Dari Eldert Verschooff ke Francois Soesman

Aditya Wijaya. Komunitas Aleut.

Ada dua tulisan belakangan ini yang baru saja kami sadari ternyata memiliki keterkaitan. Yang pertama tentang seorang tokoh Bandung, F.J.H. Soesman yang ditulis oleh Aditya Wijaya dan yang kedua tentang Apotek Preanger ditulis oleh Irfan Pradana. Dalam tulisan tentang Apotek Preanger, sudah diceritakan bahwa seorang apoteker dalam dinas militer bernama  Eldert Verschooff (1853-1916) datang ke Bandung dan membuka sebuah apotek di Jalan Braga.

Koran Java-bode edisi 10 November 1883 memuat iklan pembukaannya dengan keterangan bahwa apotek tersebut mulai beroperasi pada 1 November 1883. Dalam iklan itu, Verschooff menyampaikan permohonan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat terhormat di Karesidenan Priangan. Seperti sudah dituliskan sebelumnya, lokasi Preanger Apotheek disebutkan berada di sudut antara Parkweg dan Kerklaan, yang dalam peta sekarang, di lokasi ini berdiri Gedung Kerta Mukti.

Alamat Preanger Apotheek yang disebut di atas tampaknya berlangsung sampai tahun 1912 saja, paling tidak itu data yang dapat ditemukan lewat iklan-iklan di koran De Preanger-bode. Sejak tahun 1912 iklannya menyebutkan alamat di Bragaweg 45 yang lokasinya lebih ke selatan, agak di tengah-tengah Jalan Braga sekarang. Masih berdasarkan rangkaian iklan di De Preanger-bode, sejak tahun 1915, alamat iklan apotek ini pindah lagi ke Bragaweg 59 dan sepertinya di lokasi inilah akhir dari perjalanan Preanger Apotheek pada tahun 1917, karena pada akhir tahun yang sama, Bragaweg 59 sudah ditempati oleh sebuah salon yang dikelola oleh Mevr. Ockhuijzen, dan dua tahun berikutnya sudah ditempati oleh perusahaan perakitan mobil, Fuchs en Rens.

Eldert Verschooff meninggal pada 23 November 1916 dalam usia 63 tahun. Beberapa bulan kemudian, 1 Maret 1917, Preanger Apotheek pun berhenti beroperasi dan perusahaannya dibeli oleh sebuah perusahaan kimia dari Batavia (De Preanger-bode, 1 Maret 1917).

Rumah Soesman di Kebon Karet

Haryoto Kunto dalam bukunya Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (Granesia, 1984), menyebutkan bahwa gedung yang berlokasi di sudut antara Logeweg dan Landraadweg dahulu itu ditempati oleh rumah milik Soesman. Lokasinya dijelaskan terletak di seberang Javasche Bank:

Sedangkan gedung di seberang “Javasche Bank” yang sekarang jadi kantor “Kerta Mukti”, semula adalah rumah gedong Tuan Soesman, Belanda totok pemilik kuda balap paling jempolan di kota. Istal kudanya terletak berderet di belakang rumahnya.

Dalam buku lainnya, Semerbak Bunga di Bandung Raya (Granesia, 1986), Haryoto Kunto menerangkan bahwa lokasi tempat berdirinya rumah Soesman dahulu masih termasuk ke dalam wilayah Kebon Karet:

Yang namanya Kebon Karet jaman baheula meliputi wilayah mencakup Gedong Pakuan (Gubernuran), Komplek Balai Besar PJKA, pekarangan Tuan Soesman (Kerta Mukti sekarang) dan halaman BNI (Jl. Braga).

Rumah Soesman di Kebon Karet. Arsip keluarga Soesman.

Dalam bukunya, Haryoto Kunto tidak menyebut nama Verschooff ataupun Apotek Preanger berkaitan dengan lokasi ini. Nama Verschooff hanya disebut satu kali dalam buku Semerbak berkaitan dengan Dr. Schattenkerk, satu-satunya dokter di Bandung saat itu, yang tidak perlu jauh-jauh belanja obat ke Toko De Vries lagi, karena di Braga sudah buka Rumah Obat yang diusahakan oleh Verschooff. Namun, sudah cukup jelas bahwa lahan yang ditempati oleh Apotek Preanger adalah sama dengan yang kemudian ditempati oleh keluarga Soesman. Yang masih belum dapat ditentukan sementara ini adalah di mana Soesman tinggal sebelum menempati lahan yang sudah disebut di atas.

