Sejarah Perkebunan dan Pertanian di Bamboo House, Cimurah, Karangpawitan, Garut

          Minggu lalu saya ikut satu perjalanan literasi (momotoran) Komunitas Aleut dengan rute Sumedang – Darmaraja – Wado – Malangbong – Cibatu – Karangpawitan – Garut. Dari banyak tempat singgah, termasuk Cadas Pangeran dan kunjungan ke rumah pengasingan Tjoet Njak Dhien di Sumedang, tapi di sini saya hanya akan bercerita tentang tempat kami menginap di Karangpawitan, Garut.

 Nama tempatnya sederhana saja, Bamboo House, walaupun isinya sebetulnya jauh lebih kaya dari yang dapat dibayangkan melalui nama itu. Ya, begitu memasuki gerbang, yang terlihat adalah sebuah kolam dengan beberapa saung di atasnya dan dominasi tumbuh-tumbuhan hampir di semua area yang terlihat.

Bamboo House 2

Nama Bamboo House digunakan oleh pemiliknya, pensiunan pegawai kesekretariatan PTPN VIII, H. Kuswandi, yang pada tahun 1999 membangun semacam rumah istirahat dengan tema sejarah perkebunan dan pertanian di wilayah Jawa Barat. Pertanian adalah kenangan masa kecilnya, sedangkan perkebunan adalah passion-nya yang kemudian dikembangkan melalui berbagai pengalaman dan bacaan seputar sejarah perkebunan Indonesia.

Bamboo House 3

Di tepi kolam terdapat jalur jalan setapak dan memiliki beberapa cabang di depan, ke arah kanan dapat dijumpai sebuah kolam lain yang berukuran lebih kecil namun dapat direnangi dan beberapa rumah bambu yang didesain dengan gaya perdesaan Priangan. Di depan rumah ada sebuah kolam lain lagi yang dirancang untuk keperluan permainan berbasis air, seperti berjalan di atas drum-drum yang disusun di atas kolam atau menyeberang kolam dengan berjalan pada seutas tambang. Permainan-permainan dengan risiko tercebur ke dalam kolam, dapat dibayangkan keriuhannya bila dimainkan secara kelompok.

Baca juga: Jalan Lain Ke Garut: Puncak Cae

Dari sini ada jalur jalan lagi ke spot-spot yang sudah dibagi-bagi untuk memamerkan berbagai benda yang berhubungan dengan dunia pertanian tradisional tempo dulu, perlengkapan kehidupan masyarakat desa tempo dulu, kandang ternak, koleksi topi petani (caping), musala, toilet, dan sebuah ruangan yang berisi galeri pernik-pernik tentang Garut tempo dulu. Di ujung jalan setapak adalah sebuah plaza yang di sisi kiri-kanannya terdapat bale-bale tempat pertemuan atau bersantai menikmati lingkungan.

Bamboo House 4

Ketiga sisi dinding bale-bale dihiasi oleh ratusan gambar repro tentang perkebunan tempo dulu, Bandung dan Priangan tempo dulu, serta repro foto-foto dokumentasi kunjungan Yayasan Keluarga Teh (Stichting Indische Thee-en Familie Archief van der Hucht) yang datang dari berbagai tempat di dunia pada tahun 2003. Pak Kuswandi memang menjalin hubungan baik dan cukup intensif dengan keturunan para pengusaha perkebunan teh atau Preanger Planters di Priangan tempo dulu.

Bamboo House 5

Di sebelah bale-bale terdapat ruangan lain yang tidak terlalu besar berupa dapur tradisional, lengkap dengan fungsi-fungsinya, seperti hawu, goah, para, dlsb. Di sebelah dapur ada sebuah pintu keluar area utama menuju toilet dan kandang-kandang ternak. Pada salah satu sisi plaza terdapat sebuah sumur, dan pada bale-bale yang berukuran lebih kecil terdapat bangunan kecil bertingkat yang disebut Saung Ranggon.

Bamboo House 6

Mengikuti jalur jalan setapak kembali ke arah depan pada sisi yang berbeda, dapat ditemukan sebuah pos ronda tempo dulu, sebuah galeri sejarah perkebunan dengan isi yang cukup padat, toilet dan musala yang kondisinya cukup baik, lalu beberapa replika rumah tradisional versi sederhana yang berfungsi sebagai penginapan, dan paling ujung adalah rumah utama yang menjadi rumah peristirahatan Pak Kuswandi yang sehari-hari bermukim di Bandung.

