S.H. Autobus Dienst, Perusahaan “travel” Milik Tuan Sato Shigeru

S. H. Autobus Dienst, Tuan Sato Shigeru.jpg

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Pada tahun 1924, koran Jepang berjudul Jawa Nippo menerbitkan sebuah iklan perusahaan “travel” baru bernama S.H. Autobus Dienst yang didirikan di Garut. Pendiri sekaligus pemilik “travel” baru ini ialah Tuan Sato Shigeru yang sebelumnya telah menjadi pemilik Perkebunan Sato Noen. Rute pertama yang dibuka ialah Bandoeng-Garoet.

Lambat laun perusahaan ini memperluas jaringannya di Jawa Barat. Jaringan pertama yang ditambah ialah Bandoeng-Soekaboemi, Garoet-Tjikadjang, Garoet-Pameungpeuk. Selanjutnya dibuka rute Batavia-Soekaboemi dan Bandoeng-Cheribon untuk menyambungkan jalur-jalur sebelumnya. Hingga pada akhir tahun 1927, total jaringan “travel” Tuan Sato sepanjang 557 km! Baca lebih lanjut

Iklan

Jembatan Citarum Lama dan Tanjakan Yang Melegenda

Oleh: Abu Fauzan (@pahepipa)

We consider this ascent from the Tjeetaram to be the only really dangerous part of the road between Batavia and Bandong. (Charles W Kinloch – 1852)

Perjalanan saya kali ini adalah mengunjungi dua jembatan Citarum di sekitar Rajamandala. Pertama, mengunjungi jembatan jalan raya lama di atas Citarum dan Cihea, selanjutnya adalah jembatan kereta api di dekat muara sungai Cimeta.

Jembatan lama Citarum yang berada di perbatasan Kabupaten Bandung dan Cianjur ini tidak bisa dikatakan lama juga. Jembatan tersebut adalah jembatan baru yang mengganti jembatan lama dan dibangun oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersamaan dengan pembangunan waduk Cirata Baca lebih lanjut

Mencari Pusat Pemerintahan Ukur

Oleh: Hevi Fauzan (@bandungtraveler)

Tafsiran atas masa lalu dan pemahaman masyarakat tentang tentang sejarah serta ingatan kolektif menciptakan identitas kolektif masyarakat tersebut.” (Reza A.A Wattimena)

Minggu 19 Maret 2017, setelah mengunjungi Gunung Lumbung, pada di hari Minggu sebelumnya, kali ini Komunitas Aleut mengunjungi tempat yang pernah menjadi ibu kota Tatar Ukur, Pabuntelan. Daerah yang letaknya tidak jauh dari Kota Ciparay, sebuah kota di sebelah selatan kota Bandung tersebut adalah bekas ibu kota Tatar Ukur. Daerah tersebut kemudian ditinggalkan oleh Dipati Ukur dan pengikutnya, setelah mereka gagal merebut Kota Batavia dan memutuskan untuk memberontak dari Mataram.

Tempat baru yang dituju oleh pasukan dan pengikut Dipati Ukur adalah Gunung Lumbung. Gunung ini berada di dekat Cililin sekarang. Di gunung tersebut, Dipati Ukur kemudian menyerah kepada pihak Mataram yang menyerbu dengan menggunakan pemimpin dan pasukan dari wilayah Sunda sebelah timur.

Nama Pabuntelan secara administratif, memang telah hilang. Daerah itu sekarang telah berganti nama menjadi Desa Mekarjaya dan Mekarsari. Walaupun telah hilang di peta atau dokumen-dokumen resmi saat ini, nama Pabuntelan masih melekat di kalangan orang-orang yang mendalami tirakat. Menurut penduduk setempat, banyak sekali orang yang mengunjungi darah Pabuntelan saat ini, baik untuk ziarah, maupun bertapa.

“Nama Pabuntelan telah lama hilang. Tapi, para peziarah yang berasal dari Cirebon, Mataram, dan banyak tempat lainnya di Jawa, masih menyebut tempat ini dengan nama Pabuntelan,” ujar Komar, seorang penduduk setempat yang bisa kami temui di sana. Baca lebih lanjut