Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)
ngabuburit : ngadagoan burit dina bulan puasa bari jalan – jalan
Ngabuburit berasal dari kata burit yang berarti waktu sebelum bedug magrib. Ngabuburit itu sendiri berarti menunggu burit saat bulan puasa dengan jalan – jalan. Jika bertanya pada pelaku sejarah Bandung mengenai ngabuburit di Bandung tempo dulu, ingatan mereka akan melayang menuju beberapa lokasi yang telah berubah fungsi di tempo kini. Misal sungai Ci Kapundung yang tidak sejernih tempo dulu.
Dulu, ketika Bandung belum memiliki saluran air ledeng, sebagian warga masih melakukan kegiatan sehari–hari di sungai Ci Kapundung. Hal itu wajar dikarenakan Ci Kapundung tempo dulu memiliki air yang jernih, sejuk dan langsung berasal dari kaki Gunung Tangkubanparahu.
Ngabuburit tempo dulu yang cukup menyenangkan adalah dengan bermain air di pinggiran sungai. Warga kota bisa memilih banyak tempat bermain air seperti Empang Cipaganti milik Haji Sobandi, Pemandian Cihampelas, atau Situ Aksan yang memiliki fasilitas berperahu. Selain bermain air di beberapa lokasi tersebut, warga Bandung bisa ngabuburit dengan menikmati taman. Warga Bandung tempo dulu akan merasa kebingungan dalam memilih taman untuk ngabuburit. Bisa dibayangkan bahwa Bandung memiliki banyak taman indah seperti Jubileum Park (Taman Sari), Insulinde Park (Taman Lalu Lintas), Molukken Park (Taman Maluku) dan taman lainnya.
Jika warga memilih berjalan–jalan dalam menghabiskan waktu sebelum berbuka puasa, jalur yang menarik adalah Gang Pelesiran. Gang Pelesiran merupakan sebuah gang yang mengantar pengunjung menuju “Taman Cihampelas” untuk menikmati bunga bermekaran diiringi gemercik air sungai Ci Kapundung. Sayang, “Taman Cihampelas” telah menghilang dan berubah total menjadi perkampungan padat dan tak teratur.
Untuk anak–anak yang senang bermain bola atau olah raga lainnya, lapangan mungkin lokasi tepat untuk dipakai berolahraga. Lapangan untuk berolahraga antara lain Lapang UNI, Sidolig, Tegalega, NIAU (Gelora Saparua), Habom (Jalan Industri), Lapang ATPC (tepi Kali Ci Tepus dekat Pasar Andir), dan Lapang JCMS (dekat Sekolah Andir). Untuk beberapa lapang, sering diselenggarakan pertandingan sepak bola. Pertandingan ini sering ditonton oleh warga kota selagi ngabuburit.
Arus Ci Kapayang tempo dulu tergolong deras. Untuk warga Bandung tempo dulu, arus yang deras dipakai untuk membalapkan kapal kaleng dengan lilin di tengah–tengahnya. Adu balap kapal ini sering dilakukan oleh warga Bandung saat ngabuburit.
Untuk warga Bandung yang sedang mencari jodoh, lokasi ngabuburit yang tepat berada di kawasan Alun–alun. Selama masa liburan sekolah di bulan puasa, beberapa bioskop di Alun – alun seperti Varia, Oriental, Radio City, dan Elita memutarkan film khusus anak–anak. Para pengantar anak–anak sering menggunakan momen tersebut untuk perkenalan yang kemudian dilanjutkan dengan kencan. Anak–anak yang nonton sibuk dengan film sedangkan para om–tante serta teteh dan aa juga tak kurang sibuk pacaran.
Sayang seribu sayang, sama halnya dengan beberapa bangunan tua di Bandung, beberapa lokasi yang telah dijabarkan di atas telah hilang atau berubah fungsi. Hilangnya beberapa lokasi seperti Permandian Cihampelas yang diganti dengan apartemen tidak jelas atau Taman Sari yang berubah menjadi perkampungan padat dan tidak teratur sungguh mengganggu para peminat Bandung tempo dulu. Mungkin kita saat ini hanya bisa menikmati perasaan ngabuburittempo dulu dengan mendengar cerita kakek atau dengan mengunjungi beberapa lokasi yang masih tersisa.
Ayeuna mah ngabuburit teh momotoran wae….