini tengah mengalami perombakan. Di daftar Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung yang dikeluarkan Disbudpar, bangunan ini termasuk golongan kelas B, semoga saja tidak akan terjadi perubahan signifikan pada hasil akhirnya nanti.

Titik selanjutnya tak kalah seram, yaitu bangunan yang dihuni oleh dua sekolah tingkat menengah atas yakni SMA 3 dan 5. Dulu bangunan ini dikenal sebagai HBS, kepanjangannya Hoogere Bugere School, sekolah elitnya anak-anak Eropa Belanda. Sekolah yang diskriminatif bagi anak-anak pribumi. Pasalnya anak-anak pribumi yang bisa bersekolah di sini adalah mereka yang orang tuanya punya jabatan tinggi, anak menak yang harus bisa berbahasa Belanda, Inggris dan Perancis dsb.

DSCF9397

selasar SMAN 3 & 5 Bandung / Dokumentasi Komunitas Aleut

DSCF9389

selasar SMAN 3 & 5 Bandung / Dokumentasi Komunitas Aleut

Sekolah yang terletak di jalan Belitung ini memiliki mitos terkenal berhubungan dengan sosok perempuan yang sering terlihat berdiri di dekat jendela. Cerita yang beredar menyebutkan bahwa jendela tempat ia sering terlihat adalah tempat di mana ia meninggal. Ia terjun dari lantai atas, sejak saat itu arwahnya bergentayangan dan sering menampakkan diri pada orang yang lewat di sekitar sekolah. Itulah awal cerita horror hantu noni Belanda di gedung eks HBS tersebut yang dikenal dengan nama Nancy.

Di sekolah ini kami menjelajahi sebagian gedung sekolah, lorong-lorong kelas, selasar, aula bersama di lantai dua, dan halaman belakang sekolah tak luput dari rasa penasaran para peserta untuk menjelajahinya.

Ada yang tertinggal di Tour Urban Legend 2

Jendela yang terkenal itu / Dokumentasi Komunitas Aleut

Seorang peserta bercerita bahwa ia sempat merasa khawatir tidak kuat masuk ke dalam sekolah. Pasalnya dari luar saja sudah terlihat menyeramkan. Apalagi malam itu Bandung hujan dan dingin, gelap pula membuat suasana semakin mencekam, itu yang dibayangkan olehnya. Tapi setelah masuk hal yang dibayangkannya tidak terjadi. Agaknya fakta sejarah yang disampaikan oleh Kang Tegar cs berhasil menghilangkan ketakutan peserta. Secara bercanda Kang Tegar membagikan tips kalau sedang takut hantu atau terbayang sosok tertentu maka cobalah untuk memikirkan hal porno, niscaya ketakutan akan hilang, berganti dengan…ah sudahlah tak usah diteruskan.

Baca juga: Historis pendidikan di Indonesia sampai zaman kolonial

Titik terakhir adalah Jalan Kalimantan, salah satu jalan terseram di kota Bandung. Rumornya di jalan ini sering terlihat penampakan tentara KNIL berbaris dengan wujud yang menyeramkan karena bagian-bagian tubuhnya yang tidak utuh dan berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Kabarnya ini merupakan pengalaman sekelompok siswa yang bersekolah di Jalan Kalimantan tersebut yang ‘beruntung’ melihat penampakan tentara KNIL.

Dari cerita tim pemandu malam itu Jalan Kalimantan bukanlah satu-satunya jalan yang terkenal seram. Kota Bandung punya banyak jalan yang bisa bikin bulu kuduk bergidik ketika lewat. Kata siapa Bandung indah? Kalau siang hari bisa jadi iya, tapi coba malam hari. Suasana berubah total. Bandung kayak punya dua wajah berbeda. Satu ramah, satunya lagi seram. Bahkan mantan Panglima Kodam, A.E Kawilarang pernah menceritakan bahwa jalan-jalan di kota Bandung punya cerita yang menyeramkan. Tapi itu justru menambah daya tarik Bandung. Buktinya di dalam tur ini saja berhasil menarik sebanyak 35 orang peserta. udah tahu bakal ada kisah mistis tetap saja banyak peserta yang ikut di dalam wisata malam di tengah guyuran hujan rintik-rintik, malam hari pula.

DSCF9430

Foto bersama usai tur / Dokumentasi Komunitas Aleut

Tur usai kurang lebih pukul 11 malam. Hujan masih belum berhenti. Peserta kembali ke Taman Musik, untuk sharing pengalaman selama mengikuti kegiatan. Lalu diakhiri dengan berfoto bersama. Saya pulang membawa ‘oleh-oleh’ berupa sebuah kesan bagaimana sebuah cerita bisa mempengaruhi citra sesuatu dan bisa mengaburkan fakta juga tentang rasa penasaran manusia yang tinggi terhadap hal-hal yang tersembunyi atau tidak terlihat.

Ah dasar manusia. Bagaimana jika ia yang kamu cari sosoknya benar-benar muncul di depan kamu dan ia berkata “Hai, ini aku yang kamu cari.” Akankah kamu menyapanya dan menjabat hangat tangannya, atau malah lari tunggang langgang?

Baca juga catatan lainnya di sini!

 

(komunitasaleut.com – win/upi)
Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s