Spooky-saturday Night with Aleut

Oleh : Putri Destyanti (@SockoJinki)

It’s really something! Saturday Night yang biasanya diisi dengan bengong dikamar, tergantikan oleh perjalanan malam bersama Aleutians!

Saya sangat senang karena pada satu hari sebelumnya tepatnya hari Jumat, saya mendapat sms berupa info perjalanan Aleut selanjutnya. Ternyata perjalanan ngaleut yang biasanya diadakan pada hari minggu pagi, kali ini diganti menjadi hari sabtu malam. Ya, hanya kali ini saja. Kabarnya sih, spesial awal tahun, heheheh.

Yah, intinya saya mendapat info tersebut melalui sms yang di send all kepada para anggota komunitas aleut lainnya. Dalam info tersebut diinformasikan bahwa komunitas aleut akan melakukan penjelajahan kota Bandung di malam hari. Waah saat membaca itu saya semangat 2013 lah langsung, apalagi saat membaca bahwa perjalanan kali itu akan berakhir sekitar pukul 12 malam! Jujur saja saya memang lebih menyukai penulusuran atau penjelajahan pada malam hari, alasannya karena adem alias tidak panas karena tidak adanya sinar matahari. Perjalanan di malam hari juga berkesan lebih ‘hangat’ dan dapat membuat suasana lebih akrab.. hahaha entah darimana saya mempunya kesan pribadi seperti itu >

Mendapat info perjalanan malam seperti itu, tanpa pikir panjang saya pun segera mengirim sms balik ke nomor yang masuk tersebut tanda mengkonfirmasi bahwa saya berkenan untuk menghadiri perjalanan tersebut. Jadilah saya fix ikut. Saya begitu bersemangat hingga saking semangatnya, peralatan yang disarankan untuk dibawa seperti senter dan jas hujan, sudah saya persiapkan satu hari sebelumnya. Saking excited-nya, saya menerka-nerka tentang perjalanan Aleut kali ini. Dengan perjalanan malam, saya menebak-nebak bahwa Aleutians akan menjelajahi sisi lain kota Bandung di malam hari (dalam tanda kutip) dan juga wisata kuliner yang hanya tersedia pada malam hari.

Hari H pun tiba. Hari sabtu, tanggal 5 Januari 2013. Anggota komunitas Aleut yang sudah konfirmasi untuk mengikuti perjalanan kali ini diinformasikan untuk berkumpul terlebih dahulu di sekretariat Komunitas Aleut itu sendiri tepatnya di Jln. Sumur Bandung no. 4 pada pukul 6 sore. Saya yang masih merupakan anggota baru tentu saja tidak mengetahui dimanakah letak pasti sekretariat Aleut tersebut. Karena tidak tahu letaknya, saya memutuskan untuk bertanya pada salah seorang anggota komunitas Aleut. Saya mendapatkan info bahwa Sumur Bandung itu letaknya tak jauh dari ITB, tepatnya di belakang Sabuga. Meskipun demikian, peluang untuk tersasar pasti besar bagaimanapun juga karena saya benar-benar belum tahu yang manakah gerangan rumah yang dijadikan sekretariat sekaligus base camp Aleut tersebut. Karena itulah saya memutuskan untuk pergi dari rumah pada pukul setengah lima sore hari, dengan pemikiran jika saya tersasar, saya masih punya waktu untuk bertanya-tanya pada orang sekitar sehingga saya tetap tepat waktu datang ke sekretariat pada pukul 6.

