Oleh : M.Ryzki Wiryawan
“Campakkanlah semua kekecilan jiwa! Jaga agar anda tidak berada di bawah ukuran waktu.Semoga rahmat Tuhan menguatkan anda dan saya.” Pidato terakhir Tjarda, gubernur jenderal terakhir Hindia Belanda.
A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (7 Maret 1888 – 16 Agustus 1978), Gubernur Jenderal ke-66 yang juga terakhir bagi Hindia Belanda. Dikenal dengan gigi kelincinya yang khas dan sikapnya yang kaku, sehingga beliau pernah mendapat julukan “si Pepsodent” dari masyarakat Hindia Belanda saat itu.
Kepemimpinan beliau diwarnai dengan aksi militer Jepang ke Hindia Belanda. Saat pejabat-pejabat Belanda melarikan diri ke Eropa atau Australia, beliau memutuskan untuk berada di tengah 70 juta rakyatnya di Hindia Belanda. Tepat di hari ulang tahunnya tanggal 7 Maret 1942, beliau bersama rombongannya mengungsikan diri ke Bandung dari Batavia. Rombongan itu segera menuju Villa Mei Ling di jalan Grooteweg yang saat ini berada di kawasan jalan Siliwangi. Villa ini adalah milik seorang tionghoa pengusaha beras bernama Han. Pentingnya keberadaan kota Bandung digambarkan dalam kebijakan militer Hindia Belanda saat itu “Bagaimanapun jalannya operasi perang, di Bandung tidak boleh ada pertempuran !”.
Tanggal 8 Maret 1942, Tjarda dan Ter Porten berangkat ke Kalijati Subang untuk menandatangi peyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang. Esoknya, Tjarda resmi menjadi tahanan rumah di Villa Mei Ling hingga 6 April 1942. Setelah itu ia sempat mendekam di penjara Soekamiskin selama 17 hari sebelum dipindahkan ke pusat internir di Batavia.
Gubernur Jendral Tjarda adalah gubernur Jendral terakhir Belanda di Indonesia