Oleh: Pahepipa (@pahepipa)
25 September 2016.
Ulang tahun Bandung kali ini, saya rayakan bersama Komunitas Aleut. Bukan berupa perayaan seremonial yang membosankan, ataupun bersenang senang tanpa ada hari esok. Tetapi perayaan hari itu adalah sebuah perayaan yang jauh dari kata perayaan itu sendiri, Ngaleut.
Seperti biasa, kami melakukan perjalanan khas untuk mempelajari sejarah Bandung dan pelajaran lainnya yang selalu kami dapatkan tanpa sengaja saat Ngaleut. Tujuan kami kali ini adalah Gunung Sadu di daerah Soreang. Gunung Sadu, tepatnya Bukit Sadu berada di Soreang Kabupaten Bandung dan mempunyai tinggi 895 meter di atas permukaan laut atau 198 meter di atas permukaan danau Bandung Purba. Untuk menuju ke puncaknya, dari jalan raya Sorang Ciwidey, kita harus berbelok ke kiri, satu jalan dengan Taman Makam Pahlawan Kabupaten Bandung yang ada di sana. Bukit terletak di samping lapangan sepakbola Desa Sadu.
Di atas bukit, terdapat kumpulan batu-batu yang dikeramatkan dan dijadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat. Dalam bukunya Wisata Bumi Cekungan Bandung, Budi Brahmantyo dan T. Bachtiar memperlihatkan bagaimana batuan tersebut memiliki kekuatan magnetis yang juga menganggu kerja sebuah kompas. Di buku yang juga kami bacakan di atas bukit saat itu, diceritakan legenda dan asal muasal nama bukit Sadu.
Jika dilihat secara geologi dan geografi, dua ilmu yang tidak saya dalami, hehehe, bukit Sadu merupakan bukit paling selatan dari jajaran bukit pematang tengah danau Bandung Purba yang terbentuk 4 juta tahun yang lalu. Seperti banyak ditulis di buku-buku sejarah, danau Bandung Purba terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebelah timur dan barat. Nah, bukit-bukit yang ada di pematang tengah, sepertiGunung Bohong, Lagadar, Selacau, sampai Gunung Sadu, merupakan pemisahnya. Dan pernah ditulis di blog ini juga, bahwa Danau Bandung Purba sebelah timur, surut setelah menembus batuan keras di Curug Jompong.
Perjalanan ini memang spesial karena bertepatan dengan ulang tahun kota Bandung, kota berjuluk Parijs van Java yang dipindahkan dari Dayeuh Kolot atas arahan wakil Perancis di Hindia Belanda, Daendels. Tapi, acara ulang tahun tersebut tidak juga terlalu spesial bagi kami. Toh, di setiap minggu, bahkan setiap hari, komunitas Aleut selalu “merayakan” keberadaan kota Bandung dengan cara membahas kota ini dari segala sudutnya, tanpa pernah bosan.
Perayaan hari jadi Bandung? cukup update di instagram saja. 🙂
Foto kedua diambil oleh @FajarRaven
Tautan asli: http://pahepipa.com/ulang-tahun-bandung-yang-syahdu-di-gunung-sadu/
Ping balik: Ngaleut Pacet, Sekali Peristiwa di Bandung Selatan | Dunia Aleut!