Oleh: Novan Herfiyana (@novanherfiyana)
Siang itu, Waktu Indonesia bagian Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution Bandung sudah menunjukkan pukul satu. Hitungan menitnya lebih sedikitlah tanpa tawar-menawar ala penjual dan pembeli di pasar tradisional. Dalam suasana siang itu, kami, pegiat Aleut di Komunitas Aleut, sudah menuntaskan acara #NgaleutTransportasi.
Di luar kawasan Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution Bandung yang berada di Jalan Belitung No. 1 Kota Bandung, ada pegiat Aleut yang hendak pulang menuju kawasan Alun-alun Bandung yang berada di Jalan Asia Afrika. Mereka mempertimbangkan antara naik angkot atau berjalan kaki sebagaimana sejak awal acara yang ngaleut. Soalnya, motornya diparkirkan di kawasan Alun-alun Bandung.
Ada juga pegiat Aleut yang tinggal naik motor karena motornya sudah diparkirkan di tempat parkir di kawasan Taman Lalu Lintas. Pegiat Aleut yang “semacam” ini sudah mencermati lokasi akhir tempat acara. (Bandingkan dengan kesempatan lain ketika lokasi akhir tempat acara yang direncanakan di kawasan Gasibu, ternyata “terpaksa” berakhir di salah satu halaman minimarket di Jalan Banda karena hujan deras). Jangan lupakan pula pegiat Aleut yang tinggal memboseh sepeda karena sepeda yang dimilikinya diajak ngaleut.
Bagaimana dengan penulis sendiri? Saya sendiri tinggal memilih angkot yang berada di kawasan Taman Lalu Lintas. Malah ada beberapa alternatif trayek angkot yang menuju tempat tinggal saya. Dalam ngaleut kali ini, saya memang lebih memilih naik angkot daripada naik kendaraan (motor) sendiri yang mesti diparkirkan di lokasi awal acara (Monumen Km Bandung 0 + 00). Alasannya, kalau membawa motor, saya mesti balik lagi menuju lokasi awal acara sebagaimana sebagian pegiat Aleut tadi. (Sebetulnya mah “pilih-pilih” untuk parkir). Continue reading