Oleh: Irfan Noormansyah (@fan_fin)

“Kang, upami bade ka Bale RT opat ka palih mana?”, tanya saya kepada seorang lelaki yang kaki kirinya dipenuhi tato. “Mangga, kantun lurus teras dugi mendak lapangan, engke mengkol ka katuhu”, begitu jawabnya sambil tersenyum ramah.

Minggu pagi itu saya terpisah dari kawan-kawan Komunitas Aleut yang hendak menuju Bale di kawasan Blok Tempe Bandung karena keasyikan memotret suasana kampung. Lelaki tadi hanyalah satu dari sekian banyak warga kampung yang merajah tubuhnya dengan tato. Sebelum tato menjadi trend lifestyle seperti sekarang, tato-tato tersebut sudah mereka dapat saat masih berprofesi sebagai preman dan sebagian saat menghuni lembaga permasyarakatan. Yak, pada tahun 90-an Blok Tempe sempat menyandang Kampung Narapidana karena rentannya kasus kriminalitas. Namun kini Blok Tempe telah berganti nama secara administratif menjadi Kelurahan Babakan Asih, karena warganya yang dikenal asih (ramah). Continue reading