Oleh: Rulfhi Pratama (@rulfhi)
Bumi yang kita tinggali ini sudah tak muda lagi kan? Dan saya rasa jawaban Anda akan setuju dengan saya. Bumi ini sudah ditinggali ratusan generasi, baik oleh dinosaurus, manusia purba ataupun makhluk lainnya hingga sampai di masa sekarang ditempati oleh manusia kaum milenial.
Semakin tua usia maka akan rentang sekali dengan berbagai penyakit. Terlebih jika tidak bisa menjaga kondisi agar tetap prima. Tentunya bumi telah diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan untuk menjaga kondisinya tetap seimbang yang disebut daya dukung lingkungan. Kemampuan yang sudah cukup untuk menjalankan semua kehidupan berjalan sesuai ketentuannya.
Tetapi lambat laun kemampuan bumi itu berkurang secara “paksa”. Salah satu faktor yang paling mempengaruhinya adalah keberadaan manusia. Manusia mengolah setiap sumber daya alam yang tersedia dengan rakus. Semua digunakan tanpa memikirkan untuk dikembalikan ke alam sebagai penyeimbang. Sehingga secara perlahan bumi yang sedang pijak mengalami ketimpangan ekosistem.
Manusia yang sebenarnya didaulat Tuhan menjadi khilafah, seorang pemimpin yang bertugas menjaga agar semua tetap seimbang dan berjalan sebagai mana mestinya, malah menjadi salah satu faktor utama yang mempercepat kerusakan di bumi.
Berbicara mengenai alam, kebetulan minggu kemaren saya berkesempatan untuk momotoran bersama Komunitas Aleut untuk mengunjungi sebuah gunung di daerah Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta. Gunung Hejo namanya.
Jika kalian dari Jakarta hendak ke Bandung melewati tol Cipularang kalian bisa melihatnya di sebelah kiri jalan tol. Akan terlihat sebuah bukit yang masih rimbun dengan pepohonan, tampak dari jauh warna hijau yang menyejukan mata.
Baca juga: Catatan Perjalanan: Ngaleut Gunung Hejo
Bukit ini salah satu bukit yang masih bertahan dari sekian banyak bukit di Jawa Barat. Banyak bukit lainnya yang telah habis atas nama pembangunan, baik ditebangi maupun diambil pasir dan tanahnya. Tetapi Gunung Hejo masih bertahan dari serbuan itu semua.
Konon yang membuat Gunung Hejo masih tetap asri karena bukit ini tempat/petilasan Prabu Siliwangi dan Kian Santang. Sehingga tempat ini sangat dikeramatkan yang membuat bukit ini tetap perawan. Karena orang-orang takut untuk membuat kerusakan ditempat yang dianggap bertuah dan suci.
Bahkan seorang kawan saya yang ahli tumbuhan mencatat ada sekitar 137 spesies tumbuhan yang ditemukan di Gunung Hejo. Seperti pohon Baduyut, Tepus, Kawao, Tereup dan masih banyak lagi tumbuh secara aman disini. Lihat betapa kaya aneka spesies tumbuhan yang hidup ditanah air kita yang subur. Ini baru satu bukit saja, belum lagi bukit atau gunung lainnya yang mungkin dapat ditemukan spesies baru. Andai saja kita bisa memaksimalkan ini secara bijak mungkin negara kita akan sangat maju dalam bidang botani.
Baca juga: Pengalamanku Ikut Ngaleut Gunung Hejo
Balik lagi mengenai bumi, apa kalian tahu bahwa bentar lagi ada peringatan hari bumi internasional?
Pada tanggal 22 April lalu merupakan hari Bumi sedunia. Di mana awal mula adanya peringatan hari bumi ini bertujuan meningkatkan kesadaran manusia untuk menjaga bumi yang ditinggali ini. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup.
Sebenarnya hari bumi sebagai seremonial atau peringatan saja agar kita selalu ingat bahwa tugas kita untuk menjaga bumi. Yang lebih penting adalah perilaku kita sehari-hari untuk menjaga bumi baik dari langkah kecil ataupun langkah besar. Jangan sampai menunggu alam marah baru kita berusaha menjaganya.
Maka ayo tunjukan aksi nyata untuk bumi yang kita tinggali ini atau mau nunggu tempatnya dikeramatkan aja biar tetap terjaga alamnya.
***
Tautan asli: http://www.upitea.com/2017/04/berbuatlah-untuk-bumi-kita-yang-tua.html
Ping balik: Catatan Perjalanan: Ngaleut Gunung Hejo | Dunia Aleut!
Ping balik: Pengalamanku Ikut Ngaleut Gunung Hejo | Dunia Aleut!