Tag: GEBEO

Balasan Untukmu, Sarie!

Oleh: Hendi “Akay” Abdurahman (@akayberkoar)

img-20161205-wa0004
Foto: @fan_fin (Komunitas Aleut)

Dear Sarie…

Sebelumnya aku minta maaf karena baru membalas suratmu, notif di gmailku akan suratmu tertelan oleh notif dari akun sosmedku. Maklum, sosmedku banyak.

Sarie, pernah nonton film Ada Apa Dengan Cinta? Menurutku sih pasti film itu sampai juga ke Pangalengan sana. Nah, masih ingat saat Cinta di “ciee…cieoleh Maura ketika dia akan pergi ngedate sama Borne? Itu yang sekarang sedang dilakukan Preanger dan Homann ketika aku nulis surat balasan ini untukmu. Mereka berdua menggodaku, terang saja, mereka terheran-heran karena ada yang meyuratiku.

Sarie…

Kamu tak perlu khawatir, aku sama sekali tak tertarik untuk menemanimu di Pangalengan. Hmmm, iya sih, aku tau di sana sejuk, pemandangannya bagus, sepi, dan jauh dari kebisingan. Tapi asal kamu tau juga, tak ada sedikitpun niat aku untuk pindah dari sini. Tempat ini sudah enak banget loh buat aku. Di sini aku tak kekurangan teman seperti kamu di sana. Seperti katamu, aku punya si Preanger dan Homann yang sekarang sedang asyik ngobrol tak jauh dariku. Si Majestic, kalau jam segini sih dia lagi ngopi-ngopi cantik sambil berjemur. Si GEBEO di barat sana, dia tak pernah kekurangan makanan. Dia selalu diantarkan sosis bakar oleh seseorang. Kami di sini senang. Angin malam yang dingin khas Bandung tak mampu membuat kami kedinginan, riuh suara air Ci Kapundung juga tak mampu menggerus kami. Maaf-maaf aja nih, hehehe…

Bentar,,, ketika aku baca suratmu ini, jujur aku kaget. Lupa kalau kita terlahir di era yang berdekatan, seperti katamu. Tapi aku rasa sebaiknya kita emang lebih baik seperti ini, kau di selatan sana dan aku di pusat kota sini. Aku tak akan siap jika harus bertukar peran denganmu.

Aku senang di sini, tak pernah kesepian. Siang malam selalu ramai, maka ketika suratmu baru kubalas hari ini, tentu kau tau alasannya bukan? Ya, aku sibuk, eh bukan sibuk deng, waktu santaiku sedikit. Apalagi semenjak aku punya walikota stylish seperti sekarang, huhuhu aku makin gak mau beranjak dari sini, dan ku kira begitupun dengan teman-temanku yang lain.

Tapi… Continue reading

Pembangkit Listrik Malabar

12479213_174531079577330_286134544_n

Pembangkit listrik tua di Malabar, angka tahunnya sebelum 1900, letaknya agak di perdalaman yang harus ditempuh melewati punggungan gunung dan hutan. Secara jarak sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumah tinggal pendirinya, KAR Bosscha, tapi akses jalan yang sulit membuatnya terkesan sangat terpencil, apalagi letaknya di dasar sebuah lembah yang sempit.

Yang sehari2 tinggal menjaga di sini ada tiga orang pegawai, secara bergantian setiap pagi salah satu dari mereka pergi ke kampung terdekat untuk membeli kebutuhan makan sehari-hari. Tidak ada hari libur bersama untuk ketiga pegawai karena setiap hari harus ada yang memantau kerja mesin2 di dalam bangunan itu.

Dalam waktu dekat, @mooibandoeng akan mengajak Anda berkunjung ke tempat ini.

Tidak ada Tiang Listrik di Braga

Oleh: M. Ryzki Wiryawan (@sadnesssystem)

11188281_10205603868030578_1727256618126754231_n

Apa yang membuat Braga begitu istimewa? Kalau kita perhatikan ternyata tidak ada tiang listrik dan kabel yang bersliweran di sana. Pejalan kaki bisa menikmati trotoar dengan nyaman sambil menikmati keindahan sisa-sisa pertokoan mewah jaman kolonial.

Namun siapa sangka kalau dulu pernah dipasang tiang-tiang listrik di sana. Adalah GEBEO, perusahaan listrik Bandung yang memasang jalinan tiang listrik di Braga pada tahun 30’an. Tak ayal tindakan itu langsung mendapat protes dari warga yang tidak ingin keindahan Braga tercoreng oleh untaian kabel-kabel dan tiang listrik. Akhirnya tiang-tiang itupun dicabut.

Mari kita bermimpi suatu saat jalanan Bandung bisa terbebas dari kabel-kabel dan tiang listrik yang semrawut. Tanah-tanah di dalam kota memang dimiliki oleh pribadi, swasta, dan pemerintah. Namun keindahan kota adalah milik seluruh warga Bandung.

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