Nama Soesman, yang jarang ditulis lengkap karena minimnya informasi, memang cukup sering disebut bila membicarakan masa lalu Kota Bandung. Yang paling dikenal darinya tentu sebagai seorang kaya raya dan pengusaha dalam banyak bidang, terutama sebagai pengimpor kuda balap terbaik di Priangan. Karena latar itu pulalah Soesman diangkat menjadi ketua Preanger Wedloop Societeit dalam sebuah rapat tahunan di Concordia pada tahun 1906 sebagaimana diberitakan oleh De Preanger-bode edisi 15 Februari 1906. Posisinya ini menggantikan ARW Kerkhoven yang akan segera berangkat ke Eropa. Begitu pentingnya kelompok ini, sehingga De Preanger-bode membuat liputan panjang lebih dari setengah halaman. Beberapa kali kami menemukan tulisan atau liputan panjang mengenai tokoh Soesman dalam arsip online koran De Preanger-bode. Sepertinya koran ini tidak merasa perlu menghemat halaman bila menyampaikan berita yang berhubungan dengan Soesman. Salah satu di antaranya adalah liputan perayaan ulang tahun Soesman yang ke-70, yang bahkan rencana-rencanaannya pun disajikan sebagai berita seperti yang termuat dalam edisi 18 September 1921 ini:

Para pengurus perkumpulan di mana Tuan Soesman menjadi anggotanya dan para sahabat dari pria tersebut telah membuat rencana untuk bertemu malam ini pada pukul setengah tujuh di Concordia Society untuk bersama-sama pergi ke rumah Tuan Soesman guna menyampaikan ucapan selamat. 

Perayaan Ulang Tahun Soesman, di Rumahnya, Braga.

Sungguh meriah malam ini di Braga. Arloji di tangan menunjukan pukul setengah tujuh malam. Tampak keramaian memadati teras terbuka Societeit Concordia, sepertinya sedang ada pesta! Orang-orang mengenakan pakaian yang seragam, jas putih. Namun mereka tampak bingung harus berbuat apa karena tempat pertemuan yang telah disiapkan tergenang air sehabis hujan. Orkestra militer pun ragu-ragu untuk sekadar berjalan di trotoar.

Hingga akhirnya sekretaris Societeit Concordia dengan tegas memimpin kelompok musik dan seluruh korps menuju pintu keluar di belakang teras. Tak lama kemudian terdengar bunyi terompet sebagai tanda berkumpul.

Segera kerumunan orang yang ragu-ragu itu menyatu. Musik mars dimainkan dengan semangat, di posisi depan dipimpin oleh Van Suchtelen serta seorang mandor yang membawa karangan bunga besar. Iring-iringan pun mulai bergerak dan berbelok rapi ke Jalan Braga.

Aku melihat ratusan warga menonton dan menyambut dari pinggir jalan dengan antusias. Arak-arakan ini dikawal ketat oleh kepolisian. Tampak mereka memenuhi seluruh jalan dan terus bertambah banyak. Di bagian belakang arak-arakan terdapat staf kandang dari P.W.S. (Preanger Wedloop Societeit) tampil dengan membawa lampion yang indah serta diiringi oleh musik dari angklung. Dengan langkah tegap di bawah gerimis yang mulai turun, iring-iringan melewati Jalan Braga kemudian masuk ke halaman rumah Soesman. Semua orang segera memenuhi beranda depan rumah yang telah dihiasi bunga-bunga indah untuk memberi selamat kepada keluarga.

Kemudian Van Suchtelen dengan suara lantang meminta perhatian dan berbicara. Atas permintaan banyak pihak, ia diminta memberikan penghormatan kepada Soesman pada hari ulang tahunnya yang ke-70 (“Bukan, lima puluh!”, seru suara seorang perempuan). Van Suchtelen mengatakan ingin menyampaikan secara sederhana saja. Ia menyampaikan bahwa jika semua perasaan dalam diri hadirin bisa diungkapkan, maka ada terlalu banyak kata penghargaan, apresiasi, dan rasa terima kasih yang tercatat dalam tonggak sejarah hidup Soesman.

“Biarkan aku melingkarkan di atas kepala ubanmu, sebuah karangan hijau abadi sebagai lambang semangat muda,” ucapnya sambil menyerahkan karangan bunga besar, dan mengajak semua orang berteriak “Horeee!” tiga kali, yang disambut antusias diiringi musik militer dan suara angklung yang bergemuruh.

Pembicara selanjutnya adalah Brzesowsky, wakil ketua Societeit Concordia, yang menyampaikan ucapan selamat dari pengurus kepada anggota kehormatan mereka. Ia berterima kasih atas banyak hal yang telah dilakukan Soesman dalam kehidupan sosial dan bagaimana ia selalu menjadi teladan bagi kepengurusan. Atas nama pusat hiburan ini, ia mengucapkan selamat dengan hangat dan disambut tepuk tangan.

Van Blommestein kemudian berbicara mewakili Preanger Wedloop Societeit. Ia menilik masa lalu dan membandingkannya dengan keadaan sekarang: kas yang dulu kosong kini berlimpah, lintasan dan kandang kuda telah diperbarui, dan jumlah anggota meningkat. Semua itu berkat sang tokoh, sehingga P.W.S. menjadi klub pacuan kuda terbaik di Hindia (sorak sorai).

