Oleh: Hevi Fauzan (@hevifauzan)
“Berbagi waktu dengan alam, kau akan tau siapa dirimu sebenarnya”
Hanya sepotong bait lagu OST-nya film Soe Hok Gie yang melintas saat saya menaiki Gunung Putri, sebuah bukit di sekitaran Lembang. Sabtu malam, 6 Agustus 2016, setelah kekalahan Persib dari Perseru 1-0.
Tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Keantariksaan. Kami, dari Komunitas Aleut, pada awalnya ingin melihat apa yang terjadi di langit malam itu. Apa daya, polusi cahaya Lembang dan Kota Bandung tidak memungkinkan untuk itu. Ditambah lagi, langit tertutup awan, walau tidak sampai hujan.
Sore sebelumnya, saya mengalami kejadian absurd yang gak lucu sama sekali. Sudah puluhan kali saya menjadi admin untuk live tweet pertandingan Persib Bandung. Saya pernah live berdasarkan laporan via voice dan text, apalagi, live tweet berdasarkan pertandingan di TV adalah hal yang biasa. Namun di sore itu, saya buta dengan jalannya pertandingan karena memang tidak disiarkan secara langsung, baik di TV maupun radio. Alhasil, saya mendapat info dari akun official.
Saya jadi ingat masa awal- awal berdirinya Simamaung di akhir 2010-an, proses livetweet pertandingan bisa dikatakan seperti kemarin. Karena saya tinggal di Saudi, saya mendapat info via text atau voice dari rekan saya, Adrian, yang bertugas di Bandung. Dari dia, saya mendapat info buat nge-tweet. Jadi, perjalanan informasi di tahun 2009 dan 2010 adalah: Indonesia ke Saudi, kemudian ke Twitter untuk menyebar ke seluruh dunia. Sama-sama buta dengan apa yang terjadi di lapangan.
Dahulu pula, jika pertandingan Persib tidak diaiarkan secara langsung, maka RRI menjadi tumpuan harapan. Tapi kini, zamannya sudah berubah. RRI tidak lagi mengikuti Persib sampai ke pelosok tanah air. Ini membuat bobotoh gigit jari. Untung ada Twitter dan akun @persib. #uhuk
Setelah live tweet aneh di sore itu, saya meninggalkan pekerjaan publish berita ke web. Saya memutuskan untuk jalan-jalan bersama Komunitas Aleut, yang pada mulanya saya tidak tahu ke mana. Hatur nuhun buat Tante Maya yang mau mempublish berita-berita pertandingan lawan Serui setelahnya.
Jam 19 saya keluar dari kantor dan menuju gerbang UPI sebagai meeting point kami. Setelah semua peserta lengkap, kami menuju Lembang, menuju Gunung Putri. Perjalanan Bandung, Lembang, dan Gunung Putri relatif ramai lancar. Keadaan macet terjadi untuk arus sebaliknya.
Dari jalan utama Lembang-Cikole, kami berbelok ke kiri dengan jalanan yang menanjak secara ekstrim. Sesampainya di sana, setiap pengunjung dikenakan tiket sebesar 7500 per orang. Motor, kami tinggalkan di tempat parkir, dan kami harus berjalan kaki untuk naik ke lereng bukit yang ada tugunya.
Berjalan kaki dari tempat parkir menuju lereng bukit yang ada tugunya membutuhkan perjuangan tersendiri. Tidak biasa menggerakan badan dan berolah raga membuat saya membutuhlan perjuangan ekstra untuk sampai di sana. Bikin lelah.
Pemandangan di atas memang sangat cantik. Kita bisa melihat city view Lembang dan sebagian Kota Bandung yang berhias lampu di gelap malam. Di bawah, pemandangan kendaraan yang lalu lalang di jalur Lembang-Subang terlihat dengan jelas.
Melihat jalan raya di bawah mengingatkan masa kecil saya. Jalan itu sering saya lalui bersama orang tua beberapa puluh tahun yang lalu. Pasalnya, ayah saya menghabiskan masa remaja menjelang dewasa di Subang, kota tempat ayah dan ibu beliau tinggal membuka usaha pabrik kerupuk Ciamis.
Sayangnya, ingatan tentang jalan itu kemudian memudar seiring laju jaman. Sejak nenek meninggal, praktis saya sangat jarang mengunjungi kota yang dahulu sepi itu. Lebih lagi, setelah rumah peninggalan kakek dan nenek dijual, hubungan saya dengan Kota Subang seolah terputus.
Di atas bukit Gunung Putri, saya kembali bisa tertawa bersama sahabat-sahabat lain. Karena bersama mereka, selalu ada saja hal yang dibicarakan, dipikirkan, kemudian ditertawakan dengan ringan.
Sejenak, suasana itu membuat saya merasa tidak sendiri. Walaupun kemudian, ada hal-hal yang disadari dan tidak bisa dilupakan.
“Percayalah hati, lebih dari ini, pernah kita lalui….”
*Bait pembuka diambil dari lirik lagu “Gie” yang dibawakan Octa.
*Bait penutup diambil dari lirik lagu “sementara” dari Float.
Tautan asli: https://hevifauzan.wordpress.com/2016/08/07/gunung-putri-bertukar-ingat-dengan-lupa/