Jadilah saya berangkat dari rumah berbekal peralatan di dalam tas seperti payung, jas hujan, jaket, dan senter. Ternyata sepanjang perjalanan di transportasi umum, hujan mengguyur kota Bandung dengan lebatnya. Hmm.. tampaknya perjalanan kali ini memang benar-benar membutuhkan jas hujan, meskipun tentu saja inginnya sih tidak usah hujan supaya tidak ribet memakai jas hujan segala. Ketika saya turun dari transportasi umum yang saya naiki pun hujan tetap saja masih saja turun dengan lebat seperti ditumpahkan sekaligus dari sebuah ember besar. Tidak hanya besar, tetapi juga berangin. Payung saya sampai terlipat dan tertekuk sedemikian rupa, membuat saya tetap saja kebasahan pada akhirnya (percuma memakai payung, huh menyebalkan sekali hujan itu -,-). Setelah berjalan beberapa langkah dan menyebrang dari arah Mcdonald Simpang, hujan pun mulai tampak bersahabat meskipun belum juga reda. Sedikit demi sedikit mulai mengecil sehingga memudahkan saya untuk bertanya pada seorang tukang parkir dimanakah Jl. Sumur Bandung.

“Nomor berapa neng?”

“Nomor empat, pak” jawab saya, setengah berteriak.

“Oh nomor empat mah dibawah..”

Dan jadilah saya berjalan menelusuri jalan Sumur Bandung tersebut hingga ke arah bawah yang hampir mendekati ITB. Ternyata saya terlalu jauh berjalan, hahaha.. saya berjalan hingga jalanan yang tampak ada pertigaannya. Saya pun akhirnya kembali lagi ke atas, mencoba memicingkan mata saya yang memang minus, mencari angka 4 pada tembok rumah. Ternyata yang saya temukan adalah rumah besar yang lebih menyerupai kantor, bernomor 5. Saya masih mencari-cari dimanakah rumah nomor 4 tersebut… saya mempunyai feeling bahwa rumah nomor 4 itu tepat berada di hadapan saya, lebih tepatnya di sebrang. Maka itu pada akhirnya saya memutuskan untuk menyebrang saja dan mendekati rumah beratap merah tersebut. Beberapa saat setelah saya menyebrang, dari kejauhan tampak dua orang wanita yang tampaknya akan mendekati rumah yang letaknya tak jauh dari saya berpijak. Saya punya feeling lagi bahwa kedua wanita tersebut adalah anggota Aleut. Dan memang benar, setelah dengan singkat saya bertanya pada salah satu dari mereka, kami bertiga pun memasuki rumah beratap merah tersebut (yang ternyata memang benar, rumah beratap merah tersebut adalah sekretariat Aleut).

Syukurlah saya tiba pukul 6, sesuai dengan jadwal yang diberikan (saya paling tidak suka jika tidak on time hahaha ^^). Di sekretariat Aleut tersebut sambil menunggu anggota yang lain, orang-orang didalamnya dipersilakan untuk melaksanakan sholat maghrib terlebih dahulu. Setelah semua berkumpul, seperti biasa diadakan perkenalan antar sesama anggota Aleut. Saya dan semua anggota Aleut berkumpul di sebuah ruang pertemuan yang cukup besar dengan banyak sofa dan beberapa meja panjang. Setelah cukup lama saling memperkenalkan diri, pada akhirnya dijelaskan bahwa perjalanan Aleut kali ini bertemakan Urban Legend, yaitu perjalanan menelusuri tempat-tempat yang mengisahkan cerita-cerita mistis atau horor. Saat itu saya semakin semangat dua kali lipat. Saya memang sudah lama sekali ingin melakukan penjelajahan Urban Legend di Kota Bandung… dan akhirnyaaa… hari ini pun tiba.

Sekitar pukul setengah delapan malam, kami pun memulai perjalanan dengan berdoa terlebih dahulu. Oh iya, perjalanan kali ini diikuti oleh banyak sekali peserta. Mungkin hampir mencapai 50 orang! Berbeda sekali dengan perjalanan yang dilakukan di minggu pagi yang notabene hanya diikuti oleh belasan orang saja atau masih bisa dihitung jari.

