
Sekolah St. Angela |© Maharaniony
Oleh : Maharaniony
Jika bagimu Bali, Lombok, atau Rajaampat itu indah, Bandung pun sama. Bandung punya sejarah dan kisah yang akan terus kami tuturkan pada kalian semua. Mengutip dari ucapan seorang kawan: Janganlah jadi turis di negeri sendiri. Mari bersama-sama aware dengan sejarah negeri ini. ~
Sabtu kemarin, sekali lagi Bandung membuatku jatuh cinta. Bukan ihwal bentang alamnya yang ciamik, tapi lebih pada kisah sejarahnya yang seolah enggan kehilangan pamor. Bersama @komunitasaleut – @mooibandoeng, aku dan beberapa kenalan bersua dan menjabat peninggalan zaman kolonial. Pukul 19.00 WIB lewat sekian menit kami mulai berjalan kaki. Dimulai dari taman lalu lintas. Taman ini merupakan salah satu taman tertua di kota Bandung, di mana pada tahun 1898 difungsikan sebagai tempat latihan militer tentara Netherland.
Bergeser sedikit menuju patung Pastor baik hati bernama Henricus Christiaan Verbraak. Banyak cerita simpang siur tentang patung tembaga ini, yang paling umum mengenai kepalanya yang bisa berpaling. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Taman Inklusi. Tidak banyak yang bisa aku tulis selain minimnya penerangan.

Pastor Verbraak di Taman Maluku | © Maharaniony
Tujuan selanjutnya adalah Gereja Katolik Bebas ST Albanus. Gereja ini pernah jadi markas teosofi, namun sekarang tidak lebih dari bangunan tua yang usang. Oh ya, jangan coba mengintip ke dalam ketika langit sudah gelap, karena ada seorang Noni berwajah seram yang akan menggodamu.
Tidak terlalu jauh dari sana, terdapat sebuah rumah tua yang akrab disebut rumah kentang. Ada kisah mistis yang hidup di kepala masyarakat Bandung tentang rumah ini. Kupikir itu berlebihan dan dilebih-lebihkan. Bagian penting yang terlupakan: rumah ini adalah bekas Loji Hermes, tempat berkumpulnya pembesar, anggota Freemasonry/Vrijmetselarij pada masa itu.
Titik perjalanan berikutnya SMAN 5. Tempat ini dulunya gedung HBS (Hoogere Burgerschool te Bandoeng). Dari Tetralogi Pulau Buru, aku akrab dengan HBS dan di HBS, aku tidak lagi asing dengan si usil, Nancy. Bangunannya apik dan terawat, namun tidak cukup membuatku nyaman berlama-lama di sana. Bukan karena Nancy, tapi banyak sebab lain yang jika kujabarkan akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Tajamkan saja telingamu, pusatkan pengelihatanmu, dan rasakan mereka begitu banyak di sekitarmu.

Bala Keselamatan | © Maharaniony
Perjalanan hampir selesai. Kami menuju Bala Keselamatan (The Salvation Army). Aku merasakan pilu dan teduh sekaligus. Kenapa? Entahlah. Kubaca Alfatihah. Selanjutnya kami menuju sekolah St. Angela. Bangunan ini tak kalah menyimpan sejarah. Pada 1 Juli 1920 dibuka program HBS yang sebagin besar siswanya adalah keturunan menak. Kadang aku merasa perlu mengucapkan terima kasih pada Belanda yang sudah mengenalkan pendidikan pada kita, terlepas dari maksud dan tujuannya tentu saja. Jika kalian tidak setuju denganku ya tidak apa-apa. Satu lagi, perempuan tanpa kaki yang kadang muncul di menara lantai 2 gedung itu jangan kau takuti. Ia tidak jahat, ia hanya kesepian. Tersenyumlah jika ia muncul.
Menjelang pukul 11 rangkaian city tour Legenda Urang Bandung berakhir. Satu kata untuk kalian: waoowww. Terima kasih banyak, banyak, banyak. Juga untuk bonus bukunya. Lain kali akan kutulis lebih panjang jika instagram tidak lagi menerapkan batas maksimal caption. Hehehehe
Keterangan 📷
1. St. Angela
2. Bala Keselamatan
3. SMAN 5
4. Jam pasir (bagian sejarah yang terselamatkan di rumah kentang)
5. Gereja Katolik Bebas ST Albanus
6. Patung Pastor Henricus Christiaan Verbraak
Muat pertama kali di Instagram @maharaniony
(komunitasaleut – ony/upi)