Oleh : Mira Rachmawatie
Bandung, 23 maret 1946
Suasana langit sore Parijs van Java berwarna merah marun, semburat lembayung terlukis. Saat kepala menengadah keatas maka terpaksa mata memicing untuk menghindari terpaan warna sang langit. Jam 17.00 mungkin atau bahkan menuju magrib, suasana Bandung tampak mencekam.
“Rencana kita apakah sudah matang??” sang kolonel berbicara, dengan pandangan yang lurus ke arah meja yang ada di depan nya
“Siap kolonel!!!” sahut sang ajudan
“evakuasi rakyat, segera!! Segenap raga dan jiwa tidak akan pernah rela jika tanah ini kembali dijajah!!” teriak sang kolonel
“merdeka!!!!” teriak lantang para pembawa obor.
Bandung, 23 maret 1946
Pukul : 23.00
Derap langkah para laskar terdengar, degup jantung mereka pun serasa akan menggoncangkan Tanah Parahyangan ini.
Penentuan titik – titik api sudah dimulai. Para pejuang api mulai mensisir warga dan mendata rumah siapa saja yang rela menjadi korban.
Setiap pintu mereka datangi, tak hanya disambangi, tetapi mereka kobarkan api yang sangat besar pada setiap penghuni rumah yang mereka kunjungi.
“bung, saya dengan sukarela membakar semua yang saya punya, termasuk jantung saya demi perjuangan tatar Parahyangan” sahut salah seorang pemuda kepada sekumpulan laskar api
“baik bung, mari bergabung, hanya pemuda seperti anda yang mampu menjadi kan tatar Parahyangan ini menjadi panas dan membara” sang empu laskar menyambut dengan mata yang berbinar.
Bandung, 24 maret 1946
Pkl : 05.00
Sekelompok pemuda, berlari menuju pusat kota Parijs van Java. Derap derap langkah mereka terdengar, nafas yang terengah-engah pun menjadi pengiring derap langkah mereka.
Demi tatar Parahyangan, demi tanah kelahiran mereka, berkobaran api di kepalan tangan mereka.
Tinjuan dari kepalan tangan ke langit yang kosong menjadi sangat berarti bagi sekelompok pemuda ini. Laskar api, suara suara menggelegar dari sang empu bagiakan minyak tanah yang terus disirami kepada jiwa mereka yang sedang membara.
Sekarang hanya teriakan teriaknn heroik yang sangat membahana terdengar.
“Merdeka!!!merdeka!!!merdeka!!!” suara lantang dari laskar api
Bandung, 24 maret 1946
Pkl: 06.00
Sirene sudah mulai menghiung, pertanda sudah dimulai
“ayo!!! Kita mulai, jangan ragu bung!! Nasib tatar ini ada dikepalan tangan kita semua, MERDEKA!!!!!” Gelegar sang empu laskar, membuat kobaran sang laskar api semakin berkibar.
DUARRRR!!!!…
DUARRRRRR!!!!
DUARRRRR!!!
Suara bom yang dilemparkan sudah terdengar. Bom bom tersebut serasa lega dengan mengeluarkan suara suara yang menggelegar. Bandung semakin panas, semakin membara.
Semua titik mereka lumat tanpa sisa. rumah rakyat tampak lezat dilahap oleh si jago merah.
Bandung terbakar. Bandung membara.
Sang koloni kewalahan.
Laskar api berlari, membawa si jago merah dikepalan tangan mereka.
MERDEKA!!!!MERDEKA!!!
Bandung. 1 april 2012
Pkl 08.00
Segerombolan pemuda dan pemudi berada di depan gedung Bank Jabar Banten. Mengerumuni seonggok semen yang kira-kira 50-60cm tinggi nya. Stilasi, itu yang mereka sebut-sebut. Padahal hanya seonggok semen berbentuk bangun ruang segitiga dilengkap plat besi di setiap sisi nya.
Janganlah berburuk sangka pada onggokan semen tersebut, disana ada berbagai cerita yang akan membuat kita merasa menjadi pejuang.
Stilasi Bandung Lautan Api, adalah sebuah penanda yang dibangun sekitar tahun 1995 atau 1997 (saya lupa persisnya). Ini merupakan monumen, pertanda bahwa Bandung pernah di bumi hangus kan oleh rakyatnya sendiri. Mungkin jika seonggok semen ini bisa berbicara maka dia akan seperti proyektor yang akan memutarkan tentang kisah bagaiman tatar Parahyanagn ini menjadi batu bara yang panas. Refleksi peristiwa Bandung Lautan Api di zaman sekarang sangat kentara perbedaan dengan zaman dulu. Jajaka jajaka bandung membumi hanguskan segala yang mereka miliki dengan satu alasan yaitu PENGORBANAN.
Tetapi berbeda dengan kenyataan sekarang, pemuda sekarang membumi hanguskan apapun yang ada dihadapan mereka dengan alasan PENOLAKAN. Sungguh sangat jauh. Seperti langit dan bumi.
Tentu fikiran kita melayang ketika pemerintah dengan kurang tegas dan lugas ingin menaikan harga BBM. Para demonstran yang notabene adalah pemuda pemudi mulai beraksi, menunjukan ke “membaraan” mereka. Menunjukan “kelantangan “ mereka sebagai pemuda, dengan berteriak di depan gedung gedung pemerintah.
Ironi . hangus nya tatar parahyangan tahun 1946 dan hangus nya tatar parahyanagn tahun 2012 diesebakan oleh hal yang berbeda. Yang bertolak belakang sekali.
Bandung. 8 april 2012
*cerita diatas hanya fiktif belaka, apabila ada kesammaan tokoh atau nama itu hanya kebetulan,, hehehe