#PernikRamadhan: Munggahan dan Puasa Hari Pertama yang Tak Lagi Sama

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Waktu menunjukan pukul 14.00 WIB. Matahari siang itu cukup terik, lebih terik dari sehari sebelumnya. Saya baru saja kembali dari warnet langganan di depan komplek untuk mengunduh materi kuliah yang dikirim oleh dosen. Maklum, saat itu saya belum berlangganan internet karena koneksi melalui HP saja sudah dirasa cukup.

Segera saya ambil gelas di dapur dan mengisinya dengan air dingin yang ada di kulkas setibanya di rumah. “Besok mah ga akan bisa lagi minum kayak gini di siang hari”, gumam saya dalam hati sambil meneguk air di dalam gelas. Ya, esok hari adalah hari pertama puasa di tahun 1431 Hijriah. Pemerintah melalui sidang isbat menetapkan bahwa 1 Ramadhan jatuh di tanggal 11 Juli 2010.

Air di gelas pun habis. Saya berjalan menaiki tangga menuju kamar. Telepon berdering tak lama setelah tombol power layar dan komputer ditekan. Terdengar suara tante dari balik speaker gagang telefon.

“Mas Arya, Ibu ada? Dari tadi ditelepon kok ga diangkat yah?”

“Ga ada, tadi sih lagi ngantor di Rancaekek. Ada apa gitu?”

“(terdiam beberapa detik) Eyang udah ga ada…”

Saya membatu setelah mendengarnya, seperti ketika manusia melihat rambut Medusa. Dari luar rumah terdengar tangisan adik setelah pembantu meneruskan kabar itu.

***

Dari lahir sampai akhir tahun 1998 keluarga saya tinggal bersama Eyang, walaupun sebetulnya ada jeda saat sempat tinggal di Lembang selama 6 bulan. Kedua orang tua saya bekerja. Bapak saat itu masih bekerja di Pindad, Ibu bekerja sebagai notaris. Praktis sebagai anak yang diasuh oleh Eyang dan cucu satu-satunya yang tinggal bersama (adik saya baru lahir di tahun 2000), saya sangat dekat dengan almarhumah.

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Eyang masih memiliki banyak energi untuk beraktivitas. Beliau sibuk di banyak kegiatan, seperti di persatuan senam komplek, koperasi, PKK RT, dan paguyuban warga Ciamis. Beberapa kawan di perkumpulan beliau menyebut saya seperti maskotnya Eyang, karena hampir selalu mengajak saya di setiap kegiatannya.

Setelah tidak tinggal bersama lagi, saya masih sering datang ke rumah Eyang. Kalau Ibu pulang terlalu sore, saya biasanya disuruh untuk pulang ke rumah Eyang untuk kemudian dijemput malamnya. Bahkan di setiap liburan saya setidaknya menyempatkan waktu satu atau dua hari untuk menginap di rumah beliau.

Ada satu keinginan Eyang yang selalu beliau sampaikan setiap pergi bersama. Keinginan ini berkali-kali beliau ulang sejak saya SD.

“Kalau dikasih umur, Eyang pengen dateng dan liat wisuda Mas Arya nanti”

Sayangnya, Allah swt. berkehendak lain. Eyang dipanggil-Nya persis satu hari sebelum tanggal 1 Ramadhan 1431 H. Di tahun itu kami munggahan dalam suasana berduka. Biasanya setiap munggahan saya dan keluarga berbelanja untuk keperluan sehari-hari Eyang, lalu malamnya menyempatkan untuk makan malam sederhana di rumah beliau.

Di hari pertama puasa Ramadhan 1431 H, keluarga besar kami harus pergi ke Ciamis pukul 08.00 untuk mengantarkan Eyang ke peristirahatannya yang terakhir. Di sepanjang perjalanan kenangan manis bersama Eyang bermunculan tanpa henti, namun di akhir kenangan itu selalu ditutup dengan kenyataan bahwa Eyang sudah tidak bersama saya lagi. Ya, kenangan manis yang bermunculan itu selalu diakhiri dengan kenyataan pahit.

Sejak saat itu, munggahan dan puasa Ramadhan pertama selalu terasa berbeda untuk saya.

Foto saya dengan almh. Eyang, difoto di Jonas Foto waktu masih berstudio di Jl. Batik Jonas

Foto saya dengan almh. Eyang, difoto di Jonas Foto waktu masih berstudio di Jl. Batik Jonas

Iklan

Satu pemikiran pada “#PernikRamadhan: Munggahan dan Puasa Hari Pertama yang Tak Lagi Sama

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s