Oleh: M. Ryzki Wiryawan (@sadnessystem)
Kebon Binatang (Bonbin) Kota Bandung didirikan pada tahun 1933 oleh tuan W.H. Hoogland, seorang tokoh pecinta Bandung sekaligus pimpinan organisasi Bandoeng Vooruit. Beliau adalah seorang kaya raya, direktur Bank D.E.N.I.S. yang berkantor di jalan Naripan (sekarang Bank BJB).
Setelah mengalami masa kemunduran pada zaman Jepang, Kebun Binatang Bandung kembali direvitalisasi seiring dengan membaiknya keadaan Republik. Informasi menarik mengenai progress revitalisasi Kebun Binatang disajikan oleh L.J. Toxopeus, sekretaris Kebun Binatang Bandung dalam sebuah tulisan di O.S.R. News tahun 1951. Darinya bisa diambil sedikit pelajaran yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk perbaikan Bonbin ke depannya.
Walaupun pada dasarnya dimiliki swasta, pengelola Bombin melibatkan tokoh-tokoh publik. Pada tahun 1950, Dewan Pengelola Bonbin masih dipimpin oleh W.H. Hoogland, dengan anggota R.A.A.A. Suria Nata Atmadja, R.A.A. Suria Danuningrat, Thio Tjoan Tek, Ema Bratakusumah, J.H. Houbolt, A. Poldevart, R. Tg. Dendakusumah, Mrs. M. Van Daalen, F.A. Bitterberg, Senosastro, P. Th Van Vliet, dan sebagai manajer R.M. Kaboel. Selain itu, selalu dibuka keanggotaan dewan dari unsur dokter hewan di Bandung. Pejabat publik seperti Gubernur Jabar, Sewaka menempati posisi pelindung. Sedangkan Walikota Bandung, M.Enoch bertindak sebagai Presiden Kehormatan.
Keterlibatan tokoh publik tentu saja berhubungan dengan keberadaan Bonbin Bandung sebagai salah satu pusat pengembangan sains sekaligus atraksi wisata di Bandung. Sedangkan keberadaan anggota dewan dari berbagai latar belakang, di antaranya insinyur (Poldevart) dan pengusaha pemborong (Thio Tjoan Tek) sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan hal sarana dan prasarana. Sebagai contoh, Poldevart membangun jaringan pipa dari mata air di jalan Siliwangi ke kolam di Bonbin. Sedangkan Thio Tjoan Tek menyumbangkan tenaganya untuk membangun beberapa kandang, di antaranya kandang gajah yang unik (lihat gambar).
Pada tahun 1950, Bonbin Bandung hanya memiliki 101 spesies hewan. Keseluruhannya dalam keadaan baik. Beberapa kasus kematian hewan, ternyata diakibatkan ketidakdisiplinan pengunjung yang menawarkan rokok untuk dihisap beberapa hewan sebagai bahan bercandaan, atau sengaja meludahi hewan yang secara tidak langsung menularkan virus TBC.
Untuk menunjang fungsi Bonbin sebagai pusat sains. Saat itu, pengelola menggratiskan tiket bagi mahasiswa biologi maupun mahasiswa seni rupa ITB. Sehingga tidak jarang setiap paginya, bisa ditemukan anak-anak muda membuat sketsa di seantero kebun binatang dengan hewan-hewan sebagai modelnya…