Month: April 2023 (Page 1 of 2)

Sekitar Bandung Lautan Api: Sutiko Sutoto

Oleh: Komunitas Aleut

Ada sebuah foto yang cukup populer dalam penulisan tentang peristiwa Bandung Lautan Api. Foto ini biasanya dikaitkan dengan sebuah organisasi di Bandung, yaitu Laskar Wanita Indonesia atau LASWI. Komunitas Aleut pertama kali melihat foto ini di dinding rumah seorang veteran, Tuti Kartabrata di sekitar Pasar Baru. Selain dipajang di dinding rumahnya, foto yang sama juga termuat dalam buku album foto miliknya yang diperlihatkan kepada kami saat bertamu itu. Kejadian ini sudah sangat lama, hampir 20 tahun lalu. Tak lama setelah kunjungan itu, Ibu Tuti sudah tidak lagi tinggal di rumah yang kami kunjungi, menurut tetangganya, sudah pindah ke Garut. Setelah itu, kami tak mengetahui lagi kabarnya.

Dalam kunjungan kami itu, Ibu Tuti banyak bercerita tentang pengalamannya pada masa perjuangan, dan sesuai dengan keperluan kedatangan kami, beliau menunjukkan tempat-tempat, menyebut nama-nama orang atau kelompok yang aktif saat itu. Dari cerita beliaulah kami ketahui lokasi-lokasi dapur umum atau tempat-tempat berkumpulnya para pemuda-pemudi perjuangan di sekitar Alun-alun sampai Tegallega.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: Tentang Sebuah Foto

Oleh: Komunitas Aleut

Dalam buku “Album Perjuangan Kemerdekaan 1945-1950; Dari Negara Kesatuan ke Negara Kesatuan” yang diterbitkan oleh Badan Pimpinan Harian Pusat Korps Cacad Veteran R.I. dan Badan Penerbit Alda C.V., Jakarta, 1975, terdapat sebuah foto suasana Bandung Lautan Api. Foto yang dimaksud ada di halaman 59, menggambarkan asap yang membubung tinggi di atas kota dan di beberapa bagian terlihat keadaan kota yang sedang kebakaran. Keterangan fotonya: “Asap mengepul tebal, kerusakan terjadi di mana-mana. Kota Bandung jadi lautan api ……………….”

Di bawahnya ada tulisan:

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: R.E. Sulaeman Kartasumitra

Oleh: Komunitas Aleut

TENTARA PELAJAR CIREBON

Sulaeman Kartasumtira dilahirkan di Jakarta pada 31 Juli 1928. Saat Proklamasi Kemerdekaan RI, ia masih berstatus pelajar di sebuah sekolah lanjutan di Cirebon. Usianya masih 17 tahun. Seperti yang terjadi di mana-mana ketika itu, Sulaeman bersama teman-temannya pun bergabung dalam satu kelompok pelajar-pejuang yang kemudian dilebur menjadi Tentara Pelajar. Mereka mendapatkan pelatihan dasar kemiliteran dari TKR-AD (Angkatan Darat) dan TKR-AL (Angkatan Laut).

Dalam kelompok Tentara Pelajar yang dilatih oleh TKR-AL, Sulaeman adalah pemimpin pasukan. Kelompok-kelompok Tentara Pelajar ini secara bergiliran dikirim daerah pertempuran seperti di Krawang atau Bandung. Kadang diberi tugas juga untuk mengawal bahan pangan atau perlengkapan, seperti yang dialaminya pada bulan Juli 1947 bersama Yogi Suwardi Memet, dan beberapa rekan lainnya.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 3

Oleh Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini, dan Bagian 2 di sini.

PINDAH KE TASIKMALAYA, LALU KE BUKANAGARA, DAN SUMEDANG

Suatu malam, pasukan Batalyon Bandung Utara sempat menyerang markas Belanda di Grand Hotel dan dibalas dengan gempuran oleh pesawat-pesawat pengintai Belanda. Untung tidak ada korban dalam peristiwa ini. Setelah ini pasukan dipindahkan ke Tasikmalaya. Dengan menyusuri Gunung Kasur, dan melewati Ujungberung, mereka tiba di Tasikmalaya. Di sini ada Markas Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Didi Kartasasmita. Pasukan Amirmachmud menempati sebuah asrama di Cibeureum, dekat Manonjaya.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 2

Oleh Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

PEMBENTUKAN BKR LEMBANG

Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI diumumkan melalui radio Domei, Amirmachmud sempat mendengarnya langsung ketika sedang tinggal di rumah kakaknya di Lembang. Sehari kemudian Jepang membubarkan tentara PETA. Tanggal 20 Agustus 1945,  pemerintah mendirikan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dan tanggal 22 Agustus 1945 mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai bagian dari BPKKP. Tanggal 23 Agustus 1945, Sukarno berpidato mengumumkan pembentukan BKR dan mengajak para pemuda bekas PETA, Heiho, dan Kaigun, untuk berkumpul di daerahnya masing-masing.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 1

Oleh: Komunitas Aleut

KELUARGA

Nama Amirmachmud sangat populer pada masa Order Baru, terutama berkait dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang menjadi pijakan peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada rentang karirnya, pernah menjabat sebagai Panglima Kodam X/Lambung Mangkurat, Panglima Kodam V/Jaya, dan Menteri Dalam Negeri sejak 1963 yang berlanjut sampai masa Orde Baru (1983). Pernah menjadi Ketua MPR (1982) dan DPR (1982-1987).

