Oleh: Mooibandoeng (@mooibandoeng)
Sejak 2006 kenal tempat ini dengan nama Cadas Gedogan. Pemandangan dari atas tebing ke arah Maribaya memang bagus, apalagi pagi atau sore hari. Sekarang tempat ini mendapatkan nama baru, Tebing Keraton, yang konon muncul dari sebuah mimpi. Cerita terus berkembang, di antaranya sebagai pusat kerajaan mahluk halus, lokasi tambatan kuda kerajaan yang disebut Batu Gadogan, dan sebuah curug kecil di bawahnya yang bernama Cikiih Kuda.
Sejak Mei 2014 lokasi ini menjadi sangat populer sebagai objek wisata. Sejak dini hari sudah menerima banyak tamu bermobil atau motor yang menunggu matahari terbit, atau sore hari menjelang matahari tenggelam. Pemandangan kabut di bawah lembah atau berkas cahaya matahari jadi objek foto favorit.
Sekarang lokasi ini dikelola oleh Tahura Ir. Djuanda. Untuk masuk dikenakan biaya Rp.11 ribu. Batuan tebing yang menjorok dirapikan dengan beton dan diberi pagar demi keamanan pengunjung. Jalan setapak yang tadinya tanah dan rumput sudah diberi semen dan dibangun pula sebuah gapura, mengesankan gapura keraton.
Di sisi jalan utama Ciharegem Puncak sudah muncul banyak warung, salah satunya memasang spanduk dengan tulisan “Kampung Keraton”. Digelar pula kegiatan-kegiatan budaya Sunda. Saya coba cari satu rumah petani yang dulu biasa saya singgahi bila lewat kawasan ini, ternyata tak berhasil saya temukan, mungkin karena saya pangling dengan suasana baru yang ada.
Di dekat lokasi ini masih terdapat makam keramat Embah Gembong yang dianggap sebagai leluhur Kampung Ciharegem. Di salah satu puncak bukit di bawah lembah ini juga masih terdapat makam keramat yang walaupun cukup terpencil namun masih dikunjungi peziarah. Untuk menuju makam keramat ini harus mengambil jalan dari arah Maribaya.