Oleh: Hevi Abu Fauzan (@hevifauzan)
Cerita ini ingin saya tulis sebagai salah satu kisah lucu sekaligus miris yang pernah penulis alami saat Ramadhan di rumah. Kisah yang heboh ini terjadi di bulan Ramadhan tahun 1996 yang penulis cukup ingat sampai saat ini. Bersama teman-teman lain, Ramadhan di tahun-tahun sekitar itu diisi dengan kegiatan-kegiatan yang cukup positif.
Subuh selepas sahur ada acara kuliah subuh diikuti pengajian kitab kuning setelah matahari menampakkan dirinya. Pengajian kitab kuning pun kembali dilakukan bada Ashar sampai menjelang Maghrib. Selepas Isya, kami melaksanakan Tarawih, dan kembali mengaji sampai waktu Sahur tiba.
Di pertengahan 90-an saat itu, sandal merk Carvil mulai digilai oleh masyarakat, khususnya oleh anak-anak muda di daerah sentra tahu Cibuntu, tepatnya Jalan Aki Padma yang kini berada di sebelah selatan Jalan overtol Pasirkoja. Pada saat bulan Ramadhan tahun itu tiba, iklan merk sendal itu cukup gencar ditayangkan di TV-TV swasta, dengan bintang iklan kalau tidak salah Ari Wibowo. Alhasil, banyak anak-anak muda di kampung kami menggunakan sendal merk Carvil.
Penulis sendiri yang memang selalu tidak suka dengan keseragaman dan kehebohan sesaat tidak memaksakan diri untuk membeli. Perjalanan antara rumah dan mesjid bernama Al-Marhamah yang pada pertengahan tahun 80-an hanya dipisahkan lapangan sepakbola itu, kadang dilakukan dengan tanpa menggunakan alas kaki.
Demi gengsi dan persaingan para cowok yang entah untuk apa, para pemuda yang aktif di mesjid itu mulai menggunakan sendal ke acara shalat Tarawih. Penulis sendiri heran, karena buat apa membeli sendal yang bagus bermerk hanya kemudian untuk disimpan di tempat penyimpanan sendal saat shalat. Selain mubadzir, hal tersebut bisa saja mengundang kejadian yang tidak-tidak.
Benar saja, karena sendal merk itu sangat bagus untuk standar saat itu dan berharga cukup tinggi, kejadian tidak diinginkan mulai terjadi satu per satu. Sendal yang sedang ngetren itu hilang saat para anak muda dan masyarakat melaksanakan shalat Tarawih. Sontak saja kejadian ini membuat geram para pemilik sendal yang kehilangan barang yang sangat dicintainya itu.
Bodohnya, si pencuri sendal tidak mampu menahan diri untuk tidak kembali melakukan aksinya. Padahal, sudah beberapa pasang sendal berhasil dia gondol di mesjid yang didirikan salah satu keturunan dari Eyang Mahmud tersebut. Anak-anak yang kesal tadi melakukan jebakan untuk mengetahui siapa pencuri sendal-sendal itu.
Si pencuri sendal tadi baru tertangkap beberapa hari setelah acara malam Nuzulul Quran. Tak disangka tak diduga, sang pencuri sendal Carvil selama ini, yang menghebohkan dan sempat membuat anak-anak mesjid saling mencurigai satu sama lain adalah Qaari (pembaca al-Quran) di acara Nuzulul Quran tadi. Tentu saja kejadian ini sangat menghebohkan kampung yang dulunya cukup sepi dan nyaman untuk ditinggali itu.
Tidak tahu apa yang dilakukan oleh teman-teman saya terhadap qaari tadi. Yang jelas sampai saat ini, sang Qaari menghilang dan tidak pernah kembali.
Kadang orang-orang yang tidak disangka-sangka malah merupakan pelakunya ……….