Oleh: Moro Sudjatmiko
Tidak terasa sudah sepuluh tahun Aleut! berkarya. Entah kapan saya pertama kali ikut ngaleut.
Lupa…
Yang saya ingat hanya tidak lebih dari jumlah jari saya mengikutinya. Walaupun begitu dengan GR saya merasa sudah menjadi keluarganya. Seperti otomatis, sebagaimana kebiasaan saya yang suka tiba-tiba “nyaah” kepada gadis cantik yang lewat.
Saya yang merasa sebagai “Senior Citizen” di Bandung merasa kagum, terpana, dan olohok melihat teman-teman Aleut! menjelaskan Bandung dengan lengkap dan rinci. Itu mungkin karena teman-teman mengenal Bandung secara intelektual dengan membaca, berdiskusi, dan menuliskannya. Sedangkan saya mengenal kota ini secara emosional, mengalami sendiri. Saya mendengar sendiri tukang beca menyebut “oranyeplen” untuk Taman Pramuka dan Jalan Cisadane untuk Jl. Brigjen. Katamso. Saya bermain bola di lapangan Hebe, namun saya baru tahu cara menulis dan bahkan artinya dari teman-teman yang mungkin umurnya sepertiga dari umur saya.
Sekarang, saya menjadi tidak heran mendengar “mereka” (inginnya sih “kami”) akan menulis buku Ensiklopedi Bandung, sebuah pekerjaan yang kelihatannya sih impossible (walaupun saya yakin menjadi I’m possible). Saya yakin karena sebagai “lidi” kami (he he) sudah terikat kuat menjadi “sapu” yang bisa membersihkan sampah seluas lapangan Persib sekalipun..
Wilujeng milangkala, Komunitas Aleut!
suka sekali dengan gaya nulisnya, jujur dan enak dibaca, respect 🙂
Hatur nuhun 🙂