Amirmachmud dilahirkan pada 21 Februari 1923 di Kampung Nyeyerean, Desa Cibeber, persis di sebelah selatan kota militer, Cimahi. Berdasarkan silsilahnya, keluarga Amirmachmud dari garis ibunya masih keturunan Embah Dalem Kabul yang makamnya di Desa Eretan, Kecamatan Soreang, sangat dikeramatkan.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Husinsyah” Bagian 2

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Husinsyah”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

HIJRAH KE JAWA TENGAH

Lalu, muncullah satu persetujuan baru, yaitu Renville, yang mengharuskan gencatan senjata, dan bahwa seluruh kesatuan Divisi Siliwangi, di mana pun berada, harus segera hijrah ke Jawa Tengah. Di Jawa Barat, laskar Sabilillah yang dipimpin oleh Onih dan Kartosuwiryo, tidak mau menerima Perjanjian Renville, dan memutuskan untuk tetap tinggal di kantong-kantong pertahanan yang ditinggalkan oleh tentara Siliwangi. Husinsyah dan kesatuannya ikut pergi menuju titik kumpul atau pangkalan di Cibeureum. Di sana mereka harus menyerahkan senjata-senjata yang dimiliki, karena dalam hijrah ke Jawa Tengah itu tidak diperkenankan membawa senjata.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Husinsyah” Bagian 1

Oleh: Komunitas Aleut

Dalam pembahasan sekitar peristiwa Bandung Lautan Api, ada banyak nama yang selalu disebut berulang karena perannya yang aktif atau cukup sentral dalam perjuangan fisik di Bandung dan sekitarnya, atau juga karena kiprahnya kemudian menjadi panjang dalam sejarah Republik Indonesia. Salah satu nama itu adalah Husinsyah, yang selalu dikaitkan dengan Laskar Hizbullah.

Tulisan berikut ini disarikan dari sumbangan tulisannya untuk buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” yang diterbitkan oleh Markas Besar Legiun Veteran Republik Indonesia (Jakarta, 1982).

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: Doko Sastrawiria

Oleh: Komunitas Aleut

Ketika sedang membolak-balik buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” yang diterbitkan oleh Markas Besar Legiun Veteran RI (Jakarta, 1982), kami temukan sebuah catatan dari Kol. Inf. Doko Sastrawiria yang diberi judul “Pengalaman Pribadi pada Waktu Perang Kemerdekaan I (Clas ke-1) di Daerah Jawa Barat”. Ternyata pengalaman yang dituliskannya berhubungan langsung dengan cerita pada postingan sebelumnya, yaitu tentang kiprah Achmad Wiranatakusumah dan Batalyon Siluman Merah A3W.

Pengalaman yang ditulis oleh Doko Sastrawiria ini bukanlah satu pengalaman panjang yang mewakili beberapa periode kehidupan, melainkan hanya sebuah fragmen saja, yaitu ketika menjalankan satu perintah dari Komandan Batalyon A3W, Achmad Wiranatakusumah. Kami tulis ulang pengalaman tersebut di sini agar dapat dibaca oleh banyak orang.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara” Bagian 3

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini, dan bagian 2 bisa dibaca di sini.

KANTONG GERILYA DESA SINDANGLAYA DAN PRAJURIT KATMANTA

Malam berikutnya, Belanda melakukan serangan balasan setelah mengetahui lokasi pangkalan gerilya di Desa Sirap. Tembakan houwitser bertubi-tubi dilancarkan ke Desa Sirap. Untunglah, tak satupun peluru houwitser itu yang jatuh di wilayah permukiman desa. Semuanya berjatuhan di area persawahan dan membuat lubang-lubang besar bekas ledakan. Sore sebelumnya, Batalyon Sudarsono sudah meninggalkan Desa Sirap menuju Cikampek, sementara pasukan gerilya pun tidak ada di Desa Sirap karena ikut mengantarkan sampai ke Kampung Ciseupan, Desa Rancamanggung.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara” Bagian 2

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

BATALYON GUERILLA DI KASOMALANG

Sebagai hasil pelatihan ini dibentuklah satu batalyon TRI di lingkungan Komandemen Pertahanan Karawang Timur-Bandung Utara, dengan nama Batalyon Guerilla di bawah pimpinan Mayor Djamhari. Batalyon ini terdiri dari 10 seksi atau pleton dan tiap seksi terdiri dari tiga regu yang masing-masing terdiri dari 13 orang. Batalyon ini ditempatkan di Kasomalang, sekitar 7 kilometer sebelah timur Jalan Cagak. Sebagai markasnya, mereka gunakan kompleks Pabrik Teh Kasomalang, termasuk rumah-rumah stafnya.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara” Bagian 1

Oleh: Komunitas Aleut

Maman Soemantri adalah seorang pelajar di Shihan Gakko (Sekolah Guru Laki-laki) di Jalan Tegallega Timur No.17, Bandung. Ia juga tinggal di asrama sekolah itu. Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di mana-mana terjadi kebangkitan semangat kaum muda, mereka mendirikan kelompok-kelompok perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, terutama dari pihak Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.

