Mencari Haji Kurdi

Ditulis oleh: Uyung Achmar

Kurdi merupakan nama kawasan serta nama jalan dan belasan gang dalam wilayah cukup luas di sisi selatan Tegallega Kota Bandung. Wilayah Kurdi diapit Jalan Moh Toha di sisi timur serta Jalan Inhoftank di sisi barat. Adapun sisi utara dan selatan diapit oleh wilayah Pelindung Hewan dan Karasak.

Jalur utama Jalan Kurdi penuh dengan tawaran kuliner menarik. Beberapa yang cukup terkenal sejak lama yaitu Toko Roti Vitasari dan Batagor Kurdi. Di Jalan Kurdi juga ada studio senam milik Lucy Dahlia, artis terkenal awal 1990-an ketika berperan di sinetron misteri ‘Impian Pengantin’ dan pemeran Nyi Iteung di sinetron ‘Sang Kabayan’.

Oke, kembali ke inti utama tulisan ini yaitu nama wilayah Kurdi. Nama ini sebenarnya berasal dari seorang tokoh, yaitu Haji Kurdi. Nah, siapakah sosok Haji Kurdi tersebut? Mengapa wilayah tersebut menggunakan nama beliau? Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu mengusik rasa penasaran saya sejak menjadi penghuni Bandung dan tinggal di salah satu gang di wilayah Kurdi.

Bermula dari pembicaraan ringan pada grup whatsApp Komunitas Aleut, saya mendapatkan satu per satu petunjuk untuk mengenal lebih jauh tokoh ini. Petunjuk pertama adalah bahwa Haji Kurdi merupakan pemilik tanah di sekitaran Tegallega pada zaman kolonial Walanda. Info ini diperoleh kak @hanisetiarahmi dari kawannya yang merupakan salah satu cicit dari Haji Kurdi. Konon tanah milik Haji Kurdi saat itu luasnya meliputi sisi belakang kantor Kawedanaan Tegallega (sekarang Museum Sri Baduga) hingga gedung kantor Badan Pemeriksa Keuangan saat ini. Tanah yang beliau miliki kemudian diambil alih pemerintah kolonial dengan metode tukar guling karena Belanda berniat membangun beberapa gedung pada bidang tersebut. Haji Kurdi tetap menjadi juragan tanah, hanya saja wilayahnya pindah lebih ke selatan.

Masih dari kak @hanisetiarahmi yang pernah diajak kawannya ke sana, saya mendapatkan informasi kedua mengenai lokasi makam Haji Kurdi. Ternyata makam Haji Kurdi terletak tidak jauh dari Jalan Soekarno Hatta. Esok paginya, dengan bersepeda saya melakukan kunjungan apresiasi ke sana. Setelah masuk sedikit melalui Gang Karasak IV, bidang permakaman keluarga Haji Kurdi berhasil saya temukan di sisi kanan, tepat di belakang gudang besar salah satu ekspedisi. Permakaman tersebut dikelilingi tembok dan tertutup gerbang.

Plakat di gerbang kompleks makam. Foto: Uyung Achmar.

Seorang warga sekitar berpapasan dengan saya, menanyakan mengapa saya celingukan di depan gerbang makam. Setelah saya sampaikan tujuan saya ingin ziarah, warga tersebut membuka gerbang yang ternyata tidak dikunci. Saya pun masuk setelah mengucap salam untuk penghuni kubur.

Pemakaman keluarga ini ternyata cukup luas, dilengkapi bangku-bangku taman dan jalan setapak menuju area utama makam. Area utama makam terletak di tengah lahan, dinaungi rumpun bambu yang tinggi dan lebat sebagai peneduh. Kesan pertama terasa bahwa pemakaman keluarga ini direncanakan sebagai taman yang nyaman dikunjungi.

Baris utama dalam kompleks makam. Foto: Uyung Achmar.

Sayangnya pada saat saya berkunjung (Februari 2020), terlihat area makam terkotori sisa pembangunan tembok tinggi pembatas bangunan gudang ekspedisi yang sepertinya masih proses renovasi. Semoga perbaikan tembok segera selesai dan tidak lagi mengotori keindahan pemakaman.

Nisan makam Haji Kurdi. Foto: Uyung Achmar.

Pada nisan tidak ada keterangan usia maupun tahun kelahirannya, namun diketahui bahwa Haji Kurdi telah berpulang pada 11 April 1927. Satu tahun setelah Bung Karno lulus sebagai insinyur teknik sipil dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (ITB), 18 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Adanya gelar Raden di depan nama Haji Kurdi menandakan beliau memiliki darah bangsawan. Sayangnya saya belum berhasil menemukan nama-nama keturunan beliau yang dimakamkan di sana. Tidak ada nama yang menggunakan bin ataupun binti Haji Kurdi. Justru berdasarkan penelusuran, di permakaman ini terdapat nama-nama keturunan dari Soedarma Soeradiradja, seorang tokoh Paguyuban Pasundan yang turut mendirikan Universitas Padjadjaran serta mendirikan dan menjadi rektor pertama Universitas Pasundan. Adapun makam Soedarma Soeradiradja sendiri tidak ada di pemakaman ini. Dengan perjuangan dan jasa-jasa beliau, sangat mungkin makam beliau ada di TMP Cikutra.

Di antara nama-nama anak Soedarma Soeradiradja yang saya lihat di pemakaman keluarga Haji Kurdi ini antara lain Ibu Tet Soeryati Soeparwadi binti Soedarma Soeradiradja (1930-2013) yang pernah menjabat Dekan sekaligus Guru Besar FKG Unpad. Ada pula Herman Suradiradja bin Soedarma Soeradiradja (1946-2016), pecatur Indonesia pertama yang meraih gelar Grand Master pada 1978.

Lantas apa hubungan Soedarma Soeradiradja dan Haji Kurdi? Saya belum menemukan jawabnya. Namun menurut tebakan saya, Soedarma Soeradiradja adalah salah satu menantu dari Haji Kurdi. Dengan demikian, kemungkinan Prof. Tet Soeryati Soeparwadi dan Grand Master Herman Suradiradja adalah cucu dari Haji Kurdi. Benarkah tebakan saya? Wallahu A’lam. Semoga ada konfirmasi lebih lanjut.

Gang Haji Kurdi, 5 Oktober 2020

Berharap tulisan ini dapat membantu siapapun yang bertanya ‘siapa Haji Kurdi’. Karena hingga tulisan ini terbit, mbah Google belum berhasil menemukan jawabnya.

Ditulis oleh Uyung Achmar, member Komunitas Aleut, penikmat sejarah. Dapat dihubungi melalui IG @uyungachmar

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s