Pajagalan; Rumah Potong Hewan Lama di Bandung

 Oleh: Muhammad Naufal Fadilah

Perjalanan ngaleut di kawasan Pajagalan menyisakan sebuah cerita yang berkesan. Sudah sejak kecil saya diperkenalkan dengan jalan Pajagalan, namun tidak pernah terbersit sama sekali mengapa jalan ini diberi nama tersebut. Berdasarkan hasil diskusi bersama rekan-rekan Aleut, nama pajagalan besar kemungkinan diambil dari keberadaan rumah potong hewan di salah satu sudut jalan tersebut. Dalam bahasa Belanda, rumah potong hewan dikenal juga dengan istilah abattoir, slachthuis, dan slachtplaats. Teringat kembali sebuah memori masa kecil ketika saya sedang bercengkrama dengan seorang teman di depan sebuah bangunan tua bernama serupa yang terletak di jalan Sukimun, Kota Cimahi. Pertanyaan pun kembali menyer, di mana letak rumah potong hewan yang pada akhirnya memberikan nama bagi jalan Pajagalan ini?

(Foto 1: Kondisi abattoir Bandoeng di Cimahi saat ini). Sumber: Dokumentasi Komunitas Aleut

Sebelum memulai kegiatan ngaleut kawasan Pajagalan, kami melakukan perencanaan rute dan pendataan objek-objek yang akan dikunjungi. Melalui penelusuran literatur, kami menemukan peta Bandoeng van Omstreken berangka tahun 1910 yang di dalamnya memuat kata abattoir di ujung jalan Pajagalan. Temuan tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi saat ini melalui pencitraan google maps dan street view. Penelusuran ini menjadi bekal yang penting untuk mengungkap posisi rumah potong hewan di jalan Pajagalan.

(Foto 2: Peta Bandoeng en Omstreken 1910). Sumber: oldmapsonline.org
(Foto 3: Perbandingan peta lama dan sekarang). Sumber: oldmapsonline.org
(Foto 4: Perbandingan peta-peta yang di dalamnya memuat Rumah Potong Hewan di Pajagalan 1905-1939). Sumber: oldmapsonline.org

Perjalanan kami dibuka dengan mengunjungi kawasan jalan Siti Munigar. Setelah mendatangi beberapa lokasi yang kami tuju, kami beristirahat sejenak di sebuah warung sederhana yang menarik perhatian kami. Bagaimana tidak? Warung tersebut menempati sebuah kontrakan petak yang luasnya tidak lebih dari 3 x 2 m2 di suatu rumah bergaya pasca kolonial. Pemilik warung dengan ramah melayani kami dan menanggapi berbagai pertanyaan yang kami ajukan. Pemilik warung ini bernama Ibu Siti Maemunah yang pada tahun ini menginjak usia 72 tahun. Sebelum menempati kontrakan ini, beliau yang merupakan penduduk asli kawasan Pajagalan pernah tinggal di Gg. Pajagalan 3. Beliau menceritakan bahwa rumah potong hewan di kawasan tersebut dahulu memiliki lahan yang cukup luas dan berlokasi di sekitar kawasan Polsek Astana Anyar saat ini. Tidak begitu tepat dengan lokasi yang ditunjukkan oleh peta, namun pernyataan beliau cukup memberikan informasi bahwa dahulu memang betul terdapat rumah potong hewan di kawasan Pajagalan. Rumah potong hewan atau yang beliau sebut dengan pameuncitan ini kemudian dialihfungsikan menjadi pasar.

Foto 5: Kandang sapi di Pajagalan lama. Karbouwenloodsen van het slachthuis te Bandoeng (KITLV 51053) c. 1910.
Foto 6: Jalan Siti Munigar. Sumber: Dokumentasi Komunitas Aleut

Setelah berpamitan dengan ibu Siti, kami pun melanjutkan perjalanan untuk meninjau lokasi rumah potong hewan yang ditunjukkan dalam peta. Kami pun memacu motor kami perlahan melewati Masjid Hidayatul Imam yang terletak di belakang Polsek Astana Anyar dan menyeberang ke Jl. Entit, lokasi yang ditunjukkan pada peta. Tidak ada sama sekali jejak dari rumah pemotongan hewan di kawasan ini, namun seorang rekan kami menduga bahwa lokasi rumah potong hewan berada persis di lokasi Rumah Sakit Kandungan Ibu Anak (RSKIA) Kota Bandung yang saat ini sudah tidak beroperasi. Tidak ada satu pun warga di sekitar kawasan tersebut yang mengingat di mana lokasi persis rumah potong hewan yang kami cari, namun mereka membenarkan bahwa dahulu terdapat rumah potong hewan di kawasan Pajagalan. Selepas perjalanan ini usai, seorang rekan kami yang lain berpendapat bahwa besar kemungkinan kawasan rumah potong hewan mencakup kawasan yang saat ini masuk ke dalam daerah Kandang Sapi di utara Lapangan Tegallega.

