Ringkasan Biografi K.H. Zaenal Mustofa

Tulisan ini merupakan hasil latihan Kelas Menulis sebagai bagian dari Aleut Development Program 2020. Tulisan sudah merupakan hasil ringkasan dan tidak memuat data-data penyerta yang diminta dalam tugas.

Ditulis oleh: Wildan Aji

Tanggal 10 November merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena di tanggal tersebut merupakan Hari Pahlawan Nasional yang selalu diperingati setiap tahunnya. Namun, belakangan ini banyak sekali generasi muda yang lupa akan jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang untuk merebut Kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah.

Pada buku ini Prof. Dr. Nina Lubis, M.S. membahas tentang 9 Pahlawan Asal Jawa Barat yang terbagi dalam 9 Bab. Tulisan ini akan terbagi dalam 4 Sub Bab yang khusus untuk membahas tentang K.H Zaenal Mustafa Pahlawan Nasional  yang berasal dari Tasikmalaya.

Masa Muda

Pada Sub Bab ini Nina Lubis hanya sedikit menuliskan tentang masa kecil dari K.H Zaenal Mustofa yang ulu sering dipanggil Umri atau Hudaimi. Zaenal lahir tahun 1899 di Kampung Bageur Desa Cimerah (sekarang Desa Sukarapih), Singaparna, Tasikmalaya, dan berasal dari keluarga petani yang sederhana.

Pendidikan formal K.H Zaenal Mustofa hanya sampai tingkat SD dan selama 17 tahun kemudian menjalani pendidikan di beberapa pesantren yaitu:  Gunung Pari 7 tahun, Sukaraja Garut 3 tahun, Sukamiskin Bandung 3 tahun, Cilenga Singaparna 3 tahun, dan Jamanis 1 tahun.

Pesantren Pusat Perjuangan

Pada tahun 1927 K.H Zaenal Mustofa kembali ke Tasikmalaya dan membentuk pesantren Sukamanah. Nama ini diberikan oleh sang pemberi wakaf untuk pesantren, yaitu Hajjah Duraiyah. Sedangkan pondoknya didirikan dari wakaf istri pertama K.H Zaenal Mustafa

Kebijakan di Pesantren Sukamah berbeda daripada pesantren lain pada umumnya. Karena, di pesantren ini digunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar. Pesantren ini memberikan kebebasan kepada santri-santrinya untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dan mengubah kurikulum pesantren. Para santri diwajibkan belajar bahasa Belanda dan bahasa Melayu  serta belajar bela diri silat.

Untuk memperluas wawasan politik, pada tahun 1933 K.H Zaenal Mustofa bergabung dengan NU dan menjadi lebih paham politik dengan kesadaran bahwa penjajahan dan kekejaman Belanda harus segera diakhiri. Akhir tahun 1940, gerak-gerik K.H Zaenal Mustofa mulai diawasi oleh tantara HIndia Belanda karena pidato-pidatonya yang menyadarkan masyarakat dan menumbuhkan kebencian terhadap penjajahan.

Puncaknya, pada 17 November 1941, Zaenal Mustofa ditahan oleh tentara Hindia Belanda di Tasikmalaya selama satu hari dan dipindahkan ke LP Sukamiskin sebagai tahanan politik. Setelah di bebaskan pada Januari 1942 K.H Zaenal Mustofa kembali ditahan karena aktivitas politiknya pada February 1942 atau sebulan setelah bebas sampai tahun awal tahun 1943 saat Jepang datang.

Perlawanan Terhadap Jepang

Pada awal tahun 1943 K.H Zaenal Mustofa dibebaskan oleh tentara Jepang. Namun Zaenal Mustafa menentang kebijakan Jepang yang mewajibkan seikerei (hormat kepada kaisar), kewajiban menyerahkan beras (shokuryo kamri zimusyo) ke kantor pengelolaan pangan, dan penipuan terhadap wanita yang dijanjikan sekolah ke Jepang tapi ternyata dikirim ke pertempuran di Birma dan Malaya.

Bulan Desember tahun 1943,  Zaenal Mutofa melakukan rencana pemberontakan untuk melawan kekejaman Jepang dengan cara menculik para pembesar Jepang, menyabotase telepon dan komunikasi, dan membebaskan para tahanan politik. Puncaknya, pada 25 Februari 1944, Zaenal Mustofa melakukan penyerangan  menggunakan dengan dua taktik ke arah utara dan selatan serta menyiapkan 100 pasukan untuk berjaga di sekitar Pesantren Sukamanah.

Pada suatu sore, Pesantren Sukamanah mendapatkan serangan dan karena kekurangan jumlah pasukan, berhasil dilumpuhkan oleh tentara Jepang.

Akhir Perjuangan

26 Februari 1944, tentara Jepang melakukan pembersihan dengan serangan udara, menghancurkan kitab-kitab serta bangunan, dan perampasan. Sebanyak 900 orang ditahan di sel Tasikmalaya. Pasukan Zaenal Mustofa dan santrinya berhasil selamat dari pertempuran itu dan menjadi buronan.

Pada tanggal 27 Februari muncul instruksi pesan rahasia dari Zaenal Mustofa kepada santri dan warga yang ditahan. Inti pesannya adalah agar pada saat dilakukan pemeriksaan tidak membocorkan rahasia-rahasia kepada tentara Jepang. Pemeriksaan para tahanan itu berlangsung selama 3 bulan sampai dengan bulan Mei 1944.  Hasilnya dikelompokkan menjadi tiga golongan.

Golongan pertama sebanyak 650 orang dinyatakan tidak bersalah dan dikembalikan ke kampung asal. Golongan kedua sebanyak 79 orang, dianggap mempunyai sangkut paut terhadap pemberontakan, tapi tidak ikut aktif dan menjalani hukuman penjara di LP Sukamiskin selama 5 tahun. Golongan ketiga yaitu yang terlibat memimpin pemberontakan sebanyak 23 orang, termasuk Zaenal Mustofa, dibawa ke Kejaksaan Agung Dai Nippon di Jakarta. K.H Zaenal Mustofa beserta 22 orang pengikutnya dieksekusi di sekitar Cilincing atau Tanjung Priok, Jakarta. Hingga saat ini belum diketahui di mana lokasi makam K.H Zaenal Mustopa.

Itulah kisah perjuangan dari K.H Zaenal Mustofa dalam mengusir penjajah di Indonesia.

Setelah membaca kisah K.H Zaenal Mustofa, saya menjadi tahu bahwa di Tasikmalaya ternyata ada Pahlawan Nasional. Dan menjadi lebih tertarik untuk mencari tahu lebih banyak lagi.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s