Kerkhof di Kebun Raya Bogor

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Tulisan ini merupakan lanjutan dari perjalanan Ngaleut Bogor yang diselenggarakan oleh Komunitas Aleut.

Deskripsi Makam Belanda Kebun Raya Bogor. Foto: Aditya Wijaya

Komplek permakaman Belanda di Kebun Raya Bogor letaknya berada di tengah hutan bambu. Suara angin menggoyang batang bambu hingga beradu bisa kita dengar dengan jelas. Terlihat beberapa orang tengah melihat-lihat permakaman ini dari dekat. Mungkin mereka seperti saya, mencoba membaca tulisan di atas nisan meskipun tidak mengerti dan menduga-duga mengenai kenapa bisa ada permakaman di tengah Kebun Raya Bogor.

Sebagian besar yang dimakamkan di sini merupakan kerabat dari mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu. Permakaman ini berjumlah kurang lebih tiga puluh makam, beberapa makam sudah tidak dapat terlihat dan tulisan di atas nisan pun tidak terbaca.

Saat menulis tulisan ini saya mencoba mencari data dari internet. Ternyata sudah ada beberapa orang yang menulis pengalamannya berkunjung ke tempat ini. Pengalaman tersebut mereka tulis ke dalam buku. Dia adalah Hans Vervoort dalam dua bukunya (Retourtje Tropen: een reis door het hart van Sumatra en Java (met een stop in Singapore) & Vanonder de Koperen Ploert) dan F. Springer dalam buku (Bandoeng; Bandung). Sementara itu Willem Walraven seorang pengarang dan wartawan Belanda, menulis sebuah buku testimoni jurnalistik dari surat kabar dan majalah. Buku ini memuat pengalaman Edgar du Perron saat mengunjungi kerkhof di Kebun Raya Bogor. Pengalaman yang mereka tuliskan dalam buku tidak semuanya sama. Mereka mengalami kesan tersendiri ketika mengunjungi permakaman ini.

Makam Tertua

Makam Cornelis Potmans. Foto: Aditya Wijaya

Makam tertua di permakaman ini milik Cornelis Potmans 1714-1784. Seorang administrator ke-2 di Medicinale Winkel dan anggota dewan Weesmeesteren. Meski makam ini adalah makam tertua namun tulisan nisan masih bisa terbaca jelas. Font tulisan nisan juga sangat unik.

Makam Termuda

Makam Andre Joseph Guillaume Henri. Foto: Aditya Wijaya

Makam termuda milik seorang botanis Andre Joseph Guillaume Henri 1901-1994. Ia memiliki nama Indonesia, Achmad Jahja Go Hartono.

Seorang pelukis terkenal Raden Saleh pernah membuat lukisan mengenai komplek permakaman ini. Dari lukisan tersebut bisa kita perhatikan bahwa kondisi sekarang dan saat itu tidak banyak berubah kecuali beberapa pagar pembatas dan ornamen makam yang sudah tidak ada (vas bunga).

Raden Saleh: Het kerkhof in het park te Bogor met graven. Sumber: Wereldculturen
Kondisi saat ini tahun 2023. Foto: Aditya Wijaya

Sementara itu dulu cerita saya mengenai komplek permakaman ini tapi yang jelas ada beberapa tokoh penting saat itu yang dimakamkan di sini. Seperti seorang Ary Prins yang merupakan Wakil Presiden Dewan, De Erens merupakan Letnan Jenderal & Menteri Peperangan, dlsb. Semua jabatan dan kisah hidup tokoh-tokoh tersebut sebenarnya dapat terlihat dari bentuk dan ornamen atau patung makam-makam mereka. Semua makam memiliki keunikan dan bentuk makam tersendiri.

***

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s