Foto 7: Polsek Astana Anyar dan Masjid Hidayatul Iman. Sumber: Dokumentasi Komunitas Aleut
Foto 8: Jalan Entit dan RSKIA Kota Bandung. Sumber: Dokumentasi Komunitas Aleut

Rumah Potong Hewan Bandung

Berbekal informasi yang didapatkan di lapangan, saya membuka beberapa koran lama melalui situs penelusuran delpher.nl. Cukup banyak informasi yang memperkuat fakta bahwa dahulu pernah berdiri bangunan rumah potong hewan di kawasan Pajagalan Kota Bandung. Meskipun begitu, tidak ada satu pun informasi yang sejauh ini kami dapatkan mengenai sejak kapan rumah potong hewan ini didirikan.

Informasi paling awal yang kami temukan mengenai keberadaan rumah potong hewan di Kota Bandung adalah sebuah pemberitaan yang dimuat di surat kabar De Preanger Bode terbitan tanggal 25 Juli 1898. Isi surat kabar ini memuat ketertarikan seorang bernama Jenne, pengusaha daging asal Australia dan pemilik perusahaan Jenne & Co. untuk mengembangkan usahanya di kota ini. Ia berencana untuk mengambil alih rumah potong hewan milik pemerintah di Kota Bandung dan mengubahnya menjadi rumah potong hewan modern. Diketahui pula bahwa Jenne telah mendirikan rumah potong hewan di Surabaya dan berencana untuk membuka cabang di kota-kota besar lainnya, seperti Batavia, Bandung, dan Semarang. Kisah mengenai sosok Tuan Jenne akan dibahas pada bagian terpisah pada tulisan lainnya.

Foto 9: De Preanger Bode 25 Juli 1898. Sumber: Delpher.nl

Informasi lain yang berhasil kami himpun mengenai keberadaan rumah potong hewan di Kota Bandung, khususnya di jalan Pajagalan adalah adanya sebuah iklan pasar hewan yang akan diresmikan pada tanggal 1 Desember 1909. Pasar ini terletak tidak jauh dari rumah potong hewan di Astana Anyar yang kami duga merujuk pada rumah potong hewan di jalan Pajagalan. Hal ini termuat pada edisi lain surat kabar De Preanger Bode terbitan tanggal 17 November 1909. Dari surat kabar ini pun diketahui bahwa binatang yang dipotong di rumah potong ini, meliputi kerbau, sapi, dan binatang ternak kecil lain.

Foto 10: De Preanger Bode 17 November 1909. Sumber: Delpher.nl

Hal menarik yang kami dapatkan ketika berusaha melengkapi kepingan puzzle tentang rumah potong hewan Pajagalan adalah adanya pemberitaan mengenai hewan terlepas dari rumah potong hewan ini. Setidaknya terdapat dua surat kabar yang mengabarkan berita ini. Surat kabar Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch Indie terbitan tahun 9 Agustus 1909 memberitakan terlepasnya kerbau dari rumah potong hewan di sekitar Tegallega, kemungkinan besar yang dimaksud adalah rumah potong hewan di Pajagalan. Beberapa di antaranya bahkan memasuki rumah warga, Hotel Wilhelmina, dan Hotel Savoy Homann. Kerbau pun melukai beberapa orang sebelum pada akhirnya berhasil ditembak mati di kawasan Cikudapateuh.

Beberapa tahun berselang, surat kabar De Sumatra Post terbitan 1 Juni 1927 memberitakan hal serupa di mana seekor kerbau berhasil melarikan diri dari rumah potong hewan di Pajagalan. Kerbau ini melukai seorang perempuan pribumi bernama Nyi Djoeni yang mengakibatkan luka serius di sekitar lehernya. Ia mendapatkan pertolongan pertama di rumah Asisten Wedana Bojong Loa sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Juliana atau Rumah Sakit Hasan Sadikin saat ini.

Foto 11: Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch Indie 9 Agustus 1909. Sumber: Delpher.nl
Foto 12: De Sumatra Post 1 Juni 1927. Sumber: Delpher.nl

Melalui tulisan ini, saya menceritakan sekelumit kisah perjalanan ngaleut saya kali ini. Perjalanan bersama rekan-rekan Komunitas Aleut selalu menarik dan menambah hal baru yang dapat saya ketahui dan alami. Masih banyak hal yang dapat dieksplorasi dari Kota Bandung dan sekitarnya. Cerita-cerita kecil yang dapat mengingatkan kembali betapa kayanya jejak kebudayaan di tanah Priangan. Sampai ketemu di lain waktu. ***

Tinggalkan komentar