Start awal kami yaitu di Jalan Sumur Bandung no 4 itu sendiri. Dari situ, para Aleutians berjalan menyebrangi jalan Taman Sari untuk menuju Baksil alias Babakan Siliwangi. Dari awal perjalanan, senter sudah mulai dipergunakan (dan untunglah tidak untuk jas hujan, karena tidak hujann ^^) karena jalanan minim penerangan. Untuk menuju Baksil, saya dan yang lain harus menuruni beberapa anak tangga yang sangat licin karena tanah yang terbasahi oleh air. Tiba disana, suasana horor mulai terasa, didukung oleh kegelapan malam serta pohon-pohon yang amat besar yang saya yakin umurnya pasti sudah ratusan tahun. Saya dan yang lain pun dikumpulkan di satu titik yang cukup terang oleh cahaya. Saat itu, tiba-tiba Kak Ala menyodorkan seutas karet Jepang mungil. Saya terheran dan menatap Kak Ala dengan penasaran.

“Lebih baik diiket rambutnya..” ujarnya. Saya tak mau membantah dan langsung saja mengikat rambut saya. Ketika itu saya melihat semua teman-teman perempuan yang memiliki rambut panjang, rambutnya lantas langsung diikat. Teman saya yang saat itu berada disamping saya otomatis penasaran dan bertanya mengapa harus diikat segala.

“Kayanya aku tau deh, tapi ntar aku ceritain. Jangan disini.” Jawab saya.

Pada saat itu saya berpikir, alasan mengapa rambut perempuan yang panjang harus diikat karena supaya menandai bahwa anggota Aleut yang perempuan, rambutnya tidak ada yang diurai.. jadi, jika ada yang rambutnya diurai… itu berarti… hiiii (silakan pikirkan sendiri).

Di Babakan Siliwangi ini, aleutians mulai sharing dan bercerita tentang urban legend yang ada didaerah sana. Ya, kisah tentang “boneka gantung”.. dimana kalau tidak salah, pada sekitar tahun 1981, di daerah sini terdapat sebuah restoran yang letaknya tak jauh dari jalan. Ada sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya yang membawa boneka.. dan kecelakaan itu pun terjadi.. anak tersebut tewas karena tertabrak mobil. Sementara anak tersebut dibawa ke rumah sakit, bonekanya tertinggal di sekitar jalanan tersebut. Anak tersebut meregang nyawa di rumah sakit. Sekarang, banyak kejadian di atas jam 1 malam bahwa banyak orang-orang yang melihat boneka yang menggantung di sebuah pohon, atau kadang dengan anaknya itu.

Setelah Baksil, saya dan teman-teman pun melanjutkan perjalanan. Ternyata kami berhenti di sebuah pertigaan sebelum ITB. Ini pertigaan yang saya tersasar tadi sore. Ditempat ini diceritakan beberapa cerita seram yang benar-benar membuat merinding, termasuk alasan mengapa perempuan yang memiliki rambut panjang harus diikat rambutnya (alasannya, dulu juga ada perjalanan aleut malam. Ada seorang perempuan yang rambutnya tidak diikat dan diikuti oleh makhluk halus sampai ke rumahnya. Perempuan tersebut mengeluh kalau punggungnya berat.). Kisah-kisah yang membuat merinding lainnya yaitu kisah tentang hantu muka dempak alias muka rata yang selalu menampakkan diri di sekitaran pertigaan jalan ini dan juga rumah peninggalan Belanda yang garasinya tidak pernah ditutup (kalau ditutup, akan ada suara orang menggedor-gedor dari dalam dan suara tangisan bayi).

Cukup dibuat merinding, perjalanan dilanjutkan ke arah kampus ITB. Di kampus ini, banyak sekali kisah-kisah misterinya. Yahh masuk akal sih, namanya juga gedung yang dibangun sejak zaman dulu. Beberapa kisah yang sukses membuat bulu kuduk merinding adalah kisah tentang sebuah gedung yang jika kita melihat ke arah atapnya, akan ada seorang perempuan yang loncat bunuh diri dari atap tersebut hingga tubuhnya remuk tak berbentuk, dan pada saat kita melihat ke arah atap tersebut lagi, lagi-lagi juga akan ada perempuan yang tampak akan loncat dari gedung itu. Terus menerus seperti itu. Di gedung tersebut juga terdapat lift yang tak pernah mampu menampung mahasiswa-mahasiswanya dikarenakan jumlah yang selalu full (padahal yang naik lift baru dua orang saja), atau juga seorang mahasiswa yang tengah belajar sendiri yang tiba-tiba melihat seorang mahasiswa lain dihadapannya yang berjalan ke arahnya di atas meja dengan menggunakan kedua sikut tangannya dengan sangat cepat (yang ini sukses membuat saya menjerit. Ampuuunnn >