Berikutnya, Vanden Bos mewakili Pabrik Kina Bandoeng. Minggu lalu, dalam perayaan ulang tahun ke-25 pabrik, direksi telah mengucapkan terima kasih kepada Soesman atas jasanya dan memberikan kenang-kenangan berupa sebuah “kaki” (mungkin patung miniatur), dengan harapan agar disimpan baik-baik. Tapi keesokan paginya, ia justru menemukannya di saku jasnya sendiri (disambut gelak tawa). Kini, ia menyerahkan kembali kenang-kenangan itu, kali ini dengan ukiran tulisan (tepuk tangan).

Selanjutnya Darame berbicara. Ia senang karena para pembicara sebelumnya masih meninggalkan ruang untuknya. Menurutnya, Soesman tidak hanya berjasa bagi institusi-institusi yang disebutkan, tetapi juga bagi banyak lainnya. Ia pernah bekerja bersama Soesman dan menaruh hormat serta kekaguman yang mendalam. Tahun lalu, ia bertemu dengan beberapa orang sepantaran Soesman di Belanda yang tetap sehat, dan sering dikatakan itu karena pengaruh iklim. “Tapi pada Anda,” kata beliau, “pengaruh iklim bukanlah penyebabnya. Bekerja itulah rahasia Anda untuk tetap muda.” Ia berharap semangat kerja Soesman akan terus berlanjut selama bertahun-tahun (sorak sorai).

Lalu Wormser berbicara, pertama mewakili kerabat tertua sang tokoh, yaitu anak dan cucunya di Amerika. Kemudian mewakili hubungan lama lainnya: Mij. Vorkink dan surat kabar Preangerbode. Terakhir, mewakili hubungan terbaru: Mij. Industria (tepuk tangan).

Sebagai penutup, Van Suchtelen berbicara sekali lagi, kali ini sebagai ketua Loge St. Jan mewakili seluruh komunitas Freemason. Tempat itu memang bukan forum yang tepat untuk membahas segala yang telah dilakukan “Broeder Soesman” bagi kemanusiaan.

Loge dan kehidupan masonik telah menjadi bagian penting dalam hidupnya, dibuktikan oleh banyak foto dan kenangan yang mengelilinginya. “Segala yang ada di sekeliling Anda mencerminkan upaya untuk hidup sebagai Freemason sejati, sebagai manusia yang lebih baik,” ucapnya. “Semoga Anda, di tengah keluarga besar Anda, tetap menjadi warga terhormat Bandoeng dan dengan sukacita terus menyumbangkan batu bata untuk kuil besar yang kita impikan. Kehormatan, berkah, dan kesejahteraan!”

Setelah sorak-sorai mereda, Soesman sendiri akhirnya berbicara. Awalnya ia begitu tersentuh, begitu pula istrinya, hingga sulit berkata-kata. Tapi perlahan ia menguasai diri dan menyatakan tak mampu mengungkapkan rasa terima kasihnya. Ia telah mengalami banyak hal dalam hidupnya, juga menerima banyak persahabatan, namun semua kerja dan pengabdiannya bagi masyarakat ia pelajari sejak menjadi mason. Bekerja ke luar itulah yang selalu menguatkannya. Ia sangat bersyukur dan akan berusaha untuk tetap menjadi dirinya yang sekarang.

Para hadirin kemudian menyanyikan “lagu ulang tahun!” dan berdesakan memberi selamat kepada keluarga Soesman, atau menyebar ke ruang tengah dan belakang yang juga penuh bunga. Anggur dan makanan ringan diedarkan, dan para tamu termasuk Jenderal Clignett, Zeilinga (Presiden Bank Jawa), walikota dan bupati Bandung (asisten residen berhalangan karena sakit)—masih sempat bersantai beberapa saat.

Kemudian dicoba mengadakan iring-iringan musik keliling rumah. Secara alami, arak-arakan kembali terbentuk, dan diiringi sorak sorai, kembali melintasi rumah sebelum membelah kerumunan penonton, termasuk banyak orang Eropa dalam mobil dan kembali ke arah soos (Concordia), dalam suasana ceria meski hujan makin deras.

Namun arak-arakan telah jauh berkurang ketika mereka sempat sekali lagi mengelilingi teras demi menghormati pesta dan akhirnya dibubarkan di ruang baca lama oleh Van Suchtelen dengan ucapan terima kasih dan sorakan perpisahan. Saat itu pukul delapan lewat sedikit, dan semua yang tertulis di atas terjadi dalam waktu kurang dari tiga perempat jam. Sebuah penghormatan yang sangat sukses! ***

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *