Hidden story? Ngaleut Kawasan Husein.

Oleh: Intan Zariska Daniyanti  (@daniyaintan)

Awalnya masih mikir sejuta kali untuk share cerita sama catatan perjalanan ini. (Lebay dikit, emang.)

Minggu, 30 Desember 2012

“Ngaleut kawasan Husein, meeting point di Stasion Bandung jam 07.30 okay!” yang terlintas dipikiran saya ketika saya bangun pagi. Saya berangkat sekitar pukul 07.00 dari rumah dengan diantar oleh ayah. Karena saya kurang tahu dimana tempat meeting point itu berada. (bukannya manja ya! Tapi daripada nyasar mending diantar kan?)

Sesampainya di stasion saya celingak-celinguk mencari Aleutian yang lainnya beruntung saya menemukan beberapa orang yang memakai kaos Aleut! Dan di sekitarnya sudah ada beberapa orang sedang berkumpul. Nah! Ini pasti tak lain dan tak bukan ya Komunitas Aleut! Jujur saja saya masih kurang hafal dengan orang-orangnya, karena ini baru kali ke-2 saya di aleut.

Meetingpun dimulai dan tradisi aleut seperti biasa perkenalan antar anggota baik yang baru maupun yang sudah terdahulu ngaleut. Dilanjut dengan masuk sedikit ke parkiran stasion dan bang Ridwan bercerita tentang sejarah stasion, jalan Kebon Kawung dan awal pembangunan Transportasi serta jalur kereta api pada masa itu.

 Image

Kami menyusuri Jalan Kebon Kawung sambung ke Jalan Ksatriaan lalu berhenti di Institut Ksatriaan atau sekarang SMP Negeri 1 Bandung. Sekolah dimana Bapak Proklamator kita mengajar dan daerah dimana Beliau mengenal Ibu Inggit Garnasih it’s so kya! :3 setelah cukup berkeliling-keliling dan melihat-lihat.

 Image

(Ada beberapa destinasi yang di skip: Pemakaman Keluarga Pedagang Pasar Baru, Taman Kresna, SMK seberang jalan Baladewa dan perumahan dinas Kereta Api kalau tidak salah)

Kami kembali menyusuri jalan-jalan dan beberapa gang kecil yang saya kurang tahu detailnya dan tiba di sebuah Pemakaman Kuno. “Wah, keren banget gak nyangka ada tempat kayak gini! Perasaan tadi cuman nyusurin gang terus lanjut perumahan,” ujar saya dalam hati.  Ini namanya ‘Makam dan gereja Pandu’ kak Reza menceritakan tempat yang akan kami jelajahi. Saya masih terpukau oleh hamparan pemandangan ‘Welcome to Pandu’ hari terik kala itu beberapa Aleutian mengeluh capek dan panas bahkan ada beberapa Aleutian yang sudah berinisiatif memakai payung sebelum memasuki makam. Saya tidak menghiraukannya mata saya masih sibuk berbelanja menyelidiki beberapa makam. Ada makam kuno Cina, Belanda, Kristen katholik bahkan saya sempat mengernyitkan dahi ketika melihat makam laci yang berjajar di tembok. Makam laci?

ImageImageImage

Di hari yang terik itu kami tetap berjalan mengitari makam dan kamipun tiba di makam Fam Ursone yang ceritanya: ini adalah sebuah makam keluarga pengusaha peternakan terkemuka di masa itu. Dari yang saya lihat makam yang ini memang yang paling berbeda. “Paling jreng diantara yang lain kayak di luar negeri lah!” seru saya dalam hati. Sayapun masuk penasaran karena melihat beberapa Aleutian sudah berada di dalam makam tersebut dingin dan gelap, aneh padahal diluar panas.

 Image

Next: makam berdampingan pilot dan co-pilot yang meninggal karena pesawat yang beliau kendarai mengalami kecelakaan dan terjatuh di daerah Padalarang-Cililin sekitar tahun 1930-an.

Image

 Image

Dan ada lagi yang menarik perhatian saya. Yap Ereveld mungkin sejenis Taman Makam Pahlawan Belanda kali ya. Sayangnya kita kalau mau masuk kesana harus menggunakan passport. “Yaelah masih di Indonesia juga gitu we’re still in Bandung oh come on! Tau gitu tadi saya bawa passpor!” (eh nggak gitu juga kali ya hehe) saya berbicara dalam hati.