Begitu pula yang terjadi di Sekolah Guru tempat Maman belajar. Para siswa berusia antara 16-18 tahun yang tinggal di asrama itu tidak mau ketinggalan. Mereka mulai mengadakan latihan-latihan taktik perjuangan dan mengatur strategi. Di dalam kelas, ada kegiatan baru, belajar mengenal bagian-bagian senjata api dan cara menggunakannya. Pengetahuan dasar tentang ini sebenarnya sudah mereka dapatkan sebelumnya, karena pada Jepang itu setiap hari diadakan kyoren atau latihan dasar kemiliteran.

Shihan Gakko yang sebelumnya adalah OSVIA di Bandung. Foto: KITLV, 1920.

Kegiatan pelajar Sekolah Guru itu pada masa awal revolusi merupakan Sekolah Kader yang dipimpin oleh seorang guru muda, yaitu Pak Oteng (kemudian Prof. Dr. Oteng Soetisna, M. Sc.). Untuk pelatihan-pelatihannya dibantu oleh Letkol. Hidayat yang menyediakan tim eks KNIL serta sejumlah senjata otomatis. Kemudian terbentuklah Pasukan Pemuda Pelajar Tegallega yang menjadi cikal bakal Batalyon II TKR Resimen VIII.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api – Kawasan Villa Isola

Oleh Komunitas Aleut

RENCANA PENCULIKAN NY. DOUWES DEKKER

Buku “Peranan Para Pejuang Bandung Utara dalam Perang Kemerdekaan” yang disusun oleh Tim Jurusan Pendidikan Sejarah UPI dan diterbitkan oleh IKIP Bandung (1984) mencatat peristiwa yang terjadi di sepanjang Jalan Setiabudhi, sekitar Villa Isola (Kampus UPI sekarang). Dari cerita ini teranglah asal-usul beberapa nama orang yang dijadikan nama jalan di sekitarnya.

Tanggal 18 Desember 1945, Batalyon TKR Bandung Utara mendapat informasi bahwa pihak Sekutu akan menculik istri pejuang kebangsaan Indonesia, EFE Douwes Dekker, dari rumahnya di Lembangweg (sekarang Jalan Setiabudhi). Upaya penculikan ini dilakukan untuk melemahkan perjuangan Douwes Dekker. Sukanda Bratamanggala menugaskan Letnan Hamid, Sersan Bajuri, Sersan Sodik, dan Sersan Surip, untuk lebih dulu menjemput Ibu Douwes Dekker.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung” Bagian 3

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini, dan bagian 2 bisa dibaca di sini.

PEMBOMAN GUDANG DKA ANDIR DAN CICADAS

Tentara Sekutu melihat bagaimana bala bantuan laskar-laskar dari utara ke Lengkong Besar dan mengetahui bahwa jalur yang digunakan oleh laskar-laskar itu adalah melalui Cicadas. Ini membuat tentara Sekutu mulai mengincar Cicadas. Seminggu setelah penyerangan Lengkong Besar, tanggal 14 Desember 1945, tentara Sekutu melakukan dua penyerangan, termasuk ke Cicadas.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung” Bagian 2

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

PENGOSONGAN BANDUNG UTARA

Tanggal 27 November, Jendral MacDonald meminta Gubernur Sutardjo untuk datang ke markas tentara Inggris di Bandung Utara. Gubernur harus datangd dengan bendera putih di atas mobilnya dan diantar oleh tentara Inggris. Dalam pertemuan ini MacDonald menyerahkan ultimatum yang ditujukan kepada penduduk Bandung:

  1. Orang-orang Indonesia tidak boleh berada di sebelah utara jalan kereta api.
  2. Penduduk harus segera menyerahkan semua senjata api atau senjata tajam kepada Sekutu.
  3.  Tempat-tempat RAPWI (Recovery of Allied Prisoners and Internees) dan tempat-tempat yang dijaga oleh tentara Jepang tidak boleh didekati oleh rakyat dalam jarak 200 meter.
  4. Tidak boleh memasang rintangan-rintangan. Bila ada rintangan-rintangan yang dijaga, maka penjaga-penjaganya akan ditembak.
  5. Ultimatum berlaku dalam tempo 2 x 24 jam, sampai 29 November 1945 pukul 24.00
Continue reading
« Older posts

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