Dari ITB, perjalanan dilanjutkan menuju jalan Bahureksa tempat adanya Mobil Ambulans yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Bandung pecinta cerita misteri. Tempat mobil ambulans tersebut ternyata adalah distro. Distro tersebut kabarnya merupakan distro kelima, sementara keempat distro yang pernah berdiri sebelumnya entah mengapa bangkrut semua. Di jalan bahureksa tersebut, saya dan yang lain dilarang berlama-lama disana karena suasana dan atmosfer negatif terasa semakin besar. Aleutians bahkan dilarang mengambil foto mobil ambulans tersebut. Kabarnya, jika mengambil foto mobil ambulans dari bagian dalam, jika beruntung, akan tampak sopirnya yang seolah sedang menyetir mobil ambulans tersebut. Hiiiiii #kabur

Selesai dari sana, aleutians pun mulai berjalan lagi ke arah gor saparua. Ternyata tujuan selanjutnya adalah Rumah Kentang yang berada di pinggir jalan di sebrang gor saparua. Selain Rumah Kentang, terdapat juga Gereja Belanda yang lebih dikenal dengan Gereja Setan. Bercerita sedikit mengenai Rumah Kentang, dahulu saat diadakan pesta di rumah tersebut, seorang anak tak sengaja tercebur ke dalam kuali kentang (kuali Belanda pada zaman dahulu kabarnya besar dan lebar) dimana kentang-kentang sedang direbus sehingga anak tersebut pun meninggal. Cerita yang beredar di masyarakat, jika kita mencium bau kentang rebus di sekitar rumah tersebut, tandanya hantu anak tersebut sedang berkeliaran mengitari kita. Dan percaya atau tidak… saya benar-benar jelas mencium bau kentang rebus saat itu!.

Oh ya, di sekitaran jalan tersebut juga ternyata ada pasangan yang sedang berantem >< entah kasihan entah terharu karena terlalu sweet melihatnya, jadi kami membiarkan mereka begitu saja kekekek 😛

Sehabis dari sana, aleutians pun berjalan menuju titik finish perjalanan malam Ngaleut kali ini.. yaitu di… SMAN 5 Bandung! Yupp, sekolah yang pada zaman dahulu merupakan sekolah Belanda ini (sekolah prasyarat sebelum memasuki perguruan tinggi), tentunya menyimpan kisah misteri yang sudah tak asing lagi di kalangan orang-orang pecinta horor yakni kisah tentang Nancy. Nancy ini kabarnya adalah seorang siswi berkebangsaan Belanda yang bersekolah disana dan meninggal karena bunuh diri. Maka itu salah satu jendela di gedung SMAN 5 ini tidak pernah ditutup, karena konon katanya Nancy suka duduk-duduk dijendela situ. Untuk melihat Nancy ini, caranya adalah dengan mengitari gedunga SMAN 5 dan 3 Bandung sebanyak tiga kali, tapi aluetians nggak ada yang mau berani coba.. hihihi..

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.30, langsung saja saya dan yang lain diminta untuk segera menuju Taman Bali. Seperti biasa setelah mengakhiri perjalanan, komunitas Aleut biasa melakukan apa yang dinamakan sharing kesan dan pesan masing-masing peserta. Setiap aleutian dipersilakan untuk berdiri dan menyampaikan kesan-kesan mereka tentang perjalanan yang telah mereka ikuti.

Setelah itu, ngaleut sabtu malam kali ini pun berakhir.. Saya membawa oleh-oleh dari perjalanan Aleut dengan tema Urband Legend pada sabtu malam ini.. oleh-olehnya adalah jatuh sakit selama tiga hari. Hihihi.

Original Post

Iklan

Satu pemikiran pada “Spooky-saturday Night with Aleut

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s