Image

Image

Siangnya waktu Dzuhur, kami sudah tiba di Mesjid Habiburahman (Mesjid Habibie-Ainun) beberapa Aleutian terlihat langsung duduk merebah melepas lelah dan mengobrol sedikit sambil beristirahat. Entah kenapa saya mendadak religi saat itu hahaha saya memutuskan untuk mengambil air wudhu dan menyegerakan shalat, karena memang sudah waktunya kan? Seberesnya saya shalat dan berdo’a saya sempat melihat ke sekitar masjid dan ke atas bangunan fondasi masjid Subhanallah indah banget. Mana mesjid ini diresmiin sama Bu Ainun sama Pak Habibie ah romantis banget deh! ❤ (efek nonton Habibie-Ainun)

Image

Image

Lamunan saya dipecahkan oleh kak Ala yang meminjam mukena. Setelah kami berdua selesai shalat saya mengeluh pusing ke kak Ala. (gak ada tujuannya sih cuman FYI aja) tapi siapa yang sangka kak Ala bilang: ‘Kamu tadi gak diikat rambutnya waktu pas di Pandu ya dan?’ sayapun menjawab: “Enggak kak memangnya kenapa?” Kak Ala melanjutkan menjawab sambil melipat mukena: ‘Biasanya sih yang kayak gitu suka ikut nempel di rambut..’ “Hah?” (if you know what I mean) “Kak Ala kenapa bilang gitu? -_-“ tanya saya dalam hati. Tapi kak Ala melanjutkan: ‘Yaudah gapapa kok mungkin tadi kamu kecapekan dan.’ Lalu kak Dea nimbrung: ‘Eh dan, kamu tadi ngerasa gak sih ada suara kayak yang ngetuk-ngetuk tembok pas di Ursone?’ Tanya kak Dea. “Ya Tuhan ini apa lagi..” saya tidak menghiraukan kak Dea dan menjawab: “Enggak kak emang apaan?” ‘Masa sih dan kamu gak denger? Kita kan yang paling dalem pas di Ursone’

Sesi sharing sehabis ngaleutpun tiba, semua Aleutian berbagi pengalaman selama perjalanan yang tadi kami tempuh dari sudut pandang masing-masing. Ini bagian yang saya suka karena saya suka mendengar orang bercerita hehe. Sayapun berpamitan pulang duluan karena sudah dijemput dan tidak ikut makan bersama.

Sesampainya dirumah saya langsung rebahan sebentar lalu makan siang. (makan siang? Late lunch sih tepatnya. Saya sampai rumah sekitar pukul 3 sore) lalu saya mandi dan tidur sehabis shalat ashar. Waktu maghrib tiba saya bangun dan bersiap shalat. Saya merasa ada yang aneh perasaan tadi jalan kaki jauh tapi kenapa yang sakit malah pundak. Saya tidak menghiraukannya dan melanjutkan kegiatan seperti biasa. Well saya terbangun lagi dan berharap sakit saya sudah hilang karena saya pikir saya sudah cukup istirahat untuk menggantikan energi saya yang cukup terkuras tadi siang. Well kondisi semakin memburuk saya tidak menceritakannya pada kedua orang tua saya lalu saya memutuskan untuk bbm kak Reza dan menanyakan sesuatu. Saya juga sempat tersirat perkataan kak Ala dan kak Dea tadi siang, but I’m still positive thinking. For pessimist I’m pretty optimistic kok. (apa banget!) Setelah menunggu beberapa saat kak Reza pun membalas dan yah baiklah mungkin saya memang kecapekan. Keesokan harinya keadaan semakin memburuk dan oke baiklah yang ini saya agak takut dan sedih karena jujur pundak saya malah semakin berat dan kepala rasanya pusing. For God sake saya nangis pun percuma saya tetap berdo’a dan mencoba untuk tidak berpikiran yang macam-macam. Saya menceritakan kepada sahabat saya tentang kejadian ini lalu teman saya menyarankan saya untuk kembali lagi ke Makam Pandu. “Ya kali saya harus kesana lagi? Sendirian? Ngapain?” teman saya tidak menjawab dan hanya membujuk saya agar saya menuruti perkataannya. Saya tidak menuruti perkataan teman saya tersebut karena ya saya tetap berusaha untuk berpikiran sewajarnya dan logika. Pundak saya semakin sakit dan berat terutama sebelah kiri. Tapi yasudahlah saya melanjutkan kegiatan tahun baru bersama keluarga.

Selepas malam tahun baru saya bangun di esok hari dan saya teringat bermimpi bermain bersama seorang anak kecil keturunan tionghoa dan jalan-jalan di suatu tempat yang saya gak tahu tempatnya apa agak menyenangkan dan seram tapi setelah terbangun dari mimpi itu rasa sakit di pundak saya hilang dengan sendirinya. Jadi sebenernya apa sih yang terjadi? No I’m not saya juga bahkan gak tau apa yang terjadi.

For God sake hanya Tuhan yang tau…

Well, tapi kejadian ini gak bikin saya kapok buat ngaleut loh! 😀

(dan FYI: pas nulis ini juga sempet mati lampu 4x lebay gak sih sedih gak sih percaya gak sih? I’m telling the truth.)

Original Post

Iklan

Satu pemikiran pada “Hidden story? Ngaleut Kawasan Husein.

  1. Ping balik: Hello Again « Ilham.Menulis

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s