Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)
Siang itu, saya bersama Komunitas Aleut sedang berada di TMP Cikutra. Saat itu, kami melakukan kegiatan berjudul “Ngaleut Cikutra”. Selama kegiatan berlangsung, kami berkeliling di sekitaran TMP Cikutra untuk melihat beberapa nisan pahlawan terkenal seperti E.F.E. Douwes Dekker dan Abdoel Moeis,
Di tengah perjalanan berkeliling di dalam TMP Cikutra, saya tersandung oleh batu nisan kecil di bawah. Nisan itu terlepas dari kayu yang menjadi tempatnya. Mungkin nisan itu jatuh karena kurang terawat atau kurang direkat pada kayu.
Karena merasa tidak enak telah tersandung nisan, saya pungut nisan itu. Tapi ada yang aneh pada nisan itu, yakni tidak adanya nama almarhum di nisan. Berbeda dengan nisan lainnya yang bernama, nisan yang saya pegang hanya tertulis tidak dikenal sebagai nama almarhum.
Setelah memperhatikan keadaan sekitar, ternyata ada selusin nisan tertulis tidak dikenal. 12 nisan itu berlokasi di satu blok yang sama. Wajah nisan – nisan terlihat sama, yakni mulai menggelap dan meretak ke berbagai arah.
Selain rupa nisan yang menggelap, terdapat inskripsi pada 12 nisan tidak dikenal berupa tahun gugur dan organisasi militer. Mayoritas tahun gugur pada nisan – nisan berada di antara 1945 – 1946. Selain tahun gugur, terdapat beberapa organisasi militer seperti Laskar Rakyat dan Hizbullah yang tertulis pada nisan. Tapi ada satu nisan yang tidak tercantum organisasi militer, melainkan peristiwa Bandung Lautan Api.
***
Saat memperhatikan 12 nisan tidak dikenal, muncul tiga orang berpakaian rapi dari gerbang TMP Cikutra. Tanpa basa – basi, mereka langsung berjalan menuju satu makam dan berdoa di depan kuburan. Lalu mereka menaburkan bunga di atas pusara setelah berdoa.
Sungguh beruntung almarhum yang dikunjungi tiga orang itu. Setidaknya ada yang mengenal almarhum dan merapal doa untuk almarhum. Berbeda dengan 12 nisan di depan saya. Tanpa nama, perjuangan mereka hanya sampai lakon prajurit dalam cerita pahlawan di sekolah dasar. Tidak ada taburan bunga atau doa di atas 12 pusara tanpa nama.
Pagi telah menuju siang di TMP Cikutra. Suhu panas dan terik matahari mengingatkan saya untuk meninggalkan 12 nisan tidak dikenal karena masih ada nisan lain yang harus dikunjungi. Sambil berlalu, saya lihat ke nisan – nisan itu. Sepertinya puisi Chairil Anwar berjudul Karawang Bekasi cocok untuk mereka.
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu (Chairil Anwar – Karawang Bekasi)
Tautan asli: https://catatanvecco.wordpress.com/2015/09/16/12-nisan-di-tmp-cikutra/