Berkunjung ke Buitenzorg – ditulis di SumurBandung no.4
Ditulis oleh : Adri Teguh Bey Haqqi
Pada tanggal 24 Januari 2010 kemarin minggu kami berangkat ke Buitenzorg pada pukul 4 dini hari dari Buah Batu Bandung menggunakan satu kendaraan pribadi dan satu kendaraan sewaan. Berencana akan berangkat pada pukul 3 dini hari, tetapi mobil sewaan baru tiba pukul 04.00 WIB.
Dalam perjalanan kami berhenti di pemberhentian pertama sebelum ke kota Bogor yaitu di Gadog, Ciawi. Di sana sudah menunggu seorang pria seumuran BR dan ternyata temannya BR yang akan memandu perjalanan kita nanti. Teman BR langsung memandu kita menuju jalan yang begitu sempit mungkin hanya 1 setengah mobil masuk, sehingga diperlukan konsentrasi ekstra tinggi apabila ada mobil dari arah berlawanan dan diperlukan kesabaran apabila para kerbau sedang berjalan di depan mobil kita.
Pukul 07.00 pagi hari kita telah sampai di pemberhentian pertama ARCA DOMAS di kaki Gunung Pangrango. tetapi sewaktu tiba disana saya langsung disuguhi oleh makam modern tentara Jerman.
Ada sepuluh makam yang terdapat disana, dua diantaranya tidak dikenal. 8 orang yang dikenali antara lain sebagai beikut :
– Letnan Satu Laut Friedrich Steinfeld, meninggal pada tanggal 30 Nov 1945, Komandan Kapal Selam Jerman (U-Boat) dengan nomor U-195.
– Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens yang terbunuh di Gedung Jerman di Bogor oleh pejuang kemerdekaan Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945.
– Letnan Laut W. Martens terbunuh ketika dalam perjalanan dengan kereta api dari Jakarta ke Bogor.
– Tanggal 29 September 1945 Kopral Satu Willi Petschow meninggal karena sakit di Cikopo.
– Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal juga pada tanggal 23 Agustus 1945 karena kecelakaan.
– Letnan Satu Dr.Ir. H. Haake telah meminta dikuburkan oleh keluarganya, kapal selamnya (U-196) tenggelam di Selat Sunda oleh ranjau pada tanggal 30 November 1944.
– Eduard Onnen seorang tukang kayu awak kapal laut Jerman yang meninggal di Jakarta pada tanggal 15 April 1945. Dua makam tidak dikenal, kemungkinan dulu kayu-kayu nisannya sudah lapuk dan hilang.
di sebelah tugu peringatan ada 2 buah patung (patung Ganesha dan Patung Budha) yang saya kira itu arca domas, setelah itu BR memberi tahu saya kalau itu cuma patung yang dipesan oleh Emil dari pengrajin di Jawa Tengah. kemudian saya tanya kembali “terus Arca Domasnya mana Bang?”. ternyata Arca Domas yang berarti 800 Arca itu telah hilang entah kemana.
Setelah merekam semua keadaan di sekitar makam tentara Jerman dan menikmati udara pegunungan di pagi hari kita pun meneruskan perjalanan menuju daerah Batu Tulis.
Akhirnya kita pun tiba di daerah Batu Tulis tapi sebelumnya kita makan dulu. di dekat situs Embah Dalem ada rumah makan sayur asem yang terkenal, kita pun menyantap sarapan pada pukul 08.30 WIB. sudahlah soal sarapan sayur asem tak perlu dibahas lebih lanjut. langsung saja kita ke makam embah dalem. saat masuk kita langsung disuguhi oleh wangi kemenyan dan para penziarah yang datang untuk berziarah. karena penasaran embah dalem itu siapa salah dua orang pegiat kita ada yang bertanya kepada seorang nenek tua penjaga makam. jadi embah dalem teh wali ti Bogor sanes wali Songo sep, kunaon embah Dalem, nyaeta Dalem elmuna, Dalem ibadahna, pokona mah Dalem sagala-sagalana. di depan pintu masuk sudah disediakan air minum yang katanya kalau minum air itu doanya terkabul.
Sebentar saja di makam embah Dalem kita meneruskan perjalanan menurun menuju stasiun Batu Tulis.
Setelah itu, di stasiun kita hanya berpoto-poto saja lalu meneruskan jalan kaki ke prasasti Batu Tulis.
Saya dan teman-teman telah sampai di sebuah komplek kecil yang di tengah ada sebuah rumah atau sejenisnya. sebelum masuk ke dalam rumah, saya berkeliling sekitar rumah dan menemukan ada beberapa buah batu yang cukup unik dan menarik. ada beberapa batu yang berbentuk vertikal, kalau dilihat sih seperti batu nisan makam. karena penasaran saya tanya ke br dan temannya br, batu yang berbentuk vertikal itu dulunya digunakan untuk menalikan kuda-kuda. di belakang rumah saya melihat sebuah batu lebar besar dan datar, saya bertanya lagi karena penasaran, ternyata batu yang datar itu dulunya mungkin sebuah meja tempat makan mereka beristirahat yah atau tidak kursi untuk duduk-duduk.
Setelah berkeliling sekitar rumah langsung saja saya masuk ke dalam rumah. Di dalam ada 3 buah batu, yang pertama pastinya sebuah batu tulis yang ditulis dengan huruf sunda kuno. di bawah batu tulis ada sebuah batu yang ada cap telapak kaki orang, dan satu lagi seperti batu vertikal yang ada di luar.
*bersambung dulu.