Pesta Topeng di Sea View Hotel

Oleh : R.Indra Pratama (@omindrapratama)

13 Agustus 1945. Tiga serangkai Soekarno, Moh.Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat, yang disertai oleh dokter Soeharto, dokter pribadi Soekarno, telah selesai mendapat “izin” dari Marsekal Hisaichi Terauchi selaku pemimpin tertinggi militer Jepang di Asia, untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia melalui PPKI.

Mereka masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun mulai curiga, Terauchi membuat keputusan tersebut secara mendadak.

Kecurigaan itu makin berkembang setelah mereka dibawa ke Saigon untuk kemudian terbang dengan pesawat Fighter Bomber bermesin ganda menuju Singapura. Bahkan saking curiganya, Soekarno sempat mengencingi seluruh penumpang pesawat.

Tiba di Singapura, mereka dijemput dan diantarkan menuju Sea View Hotel. Di hotel, mereka dijamu dengan pesta yang sangat meriah oleh militer Jepang, yang dikomandoi Letnan Kolonel Nomura. Pesta berjalan sangat meriah, namun terlalu meriah sehingga makin mengapungkan perasaan curiga Hatta.

Nomura dalam obrolan bersama Hatta mengungkapkan bahwa Rusia sudah memulai perang terhadap Jepang. Namun ia berkata bahwa pasukan Jepang akan mampu menahan serang tersebut. Hatta menangkap kesan bahwa Jepang sedang menutupi sesuatu dari mereka. Hal tersebut ia yakinkan pada Soekarno, yang ternyata juga merasakan hal yang sama.

Akhirnya Soekarno dan Hatta memutuskan untuk bergerak cepat. Soekarno merencanakan akan menginjak gas untuk mempercepat kerja PPKI. Kenapa? Karena Soekarno dan Hatta merasa bahwa Jepang sudah makin terpuruk.

Cerita ini adalah cerita versi autobiografi dr.Soeharto yang mengalami sendiri peristiwa tersebut. Versi yang lebih populer adalah Soekarno, Hatta dan Radjiman seakan tidak mengetahui bahwa Jepang telah terpuruk, dan baru tahu ketika gerombolan Sutan Syahrir memberitahu kondisi tersebut pada tanggal 14 Agustus, dimana Jepang sudah menyerah.

Jika Soekarno dan Hatta memang sudah merasa bahwa Jepang terpuruk seperti versi dr.Soeharto, agak menarik juga untuk mempertanyakan mengapa pada saat-saat menjelang proklamasi Soekarno menemui petinggi militer Jepang untuk menanyakan kembali kabar tersebut dan seakan tidak memprediksi kekalahan Jepang?.

The truth is out there.

Sumber:

1. Suganda, Her. 2009. Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945. Jakarta : Penerbit Kompas
2. Hanafi, A.M. 1997., Menteng 31: Membangun Jembatan Dua Angkatan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
3. Soeharto,dr. 1982. Saksi Sejarah : Mengikuti Perjuangan Dwitunggal. Jakarta : Gunung Agung

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s