Oleh: Intan (Bukalapak)
Naik vespa keliling kota.hatiku jadi gembira.
Begitulah kata Naif dalam lagunya Piknik 72. Memang benar, terkadang untuk sekadar refreshing kamu nggak perlu pergi jauh-jauh ke luar kota atau luar negeri. Dengan pergi mengelilingi kota tempat juga bisa menyenangkan. Kamu jadi punya kesempatan pula mengenali lebih jauh kota yang selama ini kamu tinggali itu. Banyak cerita, banyak sejarah di dalamnya.
Sama seperti yang dilakukan Komunitas Aleut pada kota kesayangannya, Bandung. Tiap akhir pekan mereka rutin berjalan kaki menyambangi sudut-sudut kota kembang itu sambil mempelajari sejarahnya. Beberapa waktu lalu Tim Komunitas Bukalapak berkesempatan mewawancarai Komunitas Aleut. Langsung simak saja obrolan seru kami di bawah ini ya.
Q : Silakan diperkenalkan dulu apa itu Komunitas Aleut?
Komunitas Aleut (KA) : Komunitas Aleut adalah wadah belajar bersama di kota Bandung yang menggunakan sejarah populer dan pariwisata sebagai pendekatannya. Berbagai aspek dari kota Bandung dan wilayah pendukungnya kami pelajari. Mulai dari arsitektur, aspek sosial, hingga dunia literasi. Di awal terbentuknya, Komunitas Aleut memang memosisikan diri sebagai komunitas sejarah Kota Bandung, sehingga sampai saat ini juga kami masih dikenal sebagai komunitas sejarah.
Q : Lalu bagaimana awal mula Komunitas Aleut terbentuk?
KA : Pada pertengahan 2005, mahasiswa baru jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran mengikuti ospek. Panitia mengusulkan agar ospek kali ini tidak lagi bernuansa kekerasan. Muncullah gagasan mengunjungi situs-situs sejarah kota Bandung. Acara ini rupanya mendapat respons bagus dari para mahasiswa baru. Dari situ muncul gagasan mendirikan komunitas yang kemudian pada 2006 resmi bernama Komunitas Aleut. Bentuk acaranya masih sama, jalan-jalan keliling kota untuk mengetahui lebih jauh tentang situs-situs sejarah.
Q : Kenapa dinamakan Aleut dan apa saja kegiatan rutin yang dilakukan kalian?
KA : Aleut dalam bahasa Sunda berarti sekelompok orang yang berjalan berbanjar atau beriringan sebagaimana para petani beramai-ramai melintasi jalan setapak. Ini pula yang kerap dilakukan Komunitas Aleut. Kami beriringan keliling kota. Trotoar dan gang-gang dalam perkampungan di kota Bandung yang semakin sempit memaksa kami berjalan berbanjar seperti orang antre.
Q : Selain jalan-jalan mengelilingi situs bersejarah, setiap anggota juga diajak untuk menulis catatan perjalanan, kenapa?
KA : Aleut mencoba merangsang anggotanya untuk belajar menulis, menulis apa saja yang mereka temukan selama ngaleut. Semula, mereka hanya menulis apa yang ditemui dan dipersepsi tentang situs sejarah. Lalu, mereka mencoba menulis dengan menggunakan literatur sehingga tulisan tentang situs sejarah itu lebih berbobot. Untuk menambah kualitas tulisan, Aleut menggelar sejenis workshop menulis. Para anggota dipersilakan untuk memperdalam kemampuan menulisnya dengan bimbingan beberapa anggota lain yang menjadi mentor.
Tulisan-tulisan anggota Aleut ini kemudian diunggah ke blog Aleut. Blog ini menjadi salah satu blog komunitas paling aktif. Sekarang ada sekitar 800 tulisan yang semuanya karya anggota Aleut. Bahkan, beberapa anggota Komunitas Aleut menulis buku. Saat ini sedikitnya ada enam buku hasil karya kami, baik karya perseorangan maupun keroyokan.
Q : Wih, berarti itu menjadi salah satu manfaat bergabung dengan Komunitas Aleut ya?
KA : Selain itu bisa menambah teman dan wawasan, serta dengan bergabung di Aleut masing-masing anggota bisa lebih menggali bakatnya.
Q : Komunitas Aleut sudah pernah menggelar event apa saja?
KA : Aleut cukup sering mengadakan acara-acara berskala kota Bandung yang cukup besar. Selain empat acara mingguan rutin yang selalu kami langsungkan setiap minggunya (Bioskop Preanger, Kamisan Aleut, Kelas Literasi, dan Ngaleut), dalam setahun terakhir ini kami pernah mengadakan peluncuran dua buku karya kami (Rasia Bandoeng dan Pernik KAA 2015), diskusi seputar kebudayaan Tionghoa di kota Bandung, diskusi soal perkebunan teh di Priangan yang dilanjutkan dengan perjalanan ke perkebunan teh di Garut, dan juga acara-acara yang bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti dari elemen perusahaan dan pemerintah.
Q : Menurut kalian, mengapa kegiatan menyusuri sudut kota dan mempelajarai sejarahnya ini penting untuk kita ikuti?
KA : Bagi Aleut, kegiatan menyusuri sudut kota dan mempelajari sejarahnya ini penting untuk digiatkan di agar yang tinggal di kota Bandung bisa lebih kritis dan mengenal seluk beluk kota tempat tinggalnya, bukan hanya sekadar menumpang hidup saja.
Q : Nah, bagi mereka yang tertarik untuk bergabung, bisa menghubungi Komunitas Aleut di mana?
KA : Bagi kawan-kawan yang ingin bergabung ke Komunitas Aleut, caranya sangat mudah. 1) Follow saja media sosial kami (Twitter dan Instagram di @KomunitasAleut, Fanpage FB Komunitas Aleut, dan blog. Lalu tunggu kemunculan info kegiatan mingguan Aleut yang biasa di-posting di hari Jumat. 2) Konfirmasikan kehadiran kawan-kawan di acara mingguan ke CP yang tertera di poster info kegiatan. 3) Langsung datang ke acara mingguan sambil siapkan uang Rp 10.000,00 untuk pendaftaran keanggotaan selama satu tahun. Dengan mengikuti tiga langkah di atas, kawan-kawan langsung menjadi anggota dari Komunitas Aleut,
Nah, menyenangkan bukan membaca cerita kegiatan jalan-jalan bersama Komunitas Aleut ini? Kalau kamu tertarik, langsung aja ikutan ngaleut bareng mereka ya. Dan buat yang mau komunitas hobinya diliput juga oleh Tim Komunitas Bukalapak, langsung share8 di kolom komentar ya.
Intan – Tim Komunitas Bukalapak
(Sumber foto : Facebook Fanpage Komunitas Aleut)
Tautan asli: https://komunitas.bukalapak.com/news/65348-uq2xnr
Ping balik: Kamisan Komunitas Aleut | Dunia Aleut!