Galeri sejarah perkebunan berisi berbagai macam koleksi yang tertata cukup rapi walaupun jumlahnya sangat banyak sehingga ruangan terasa sangat padat. Sebuah etalase kaca berisi buku-buku seputar sejarah perkebunan, etalase lain berisi berbagai contoh produksi perkebunan teh dari masa ke masa, lalu meja-meja yang di atasnya ditata berbagai pernik dan produk pabrik teh serta rupa-rupa suvenir hasil perjalanan Pak Kuswandi ketika berkunjung ke luar negeri.

Bamboo House 7

Repro foto-foto dan kliping koran atau majalah ditata menempel seluruh bagian dinding dan pilar galeri ini dan terbagi berdasarkan tema-tema tertentu seperti sejarah kota, sejarah perkebunan, tokoh-tokoh perkebunan, dan kliping cerita-cerita seputar perkebunan tempo dulu. Seseorang perlu menyediakan waktu cukup banyak untuk dapat menikmati keseluruhan koleksi dan pajangan yang ada di ruangan ini.

Bamboo House 8

Mengamati keadaan di sekeliling area Bamboo House ini dapat dipastikan bahwa orang selalu dapat melihat berbagai signage yang berisi informasi kesejarahan, tradisi, nama-nama benda dan tempat, serta kutipan-kutipan filsafat kehidupan tradisional. Tidak hanya itu, hampir semua tumbuh-tumbuhan di sini diberi plat nama baik nama lokal ataupun ilmiah. Sebagian tumbuh-tumbuhan dikelompokkan sesuai jenisnya, seperti buah-buahsan, sayuran, dan pohon-pohon besar. Ada juga satu petak taman yang diberi nama Leuleuweungan (hutan-hutanan) yang jelas digunakan untuk mengingat salah seorang Preanger Planter yang banyak jasanya untuk pembangunan Kota Bandung, K.A.R. Bosscha, yang juga membangun leuleuweungan tak jauh dari rumahnya di tengah perkebunan Malabar, Pangalengan.

Bamboo House 9

Bamboo House di Cimurah ini dulunya terletak tidak jauh – kurang dari 100  meter – dari halte kereta api jalur Garut yang sudah lama tidak aktif, namun konon akan direvitalisasi pada tahun 2020 mendatang. Menyeberangi rel kereta api dan menyusuri jalan setapak yang ada akan berujung pada aliran Sungai Cimanuk. Sekarang di atas Cimanuk sudah ada sebuah jembatan gantung berbahan besi dengan ukuran lebar yang cukup untuk dilalui oleh kendaraan roda dua.

Bamboo House 10

Dengan perencanaan kegiatan yang tepat, Bamboo House sebenarnya dapat menyediakan berbagai kemungkinan kegiatan wisata dan edukasi yang sangat menarik, mulai dari pembelajaran tentang sejarah perkebunan, sejarah kereta api di Garut, tradisi pertanian di Priangan, serta berbagai kegiatan pengalaman kehidupan tempo dulu seperti bertani, menanak nasi dan masakan lain menggunakan hawu, berternak, mengelola kolam ikan, sampai melakukan berbagai permainan dengan basis air.

Baca juga: Garut dan Pangkas Rambut

Merenungkan satu hari dua malam di Bamboo House Cimurah ini ternyata ada rasa sedih juga. Konon, Bandung dan Priangan dibangun dan berkembang oleh hasil perkebunan masa Hindia Belanda, tetapi tak ada satu tempat pun di Bandung yang orang dapat mempelajari seluruh cerita perkebunan itu. Bandung semestinya memiliki suatu museum tentang perkebunan, katakanlah Museum Teh, atau Museum Kopi, atau Museum Kina. Semua jenis kebun itu adalah bagian sejarah penting dalam perkembangan modern Kota Bandung. Di Bamboo House inilah justru semuanya tersedia, tapi dalam bentuk galeri sederhana, dan bukan museum.

Andai saya punya kesempatan untuk berkunjung lagi, saya ingin sekali dapat menyediakan paling sedikit tiga hari tiga malam di Bamboo House ini agar dapat lebih pelan-pelan menikmati dan meresapi semua yang sudah tersaji di sini.

*Semua foto koleksi Komunitas Aleut.

Deuis Raniarti 10-2019

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s