#PernikRamadhan: Berburu Tanda Tangan di Bulan Ramadhan

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Para jamaah bangkit dari sujudnya, memasuki rakaat terakhir dari shalat witir. Hanya satu rakaat lagi dari berakhirnya rangkaian shalat Tarawih malam hari itu. Beberapa anak kecil yang mengikuti jalannya shalat Tarawih sudah terihat tak tenang, seolah ingin segera mengakhiri saja shalat ini. Di rakaat terakhir, imam yang merangkap sebagai penceramah malam ini membaca surat pendek yang panjangnya lebih dari 10 ayat. Terdengar oxymoron, memang.

Setelah penantian yang dirasa panjang, imam akhirnya menoleh ke kanan sambil mengucap salam. Berakhir juga shalat Tarawih malam ini. Namun sebelum imam selesai membaca doa, sudah terlihat antrian anak kecil yang mengular di belakang sang imam. Mereka semua memegang sebuah buku tipis yang berbahan kertas koran. Salah satu anak mengangkat bukunya ke atas kepalanya, entah apa maksudnya. Dari kejauhan terlihat tulisan “Buku Kegiatan Ramadhan” di sampul buku anak itu.

Imam selesai membaca doa, lalu beranjak dari duduknya untuk membalikan badan. Sejenak terlihat gestur kaget dari tubuhnya setelah melihat panjangnya antrian yang di luar dugaannya. “Sok biar cepet, langsung buka halaman nu rek diparaf ku Bapak”, ujar sang imam dengan logat Sunda kentalnya sambil mengeluarkan bolpoin dari saku baju kokonya. Bak jendral yang mengkomandoi anak buahnya, semua anak langsung membuka halaman yang dimaksud sang imam. Satu per satu anak-anak yang mengantri mendapat tanda tangan dan terpancar senyum di wajah mereka

***

Bagi mereka yang sedang mengenyam bangku sekolah tingkat dasar dan menengah, bulan Ramadhan akan selalu identik dengan sebuah buku, mencatat, ceramah, dan tanda tangan. Setidaknya itulah yang saya alami semasa bersekolah saat SD hingga SMP. Saat bulan Ramadhan tiba, para pelajar akan membeli buku ceramah yang rata-rata berwarna hijau dengan tiga puluh lembar kolom ceramah, satu lembar absensi shalat Tarawih, dan satu lembar hafalan surat pendek.

Setelah adzan Isya berkumandang, para penulis cilik ini biasanya akan datang ke masjid dengan setelan yang serupa: kaos oblong, celana pendek, sarung, bolpoin, dan tentunya buku ceramah. Tugasnya akan selalu sama setiap tahunnya, yaitu mencatat ceramah yang disampaikan penceramah menjelang shalat Tarawih dengan iming-iming nilai tambahan di mata pelajaran Agama. Untuk memverifikasi apa yang telah dicatat, penceramah atau pihak DKM diminta untuk membubuhkan tanda tangan di kolom yang tersedia di bagian bawah halaman. Keberadaan tanda tangan bisa juga diganti oleh cap DKM, tergantung kesediaan para pengurus dan penceramah sendiri.

Tapi namanya juga anak-anak, dalam pelaksanaanya sering kali terjadi berbagai macam akal-akalan. Ada yang datang hanya untuk sekedar hadir di masjid, lalu menyalin catatan ceramah temannya saat shalat Tarawih berlangsung. Ada yang datang dengan buku yang telah berisi ceramah untuk ditandatangani saja, entah apakah ceramah itu didapat dari ceramah yang disadurnya dari radio atau menyalin dari yang dimuat di surat kabar.

Ada juga yang datang ke masjid tanpa membawa bolpoin ataupun buku, karena segera setelah menunaikan ibadah shalat Isya, anak-anak ini bergegas menuju ke lapangan dekat rumah untuk bermain polisi-penjahat, bermain bola, atau petak umpet. Kalangan ini biasanya baru akan sibuk menjelang berakhirnya bulan Ramadhan untuk mengisi buku ceramahnya, baik itu menyalin dari teman maupun surat kabar. Beberapa ada juga yang menyalin ulang dari buku ceramah tahun lalu.

Para imam, penceramah, maupun pengurus DKM mendadak ngartis di bulan Ramadhan. Layaknya para fans yang berebut tanda tangan artis idolanya, imam, penceramah, maupun pengurus DKM ini juga akan disibukan dengan kerumunan pelajar yang mau memverifikasi catatan ceramahnya. Selain disibukan membubuhkan tanda tangan, mereka juga disibukan mengatur kerumunan pelajar yang sering kali acuh saat disuruh mengantri.

Kedekatan para pelajar dengan pengurus DKM juga bisa menjadi kunci penuhnya cap atau tanda tangan di buku ceramah. Mereka yang dekat dengan pengurus DKM tak perlu lelah mengantri di setiap akhir shalat Tarawih. Para pengurus seringkali memberikan akses cap secara-cuma-cuma, tentu saja akses ini akan betul-betul dimaksimalkan oleh para pelajar.

Buku ceramah ini akan dikumpulkan segera setelah libur Lebaran berakhir. Apakah para pengisi buku ceramah ini betul-betul mendapatkan nilai tambahan di mata pelajaran Agama mereka? Tak tahu pasti, karena sampai saat ini nilai tambahan ini masih menjadi mitos. Yah, setidaknya setelah bulan Ramadhan berakhir para penulis cilik ini bisa lebih terlatih untuk menulis.

***

Sembilan tahun sudah sejak saya terakhir kali menulis buku ceramah. Setiap kali melihat anak-anak yang sibuk menulis buku ceramah saat Tarawih, kenangan akan kesibukan dan kenakalan saat menulis buku ceramah terputar kembali di kepala, yang terkadang diikuti oleh senyum di wajah.

 

Tautan asli: https://aryawasho.wordpress.com/2015/06/26/berburu-tanda-tangan-di-bulan-ramadhan/

Iklan

Satu pemikiran pada “#PernikRamadhan: Berburu Tanda Tangan di Bulan Ramadhan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s