#PojokKAA2015: Penasaran Sepanjang KAA 1955

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Kebiasaan warga Bandung adalah mengikuti apa yang sedang terkini di Bandung. Mulai dari Tebing Keraton hingga sinetron Preman Pensiun diikuti oleh orang Bandung. Akhir – akhir ini, hal yang terkini di Bandung adalah semarak Konferensi Asia Afrika.

Keramaian Penyambutan Konferensi Asia-Afrika 1955 (foto: berdikarionline.com)

Keramaian Penyambutan Konferensi Asia-Afrika 1955 (foto: berdikarionline.com)

Semarak Konferensi Asia Afrika menyedot banyak warga Bandung untuk ikut serta atau hanya memantau. Tapi, seperti kita tahu, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan pada tahun 1955. Lalu bagaimana antusiasme warga Bandung menghadapi Konferensi Asia Afrika saat itu? Apakah lebih semarak dibanding sekarang?

Penasaran khas anak kecil

Antusiasme warga Bandung menghadapi Konferensi Asia Afrika 1955 terekam di beberapa artikel dan buku. Salah satu buku yang merekam adalah Basa Bandung Halimunan karya Us Tiarsa. Saat itu, Us Tiarsa masih kelas enam di Sekolah Rakyat.

Suasana warga Bandung tahun 1955 sedikit berbeda dengan sekarang. Bukan suasana penuh antusias saja yang terekam. Tapi rasa penasaran juga terasa oleh warga Bandung saat itu. Kenapa tidak? Us Tiarsa menceritakan rasa penasaran beliau terhadap rupa bangsa asing. Saat itu, Us Tiarsa dan warga Bandung hanya kenal bangsa Belanda, Arab, Cina, dan Jepang.

Selain rasa penasaran dengan rupa bangsa asing, warga Bandung dibuat penasaran dengan rupa Konferensi Asia Afrika. Saat itu, warga Bandung pernah dikunjungi oleh dua atau tiga duta besar luar negeri yang didampingi oleh Presiden Soekarno. Belum pernah ada konferensi besar yang mengundang banyak orang penting.

Andir hingga Hotel Homann

Rasa penasaran warga Bandung mulai terjawab pada bulan April. Rasa penasaran tersebut dijawab dengan pemberitahuan dari RT untuk membersihkan dan memasang bendera di rumah masing – masing. Selain itu, pemberitahuan guru ke murid – murid untuk persiapan penyambutan tamu konferensi.

Pada tanggal 17 April 1965, murid – murid berbaris dari Lapangan Udara Andir hingga Kantor Gubernur untuk menyambut tamu konferensi. Saat tamu konferensi melintas, murid – murid melambaikan bendera merah putih yang terbuat dari kertas telur. Sayangnya, murid – murid tidak sempat melihat rupa tamu karena mobil yang ditumpangi tamu melaju dengan cepat.

Saat tamu konferensi keluar dari Hotel Homann, seluruh warga Bandung saling berdesakan untuk melihat rupa tamu konferensi. Ada yang berada di sekitar Gedung PLN untuk melihat tamu konferensi lebih dekat. Ada juga yang berdiri di atas bangunan depan Gedung Merdeka. Semua rasa penasaran warga Bandung terjawab saat itu.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s