
Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. Foto Tropen Museum
Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)
Pada pertengahan abad ke-19, tersebar sebuah penyakit yang memakan banyak orang Eropa di Batavia. Saking banyaknya, Batavia sempat dijuluki Het Graf van Het Oosten atau kuburan di negeri timur. Penyakit yang memakan banyak korban itu bernama malaria.
Saat itu, obat malaria yang ampuh berasal dari pohon Kina. Bagian yang diambil yaitu kulit pohonnya.
Melihat hal itu, pada tahun 1851, Ch. F. Pahud yang menjabat sebagai Menteri Jajahan Seberang Lautan Belanda mengusulkan Junghuhn untuk membudidayakan kina di Jawa. Di tahun yang sama, Prof. de Vriese mendapatkan biji Kina paling baik dari Perancis dan mulai menanam di Kebun Raya Bogor.
Untuk menghasilkan banyak obat Kina, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan sebuah pabrik pengolahan Kina. Oleh karena itu, pemerintah kolonial mendirikan pabrik kina bernama Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. pada tanggal 29 Juni 1896. Lokasi pabrik itu berlokasi di batas barat Bandung.
Pada awalnya, pemerintah kolonial yang mengelola pabrik ini. Lalu, pada tahun 1939, pengelolaan pabrik diserahkan kepada Indische Combinatie Voor Chemische Industrie (Inschen). Perlu diketahui bahwa Inschen saat itu telah memiliki pabrik yodium di Watudakon.
Tiga tahun kemudian, saat perang dunia kedua meletus, Jepang mengambil alih pabrik milik Inschen. Namanya pun diubah menjadi Rikuyun Kinine Seizoshyo. Selama Jepang berkuasa, pembuatan pil dan tablet kina masih dilakukan. Sayangnya, pil-pil ini segera diangkut ke Jepang dan tempat-tempat lain untuk kepentingan Jepang dalam perang Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri, Jepang hanya menyediakan hasil yang disebut tota kina, yaitu kina yang belum dipisahkan dari alkaloid lainnya.
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945, pabrik kina diambil alih oleh perusahaan swasta bernama Bandoengsche Fabriek N.V. Setelah 10 tahun beroperasi, pabrik ini diserah kepada Combinatie Voor Chemische Industrie dengan akte Mr. R. Soewardi tertanggal 3 November 1954.
Lalu, pada tahun 1958, Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Salah satu perusahaan yang dinasionalisasi ialah pabrik kina di Bandung. Nama pabrik ini pun dirubah lagi menjadi Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma berdasarkan SP Menkes tertanggal 18 Juli 1960.
Lalu pada tahun 1971, Pabrik Kina diubah menjadi PT Kimia Farma berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1971. (vss/upi)
Baca juga artikel menarik lainnya mengenai Bandung